Untuk Menyambut Odalan Pura Majapahit GWK tanggal 2 November 2009 nanti, Akan diberita kan Berita Koran Ilmiah Jawa Pos, yang Wartawan nya ikut Odalan yaitu DJOKO Heru S yang kebetulan Bapak dan Ibunya juga Tokoh Kejawen [selalu memakai Udeng] dari Rengel Bojonegoro, baik kita kutib Jawa Pos Radar Bali, Rabu 1 Swptember 2004 ; KHUSYUK RITUAL 500 TAHUN KETURUNAN MAJAPAHIT DI GWK [ 1 ] BUNG KARNO dan AIRLANGGA Turut HADIR - Sebuah Ritual monumental di gelar di Garuda Wisnu Kencana [GWK]. Adalah para warga keturunan Majapahit yang melaksanakan pertemuan pertama 500 tahun tersebut, Banyak kejadian diluar nalar terjadi di acara yang berlangsung senin hingga selasa dini hari kemarin. Piodalan keturunan Majapahit yang digelar di GWK ini benar-benar istimewa. Bukan dari jumlah yang datang, tapi juga BANYAKNYA BANTEN YANG DIBAWA , Tak heran , dalam interval satu jam, dua jam ,ada Petugas Khusus harus MEMBERSIHKAN SESAJI yang MEMENUHI bkok A-26 dan A-25 tersebut. Selaaain Pemedek [Warga yang datang] biasa, juga banyak PEMANGKU yang hadir, Mereka begitu datang ada yang langsung memasukkan sumbangan ke kotak Dana Punia {Bendahara Komang Arta Negara menyediakan Kotak Dana, dimana biaya untuk Dapur Umum yang bisa memberi makan Ribuan Pengunjung yang Jauh dan dari Jawa Mekemit} ada yang meletakkan BANTEN dan yang berpakaian PEMANGKU langsung memimpin do'a Selain berdoa diruang yang ada Pratima WISNU MULA { kawitan Jawa Bali }, DEWA SIWA diruang itu [blok A - 25] dipenuhi juga Ratusan Pasang Pusaka Peninggalan Kerajaan Majapahit. Selesai berdoa mereka pindah ruangan ala BUDHA . Selain ada sarana upakara dan Sesaji, didalamnya ada Patung Dewi Kwan Im, Tampak pula Biksu ACUN dari Klenteng BUN BIO , Kapasari Surabaya, nuansa yang khas muncul adalah KERAUHAN Pria yang datang berombongan enam orang itu KESURUPAN beberapa TOKOH , Mulai PRABU AIRLANGGA dan Anak Laki-laki nya, GAJAH MADA, hingga BUNG KARNO ,-"Terima kasih Hyang Suryo {Ketua Panitia Odalan, sekaligus Keturunan Majapahit, Red} sudah memberikan sarana upacara ini ", Mendengar namanya disebut, Hyang Suryo bertanaya " Apa ada yang kurang, mohon dikatakan," jawabnya. Pertanyaan dijawab permintaan lain, Yakni harus ada Anak Laki-Laki pergi ke Jawa. Disebut tiga tempat yang harus dikunjungi , BLAMBANGAN, ALAS PURWO, dan satunya tak jelas { sepertinya menyebut PURA MAJAPAHIT di TROWULAN, MOJOKERTO, Jatim yang ditutup} Setelah itu, baru adanya KERAUHAN AIRLANGGA, apa pesannya ? "Tolong anak laki laki ini di bimbing, " pintanya sambil mengatakan "Kalau tak percaya bisa di buktikan " . Usai berkata demikian, ada pemedek yang KERAUHAN menangis seperti TANGISAN BAYI, " Itulah Bukti nya " kata suara yang mengaku AIRLANGGA . Beberapa menit kemudian, giliran KERAUHAN BUNG KARNO , " DULU KAMI BERJUANG SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN " Kalimat terhenti sambil berekpresi KECEWA , dengan tangan MENUNJUK ala SOEKARNO PRESIDEN RI PERTAMA , " PEJABAT SEKARANG SAK' ENAK' E DEWE, SING DIPIKIR KE DUWIT {Mau enak nya sendiri yang dipikirkan uang, Red} tambahnya kecewa, "Kalau sekarang Mega mencalonkan bagaiamana ?" tanya Hyang Surya , tapi mendapat jawaban pendek " Biar saja, " jawabnya , tapi tak menjawab pertanyaan " NYESEL AKU {menyesal saya , Red}" selanya. Bersama itu ada Mangku KERAUHAN , dia seolah-olah Pejuang Kemerdekaan yang kecewa melihat Bangsa Indonesia saat ini, Ekpresinya memang tersedu sedu, sementara ada yang melanjutkan omongannya Sekang tidak ada lagi Pejabat yang mau mengingat LELUHUR nya dengan Sembahyang ditempat tertentu {Baca ANGKER, red}dilanjutkan Jawa Pos Edisi Pulau Dewata Radar Bali Kamis 2 September 2004 - Bukan saja Pemedek yang KERAUHAN BUNG KARO, GAJAH MADA hingga PRABU AIRLANGGA masih banyak Keunikan Ritual Keturunan Majapahit itu, Apalagi ? Ida Pedanda Buruan Bang Manuaba dari Griya Muding Kerobokan naik ke Pemiosan {Tempat duduk Pedanda} didepan Blok A - 25 GWK Inilah Ritual Piodalan Terbesar dan Pertama sejak 500 tahun di Bali, " Ngiring Ngiring { Ayo Ayo, Red}," kata Manuaba sebelum mulai Ritual, setelah tangan kirinya memegang Bajra [genta] Uapacara ritual dimualai dengan alunan Bajra, Kidung, Para pemedek termasuk Made Gede Ray Misno { Ketua KPU Kota Denpasar, Red}dan para Pemangku mengikutinya sampai sejauh itu Ritual biasa-biasa saja seperti kebanyakan umat Hindu Berdoa, Namun 15 menit kemudian, Tiba-tiba tangan Manuaba mengepal [Kerauhan] dan mengangkat kedua tangannya keatas sampai Bajra nya jatuh, " MERDEKA, MERDEKA" bahkan semua Mangku ikut Kerauhan dan semua berteriak MERDEKA, semua yang hadir pun berteriak "MAHARDIKAAA" untuk beberapa saat Manuaba terdiam, ada yang bilang sepert KETENGGENGEN namun dari mulutnya tetap Komat Kamit, setelah kelihatan tenang bajara dipungut dan langsung digerakkan kembali seperti semula dan menimbulkan bunyi khas : KLONENG, KLONENG, sementara iringan musik, Kidung, ke Hyang Widi berkumandang lagi, "Kalau sesaji tak lengkap Bajra tak akan berbunyi" kata seorang Mangku, jarum jam menunjukkan 00.32 Tiba Tiba Manuaba memerintahkan kepada seorang wanita untuk memimpin nyanyi lagu kebangsaan Indonesia Raya, Wanita yang sebelumnya membantu menyiapkan Banten ini dan langsung maju kesisi kiri Pedanda "Mari kita nyanyikan lagu Indonesia Raya " ajaknya [sambil Kerauhan] Bak Dirijen upacara HUT RI , si wanita Desa berpakaian Bali itu langsung memberi aba-aba , Maka berkumandanglah lagu ciptaan WR Soepratman itu " Indonesia Tanah airku.......Hiduplah Indonesia Raya," Demikian lagu dikumandangkan dengan khidmat, Saat memimpin lagu, Ketika Dirijen ini hendak duduk, Tba-tiba seorang Pemangku sambil duduk bersila , tapi tangan mengepal berteriak " INDONESIA MERDEKA, PANCASILA JAYA " , demikian dia mengucap kalimat itu, dan diikuti yang lain, lafal Patriotisme itu dulang 3 X. , Usai memimpin sembahyangan , menjelaskan apa yang dilakukan {tambahan lagu Indonesia raya, Pancasila dan Merdeka} adalah hal biasa ternyata bukan Kerauhan {Penjelasan buat yang tidak percaya / anti Kerauhana}, inilah ciri khas Majapahit kalimat ini sebenarnya terucap 700 tahun yang lalu, Jelasnya [keadaan Trans] selain itu kalimat itu untuk memeupuk persaudaraan dan kebangsaan menurutnya. {Djoko Heru S Wartawan Radar Bali} Disini di Tambahkan untuk yang tidak percaya Kerauhan, Adat di Bali semua Orang Mati di Mukswakan yaitu disempurnakan dengan cara Ngaben, Memukur dan di Linggihkan di Mrajan agar punya tempat itu Roh nya dan adat ini di Jawa sudah tidak di kenal Orang Mati di Jawa dibuang di Sungai sampai ratusan ribu 1965-1966 tanpa upacara inilah yang dijawa bisa bikin "Kesurupan" sedang di Bali dulu tidak ada Roh Gentayangan, Bila ada Upacara 'Panca Wali Krama' Diadakan Ngaben masal di Seluruh Bali, jadi tidak ada Roh Penasaran keluyuran, jadi bila di Pura Kerauhan hanya Bhatara dan Bhatari yang Rawuh, bukan roh penasaran yang tidak mungkin bisa masuk Pura, memang Adat Mokswa saat ini luntur jadi jarang orang tidak ngerti apa itu Mokswa yang benar, kalau Teori memang banyak bukunya, tapi menjelaskan praktek sulit, itu Bali dulu, sekarang tidak mungkin Bali bisa bersih, Karena Pemerintah Bali didesak Golongan Muslim harus menyediakan Makam, jadi Bali sudah tidak bisa bersih lagi, inilah kehebatan Agama yang tidak percaya Mokswa yang hanya berharap Kiamat Dunia yang kapan tidak tahu, ajaran Ilmiah Bibel dan Quran, inilah prinsip yang sulit, sebab selama Orde Baru 1965 pelajaran Mokswa / Kafir ini tidak diajarkan lagi, bahkan Orang sakti pun banyak di Tumpas, dulu yang Kebal dan Sakti jadi sasaran penumpasan, sampai ada yang rela pakai pakaian putih dan rela mati di bunuh untuk Agama suci Allah, sebelumnya sulit di bunuh, maka dengan penumapasan ini bangsa kita akhirnya masuk Agama Suci yang dominan tidak percaya lagi pada ilmunya sendiri dan tunduk dengan kitab Allah, dan Yang tidak mau mati, dimasukkan Drum dan dilas entah dibuang kemana, ada yang diseret mobil segala sampai hancur, jadi kini bangsa kita sudah tidak ada yang sakti / ilmu setan lagi, ada tapi sudah tidak mau bergaul dengan Umat Allah yang tidak percaya ilmu Setan yang dimiliki Orang Sakti yang jujur dan Ngerti Pancasila, yang di agungkan Tukang Tumpas dengan Nama Agama, ini terbukti di kitab Lama yang kini sudah bebas, dipelajari, tapi kita tetap ketinggalan dengan kitab Import yang mendominasi khususnya Bibel dan Quran, selama 50 tahun terakhir, jadi kitab Majapahit numpuk di Gedung Kertiya Buleleng Bali {dijawa tidak ada sudah di bakar 500 tahun yang lalu} untuk mempelajari Jutaan Lontar ini butuh waktu lama dan berapa generasi lagi? tapi masih untung Praktek Praktek Odalan / Memberi makan Leluhur masih Eksis di Bali tidak di Tummpas seperti di tempat lain, inilah keunikan Bali yang diharapkan Dunia, terbukti Ruwatan Tingkat Dunia bisa diadakan Pura Majapahit di Bali, yang bukan rekayasa narik Touris, tapi murni Karena di Trowulan dilarang, dan Tourispun tanpa ditarik akan tetap tertarik Upacara Unik memokswakan Orang yaitu Ngaben dan Memukur sampai melinggihkan Roh yang tidak ada duanya di Dunia, kalau Orang Sakti bisa Mokswa sendiri, yang tidak bisa Mokswa di Mokswakan yang masih hidup yaitu Upacara Ngaben sampai seterusnya yang diluaran sudah tertumpas Agama simpel cukup naik haji masuk surga, atau yang Kristen ke Jerusalem tempat Allah akan bertemu Allah dan diselamatkan nanti Kiamat. Memang adat kita Majapahit kecil hanya setitik di Bumi ini dan orangnya jujur lalu dianggap tolol mudah diancam [dipanggil diancam di Kecamatan, disebu, dibubarkan] dan dikibuli, Tapi Jesus Nabi nya Kristen juga berjkata " yang akan selamat sedikit sekali" bahkan Jesus tidak mendirikan Agama " Kalu mau selamat ikuti jejak ku" disuruh niru Beliau yang sabar, tapi bisa marah mengobrak obrik juru cukai didepan kaabah, suka Bertapa 40 hari 40 malam, digoda iblis 3 X orang sekarang mengambil Teori Sundul Langit nya, tanpa bisa bertapa apalagi ketemu iblis 3X {gak uku uk ya tapa di vila ditemani cewek lebih enak}, ini kan mirip Pertapa kita para Empu tapa digunung, Raja pun datang sembah bahkan pertapa ini diangkat menjadi Dang Kasaiwan dan Dang Kasogatan dan di sucikan di Kerajaan, jadi miriplah apapun ajaran Orang sakti di Dunia, hanya karena Manusia mencptakan Agama Kristen si Petrus, Islam Muhammad, Hindu Para Resi, lalu Para Pertapa dan Jesus tidak menciptakan Agama hanya perilaku, yang sekarang Perilaku harus di Tumpas termasuk Hyang Suryo, Orang harus ikut Agama dan Politik saling tumapas terbukti Islam Kristen di sini memberi contoh saling tumpas kalau ada kesempatan [ambon], bahkan Perang Timur Tengah RI harus mihak islam memusuhi Israel yang kristen. Teralu panjang Orang bosan karena cerita ini Teorinya sudah mengakar di Otak, praktek nya dicari yang menguntungkan kelompoknya agar bisa numpas kelompok lain, bersyukurlah orang jujur di Bali biar buta teori masih memraktek kan Budaya Leluhur biarpun "Mula Keto",- Jimbaran 27-10-2009 {Team Ahli Majapahit} menyambut Odalan Mula Keto di Puar Majapahit GWK 1-11-2009 nanti.