Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch Portuguese

twitter

Jumat, Mei 28, 2010

BRAHMARAJA TRIMA DUTA WISATA NUSANTARA DI KERATON IBU

Keraton / Pura Ibu Majapahit pada hari Waisak 28 Mei 2010 suasana sangat ramai Orang pada merayakan Hari Tri Suci Waisak Suasana Mendung Tebal dan Sebentar sebentar Hujan Turun, Tepat jam 19 WITA Rombongan Para Duta Wisata se Nusantara tiba dengan Busana Adat masing masing Daerah nya yaitu 22 Provinsi di Indonesia.

Dengan disambut Tarian Barongsai pimpinan Pelajar dari jepang  bernama Akira Takaki Anehnya Langit langsung Terang dan tidak setetes pun Air hujan Turun dan Bulan Purnama Waisak terlihat bak Tersenum menyambut Kedatangan Para Duta Wisata, Ternyata Keris Naga China atau Liong Kiam di Hunus dan diberi Sesaji Tumpeng oleh Bikuni Takaki dan Pejati oleh Mangku Budhi Busungbiyu hingga Alam tenang tidak Hujan sebab kepercayaan China Naga bisa mendatangkan atau menolak Hujan, dan Para Duta Wisata pun bisa datang tanpa kehujanan yang kalau hujan bisa dibayangkan membuat Luntur Pakaian Adat Nusantara nya yang dibawa dari Daerah nya masing masing dan ini sungguh mengherankan Padahal Suasana diluaran Hujan Angin, di Pura Ibu malah Aman dan Terang bebas Hujan dan Bulan Purnama menampak kan Diri..

Para Duta Wisata ini langsung duduk di Kursi warna Merah Brahma yang baru dikeringkan Para Pemangku karena basah diterpa Hujan, Para Duta duduk ber Atapkan Langit yang Langsung Cerah menampakkan Bulan Purnama menggeser Awan Gelap dan tebal sebelumnya hal ini tidak mengherankan ketika Waisak di candi Bayalangu Tulung Agung tahun 2000 disaksikan Ribuan Orang waktu itu Langit Gelap dan habis Hujan lebat Brahmaraja XI lalu berkata ''Sebentar lagi Bulan menampak kan diri harap tenang" ternyata Awan gelap menepi dan Bulan langsung bersinar Terang Saksi dari Bali AA Ngurah Darmaputra SH, Mangku Bima Mananda, Kanjeng Pangeran Eko Priyono Paku Alam pemilik Apotik sanur dll yang akhirnya Orang menganggap Hyang Surya "Sabdo Pandito Ratu" dan memang di KTP kolom Pekerjaan disebut : Pandito Ratu dan Orang sangat sulit menemui Orang Aneh ini,

Tak Lupa Hadir pula Raja majapahit Bali Sri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan I yang di Abhiseka Brahmaraja Wilatikta XI 1-1-2010 di Pura Besakih, juga ribuan Penduduk Bali juga Tamu dari manca Negara dan Nusantara ikut berjubel memenuhi Keraton Ibu majapahit, Sambutan selamat datang dikumandangkan Pandita Agung Majapahit Shri Empu Prawiradipura, diteruskan Sambutan Brahmaraja XI yang menjelaskan bahwa Pura Ibu majapahit adalah Tempat leluhur, Jadi bukan Agama Seperti Sidharta gautama juga leluhur yang menurunkan Pat Mo Co Su Generasi ke 28 yang mendirikan Siao Lim Si di China dimana Leluhur Putri Majapahit juga dari China terbukti Uang China / Kepeng masih di Gunakan Upacara di bali hingga saat ini,

Juga di Jelaskan bahwa Ilmu Para leluhur adalah Mokswa sesuai Hari waisak yang juga memperingati Mokswa nya Budha, Dan Adat majapahit memang hanya lestari di Bali hingga Bali jadi Perhatian Dunia, dan Dunia hanya mengenal Bali bukan Indonesia, ini di Karenakan Adat nya yang Unik, Yaitu hanya Orang bali yang bisa me Mokswa kan Orang yaitu upacara Ngaben, Memukur dan melinggihkan Roh di Pura, Jadi bila Orang tidak bisa Mokswa maka yang hidup yang me Mokswa kan dengan Upacara yang hanya di Bali yang tahu Tata cara nya baik Sesaji dan Peralatan untuk Mokswa, ini adalah warisan dari Adat majapahit yang juga Pencipta pancasila yang terbukti bisa menyatukan Nusantara hingga Bali yang melestarikan Adat Majapahit menjadi Terkenal di Muka Bumi, Juga Tata cara majapahit di Tiru Dunia seperti Pemilihan Umum mencari Gajah mada atau Perdana mentri,lebih jauh dijelaskan juga bahwa Amerika yang meniru Sistem Majapahit yaitu adanya Raja di Raja Presiden Obama yang membawahi Presiden Presiden di Negara bagian atau federal. Dimana Zaman Majapahit Raja di Raja Majapahit pun membawahi Raja Raja Nusantara.

Selanjutnya Sambutan Raja majapahit bali Sri Wilatikta Tegeh Kori yang menjelaskan tentang keberadaan Majapahit di Bali, diteruskan sambil di Pandu Sang raja Majapahit Bali Para Duta Wisata se Indonesia ini dipersilahkan melihat lihat Pusaka dan Pratima / Potret leluhur majapahit, juga ke Musium Pura Ibu dimana di Pamerkan Pusaka Pusaka kembar majapahit, Acara diteruskan Pemotongan Tumpeng Waisak berwarna Putih dan Kuning, Raja Majapahit Bali menerima yang Putih dan Raja majapahit nusantara menerima yang Kuning, Lalu Pucuk Tumpeng ini saling di Tukar oleh kedua raja ini agar tetap bisa menyatu,

Dan Para Duta Wisata juga menikmati Tumpeng ini, di Teruskan makan bersama di Tambah Hidangan Prasmanan vegetarian agar cocok untuk Semua Agama. Acara diteruskan permintaan Foto bersama Brahmaraja bagi Para Duta Wisata ini,

Diteruskan Pandita Agung Majapahit Shri Empu Prawiradipura dengan Pengeras Suara memberi Kesempatan kepada Para Pengunjung Upacara memberi Salam dan Hormat kepada sang raja Nusantara bagi semua yang Hadir yang juga disebutkan bahwa Hari Waisak ini adalah juga Ulang Tahun Raja majapahit Nusantara, Yang jatuh pada hari Waisak ini.

Mendengar ini Mereka yang Hadir pun rebutan menyalami bahkan ada yang mencium Kaki Sang raja majapahit masa Kini yang menurut Adat Hindu biasa memegang kaki Orang Suci dan mengusapkan ke kepalanya bahkan untuk melantik Pendeta pun biasanya Sang Guru Nabe menginjak Kepala Calon Pendeta agar bisa jadi Pendeta hal ini kurang di Pahami Agama lain apalagi  yang dilarang Mengkultuskan Orang,

Hingga Satpam kerepotan mengatur Orang yang rebutan menyalami, memegang Kaki atau mencium kaki bahkan Seorang pendeta Budha Gundul dan ber Jubah Putih malah ikut ikutan mencium Kaki Sang Raja yang sudah dianggap Dewa hingga mengalami Trans ketika mencium Kaki Sang Raja yang belum Menikah dan selalu berjuang untuk leluhur dengan membuang kepentingan pribadi  nya hingga Mengalami Serbuan bahkan di Bom dan dilarang Ritual dan Kegiatan dalam bentuk apapun di Trowulan hingga di Undang ke bali hingga Orang Sulit menemui dan beginilah bila Orang bisa menemui nya lalu menganggap Dewa karena nama Beliau Hyang Bahatara bahkan Liem Ping Hong dari Semarang sampai 27 tahun ingin bertemu gagal terus dan baru 2008 bisa bertemu Orang yang terkenal bernama Hyang Surya ini di Garuda Wisnu Kencana [GWK] Liem lalu tinggal di Bali agar bisa dekat dan membantu membangun Klenteng / Gedong tempat Pratima / Kimsin Jien So Jien Yen atau Bali menjebut Siwa parwati Tangan Seribu Manivestasi leluhur Ibu Putri dari China di Puri Gading yang disebut Pura Ibu sekarang,

Demikian pula Sang Penganut Budha yang berkepala Gundul mengenakan Jubah Putih  ini Karena Kagum dan Cinta nya pada sang Raja yang juga disebut Keturunan Bhatara Indra karena Brahmaraja Jayasabha [Wisnu Wardhana] juga disebut Bhatara Indra pada Era Majapahit 1343 di Pura Besakih, sampai sambil menangis dan terharu ikut ikutan Orang yang pada Mencium Kaki Sang Raja Simbol Nusantara hingga tidak mau lepas karena menangis terus dan terpaksa di Gotong oleh Satpam dan Pemangku untuk di beri Tirta Suci dari Mata Air seluruh Dunia yang dibawa Para Pengunjung dari seluruh Dunia termasuk Prabu Dharmayasa dari India, agar sadar dan jangan ikut ikutan Orang mencium Kaki Sang Raja yang hanya dilakukan Para Sepiritualis Tingkat Tinggi dan mengerti Adat Budaya majapahit yang lestari di Bali bahkan Raja majapahit Bali yang juga bertitel DOKTOR dan Rektor Universitas mahendradata pun kalau bertemu lalu jongkok memegang Kaki Sang Raja majapahit Nusantara lalu diusapkan ke Kepala Sang DOKTOR termuda di Dunia ini disaksikan banyak Orang dan tidak canggung karena memang Adat nya demikian untuk menghormat kepada Orang yang di Sucikan Padahal Sang Raja yang ber Abhiseka Brahmaraja Wilatikta XI juga Orang Sederhana dan tidak Gila Hormat bahkan senang merendah duduk duduk di pinggir Jalan dengan Baju Kaos lusuh tapi selalu Udengan hingga menjadi ciri khas nya, tempat Orang kecil jualan Loak bahkan minum di Warung Bedek tempat Tukang Becak minum bahkan mau digonceng Sepada Pancal oleh Penduduk agar berkunjung ke Warung nya yang dipikir seorang Kabur Kanginan tanpa Sanak Kadang, dan ketika ketahuan Orang yang mengenal nya yang langsung Sungkem delosor telungkup seolah mencium kakinya dan ini membuat Orang yang menyaksikan  makin menghargai dan mengagumi nya bahkan ikut ikutan Delosor memeluk kaki dan mencium sekalian kepada Dewa Nyamar sampai Anak kecil pun juga ikut menghormat dikarenakan Orang yang Tua memberi contoh, dan ini bukan di Bali saja tapi di Trowulan pun sama Orang mengenakan Udeng Kejawen pun kalau menghormat sampai Tertelungkup bahkan menangis bila bertemu Raja Majapahit ini, Entah Gembira, Terharu atau apa masih perlu diadakan penyelidikan di Era Globalisasi ini kok masih ada Orang memakai Adat aneh ini.

Demikian menganggap Suci dan Mulia kepada Seseorang yang dianggap tak bercela tingkah laku hidup nya. Dan untuk Bali di Pedesaan seperti Singaraja penghormatan secara berlebihan ini masih lestari hingga kini kepada Orang yang dianggap Suci.Dan di Perkotaan tentunya dianggap Kolot atau Kuna Tapi kalau Seorang Doktor dan Rektor juga mau melestarikan Penghormatan ini ya agak Runyam Seperti DR Gusti Wedakarna yang pernah ke India dan sekarang Raja majapahit Bali pun masih suka memegang Kaki Brahmaraja, oh ya Orang India bertitel Doktor juga memegang Kaki Hyang Surya bahkan anak nya pun mengatakan "God" yang segera dibantah Sang Raja Brahmaraja bahwa God itu Brahman sedang Brahmaraja Dirinya  adalah King atau raja jadi bukan Brahma Tuhan atau God dan Sang Doktor dari India pun manggut manggut, jadi memang runyam karena Bangsa kita sudah 500 tahun tidak mengenal Budaya Majapahit kecuali Bali.

Jadi Penghormatan Berlebihan sudah tidak dikenal kecuali Penghormatan kepada Nabi Muhammad Penerima Wahyu Allah, sedang Bangsa kita hanya Penerima Wahyu Dewa dan leluhur jadi Kalah dengan wahyu Allah nya Islam. Bahkan Penghormatan kepada Dewa pun dianggap Musrik dan Berhala apalagi terhadap Brahmaraja XI, tapi ya untung masih ada Bangsa ini yang masih menghormati Adat Budaya Bangsa nya juga.

Tapi bila di Suatu Tempat setelah Ketahuan dan Orang selalu menghormati Beliau malah menghindar seperti di Pasar Maja Agung Orang pada Sungkem dikarenakan KH Ali Penjual Keris dan Permata menunjukkan majalah Gambar Hyang Surya Brahmaraja memakai Udeng dan tidak bisa disangkal lagi biarpun tidak mengakui kalau gambar itu bukan dirinya maka KH Ali makin Hormat atas Kerendahan Hati yang tidak mengakui Foto di majalah terbitan 1996 tapi Orang tetap percaya kalau itu Foto Beliau akhir nya Pria ber Udeng yang di Kenal Hyang Suryo ini jarang kelihatan di Pasar Maja Agung, Belakangan Pasar ini Terbakar dan pedagang di pindahkan ke Pasar Baru sejauh 3 km.dari Pasar Lama,

Beliau aneh nya dan membuat Orang heran tak habis pikir kalau Beliau senang tinggal atau ngobrol ditempat yang Orang tidak mengenal nya jadi Bebas tanpa sekat bahkan di kota Malang Jawa Timur Beliau terkenal dengan nama Buda sampai Benda apapun yang pernah di pegang jadi Rebutan dan dianggap punya Tuah seperti Batu Ajaib nya Ponari Seperti Kejadian di Klenteng An Eng Kiong Malang Jawa Timur, Bunga, Beras, bahkan Takir Bekas Tempat Sesaji jadi Rebutan ketika dilempar Brahmaraja XI ini, dan di Bandung Jawa barat Beliau terkenal dengan nama Julius Kaisar serta di Solo terkenal dengan Hyang Bhatoro Agung Suryo Wilatikto yang mendapat Penghargaan Dharma dan Bhakti Budaya sebagai Raja Abhiseka majapahit dari Pusat Lembaga Kebudayaan Jawa Tri Dharma Mangkunegaran yang mana pada Hari Ulang Tahun Keraton Mangkunegaran ke 250 Sri Paduka Yang Mulia KGPAA Mangkunegara IX memberikan Pucuk Tumpeng kepada Raja Abhiseka Majapahit ini disaksikan Gubernur Jawa Tengah, PANGDAM, DPRD, para Bupati, Para Rektor, Utusan Keraton se Nusantara, Budayawan, Tokoh Masyarakat dll di Solo Raya ,

Serta  Beliau yang di Percaya me Ruwat Kota  Kadhiri bahkan sepanduk Penyambutan di Jalan Kota Kadhiri pun dipasang "Selamat Datang Hyang Bhatoro Agung Suryo Wilatikto" Bhatoro kan Dewa ? dimana yang lucu Mobil Beliau di Cegat beberapa Orang Tua berjenggot juga malah Delosor menghormat disaksikan banyak Orang mereka Bangga masih punya Ratu yang selama ini hanya dalam Impian saja dan Ternyata memang ada hingga Penghormatan sangat berlebihan menurut Penduduk Kadiri Para Orang Tua ini adalah Pahlawan Kmerdekaan ada yang bekas Pasukan Pembela Tanah Air [PETA] juga HEIHO [Angkatan Laut Jepang] yang tersisihkan bahkan untung lolos dari Penumpasan 1965-1966 yang di Cap Komunis Pendukung Bung Karno yang Pancasila dan NASAKOM dan Mereka biasa nya ber Ilmu dan Sesepuh Kejawen yang mem mimpi kan Simbol Idiola sebab mereka frustasi melihat sulit nya mencari Simbol di Zaman Rusak ini semua ujung ujung nya Duit, Memang Adat Pedesaan yang masih Percaya Dewa atau Bhatoro Katon sangat Sulit diberantas karena inilah sisa sisa Adat majapahit yang menganggap Dewa Bhatara terhadap Raja nya, Bahkan di Keraton Mangkunegaran pun Adat jalan Jengkeng atau sambil jongkok masih juga lestari ketika akan menemui Orang yang dianggap Raja dan ini disebut Primordial oleh Orang Moderen yang kenal Agama dan hanya memuja Allah serta Nabi Muhammad saja yang boleh di Puja sedang Bangsa sendiri dianggap Rendah padahal masih banyak Orang Suci di Negeri ini dan juga tidak gila hormat tapi menjunjung Tinggi Adat leluhur yang Adiluhung malah di tuduh Komunis. Tapi Orang lah yang menghormati ketika melihat Perbuatannya se hari hari yang dianggap Suci. atau tak tercela biarpun tidak ber Agama tapi memegang kukuh Adat Leluhur yang Adiluhung hingga menjadi Idiola jadi untuk bisanya Orang menghormati juga dari Tingkah Laku diri nya sensdiri..

Aneh Tapi Nyata memang kebetulan Beliau Keturunan Bhatara [Raja] Ring Jenggala dan sampai hari inipun Beliau masih Ketua/Sesepuh/Raja Pura majapahit Jenggala yang untuk melindungi Adat Leluhur yang banyak ditentang Agama dan ada Yayasan nya atau Fondation yang diakui Dunia yang kerja sama dengan Universitas Marhaen Bali yang didirikan Bung Karno 1963 juga Beliau diangkat jadi Dosen Luar Biasa di UNMAR ini , Juga Para Duta Wisata pada berebut meminta Air Suci dari mata Air seluruh Dunia yang di Kumpulkan dari Para pengunjung Seluruh Dunia.ini untuk di Siramkan di Kepala dan di Minum sesuai Adat bali yang dilihat nya dan mereka mengikuti Adat Bali itu yang adalah Adat majapahit Pemersatu Nusantara bahkan Brahmaraja nimpali bahwa Orang Bali sangat Boros kalau Upacara tapi kan tidak ada yang jadi TKI dan pulang Tewas mereka hidup nya Tentram tidak kekurangan berkat Restu leluhur yang dipercayai nya, ini membuat Para Duta Wisata makin Percaya  Hingga Para mangku kuwalahan memberi Tirta karena banyak nya yang minta.

Akhir Acara Pertemuan, Shri Wilatikta Brahmaraja XI melepas depan Kori Agung Candi Bentar Kepulangan Para Duta Wisata dari Seluruh Indonesia ini ke Hotel dan Kongkres masih berlanjut hingga 30 Mei, mereka kembali menyalami Pria berambut sebahu yang biasa disebut Hyang bhatara Agung Surya Wilatikta Brahmaraja XI ini,

Mereka dengan Terharu berpamitan dan berjanji akan datang lagi tapi secara Pribadi untuk Melihat Keraton Ibu majapahit lebih lama dan sepuas nya yang Koleksi Budaya nya tiada dua nya di Dunia ini yang minggu lalu di Shooting Reporter dari Australia Mr. Markus dan Rombongan yang sangat Kagum akan Pusaka Pusaka Leluhur majapahit dan VCD nya akan di Siarkan di Dunia agar Dunia Tahu kalau majapahit masih ada,

Dimana juga membuat kagum pula Para Delegasi dari seluruh Nusantara ini yang bisa melihat langsung Karya leluhur yang Adiluhung dan di lestarikan tanpa satu pun yang di lelang untuk di Jual seperti Pemerintah me Lelang Penemuan Peninggalan leluhur baru baru ini, "Lho kan masih sampai tanggal 30 di Bali nya ?" kata Pria yang sehari hari dipanggil Hyang Surya ini ketika seorang Gadis menangis terharu sambil menyalami nya, " Ah belum berpisah sudah menangis" imbuh Sang Raja, yang akhirnya Gadis mengenakan Selempang ini kembali tersenyum dan menghapus Air mata nya, "Ya ada Pertemuan tentu Ada Perpisahan, itu Suami istri saja kadang harus berpisah karena Provesi nya berbeda,,,," Gurau Raja majapahit Masa Kini yang disambut Derai Tawa yang Hadir mereka Bahagia sekali bisa bertemu Orang yang sangat terkenal Nama nya dan menjadi Simbol Raja majapahit Masa Kini, tapi sulit di temui bahkan malah sembunyi di Trowulan tapi akhirnya di ketahui Orang juga hingga Trowulan Ramai sampai Ratusan Bis Orang ingin bertemu Sang Raja yang suka menyamar jadi Orang sederhana ini dan Beliau pun tidak pernah mengaku Raja atau Orang Suci tapi hidup nya seorang diri jauh dari Keduniawian, hingga bisa menghidupi Masyarakat Sekitar nya dengan banyak nya Warung, Depot bahkan Restauran juga jualan Souvenir untuk dijual pada Para Tamu Sang raja yang kalau datang sampai puluhan bahkan ratusan Bis, ini bisa dimaklumi lha wong Peti Papan Bekas kalau ada Ratu Tawon nya kan penuh Ribuan Tawon datang membawa Madu untuk Ratunya, ini Tawon otak nya kecil apalagi Manusia Kata Raden Sisworo Gautama Penduduk Kedaton Trowulan biar pun Peti dari Emas kalau tidak ada Ratu nya mana mau Tawon datang ? dan inilah Kasunyatan Imbuh Pria Ganteng Tinggi berambut Panjang Ngombak ini dan Pengagum Berat Hyang Surya, Banyak nya Tamu datang hingga Ratusan Bis ini yang membuat Orang iri dan menuduh Menyebarkan Hindu hingga rumah nya di Serbu dan di Bom tapi gagal yang ngebom malah disambar Petir yang menurut Suhu / Sianshe dari China yang Turun Cin Kwang Sen Mu atau Ibu Sakti Sinar mas sebab Bom nya tidak meledak tapi Orang nya Mati terbakar bahkan Pohon Keres yang ikut tersambar tidak mati Daun nya tetap tumbuh jadi menurut Suhu dari China ini kalau  San Tien Zen [Dewa Petir] yang turun pasti Hangus itu Pohon dan mati jadi Yang Turun adalah Ibu Sakti Sinar mas sesuai leluhur Brahmaraja XI adalah Ratu mas atau di China di sebut Dewi Kwan Im dan memang benar Permaisuri Brahmaraja adalah Putri Raja Miaoli bernama Yulan kalau di runut ke atas adalah masih Turunan Raja Miao Ciang ayah Miao San yang menjadi  Dewi Kwan Im,

Akhirnya Rumah nya di Tutup Camat Trowulan dilarang Ritual dan kegiatan dalam bentuk apapun yang aneh Sang Camat langsung Struk dan Tewas dan Trowulan sejak di Tutupnya Rumah Raja ini jadi sepi Warung pada tutup, dan Beliau di Undang untuk tinggal ke Bali hingga terbentuk lah Patung Ganesa Terbesar dan Tertinggi di Dunia di Singaraja dan masuk Musium Rekord Indonesia [MURI] dan Prasasti nya Beliau Tanda Tangani sebagai Raja Abhiseka majapahit bersama Sukmawati Sukarnoputri sebagai Wakil Bung Karno Pendiri Negeri ini untuk Tanda Peresmian hingga Singaraja yang sepi kini Ramai didatangi Kapal Layar Mancanegara bahkan baru baru ini 128 Kapal Layar singgah di Lovina tempat Ganesa Tertinggi itu dan Hotel dan Pedagang Souvenir pun menggeliat Bangun seiring Bangkrut kena Bom Bali,

Juga Candi Budha termegah di Dunia diatas tanah 200 hektar sumbangan Gusti Sentanu dan sampai Anggota DPRD Bali menyumbangkan Gaji nya untuk Pembangunan Budha ini, dan sampai hari ini Candi Budha itu malah belum dikunjungi Sang Raja karena Candi Siwa nya belum selesai "Kalau Ngenteg Linggih saya baru mau datang" ucap Pria yang tidak pernah membuka Udeng nya ini dan membiarkan Rambut nya selalu terurai dan Menjadi Simbol Majapahit masa kini sampai ketika membikin Pasport pun Udeng tetap melekat sebagai simbol Majapahit bila keluar negeri sebab tentunya akan sesuai ketika Pria ber Udeng ini di Priksa Pasport nya yang memang ber Udeng apalagi nama nya Brahmaraja Wilatikta XI tentunya menjadi Simbul Majapahit Bali sebab bali sangat terkenal diluar negeri akan busana adat nya,

Demikianlah Kunjungan Para Duta Wisata dari 22 Provinsi di Indonesia berakhir dengan penuh Kesan mendalam karena Sang Raja berkenan menemui para Delegasi Duta Wisata dari seluruh Nusantara yang Surat Permohonan ingin bertemu jauh hari sudah dilayangkan ke Pura Ibu [bisa dibaca di Blog sebelum ini] agar Beliau berkenan menemui, dan Para Duta Wisata ini berjanji di daerah masing masing akan mencanangkan Cinta tanah Air yang Subur makmur dan Permata di katulistiwa ini dengan semboyan "Cintailah dan Kenalilah  Negrimu".Lebih aneh lagi setelah Upacara Pertemuan dengan Para Duta Nusantara selesai dan Para Duta pergi tak lama Hujan Turun disertai Angin kencang.

Inilah Bukti Nyata sampai Alam pun Merestui Para Duta Wisata se Indonesia menemui Raja simbol Nusantara sebuah Bukti Ilmiah bahwa Beliau Benar Benar Raja Majaphit Nusantara yang dekat dengan Para leluhur yang dimanivestasikan Dewa bahatara karena terbukti sampai Alam pun membantu Acara yang dihadiri Beliau dan ini bukan Kebetulan sudah menjadi Pengtahuan umum dimana Beliau memang di Cintai Alam Tanah Air karena Cinta nya Beliau kepada Tanah Air nya dan selalu berjuang Melestarikan Ajaran leluhur nya biarpun Tantangan selalu menghambat Beliau tetap Tegar bak Batu Karang diterpa gelombang tapi tetap berdiri Tegak ditengah Lautan yang penuh Bahaya..

[Pandangan Mata Team Reporter Universitas Mahendradata, The Majapahit Center, The Sukarno Center dan Majalah Independen Majapahit]


Ingin Partisipasi Komentar