Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch Portuguese

twitter

Rabu, Desember 29, 2010

BANYAK YANG INGIN BERTEMU BRAHMARAJA


Puri Surya majapahit Trowulan Suasananya sangat tenang, Puri terletak di Tepi Segaran atau Kolam Raksasa buatan Zaman majapahit sangat Indah dan menawan. di sebelah Puri atau Keraton Brahmaraja terdapat Pusat Informasi majapahait masa Kini, Tempat ini tak pernah sepi, ada saja Orang yang Tandang gawe memperindah Pusat Informasi ini seperti KH Khoirul Klemat, Klewer dll yang sibuk membuat Pendopo, Dan juga ingin bertemu Brahmaraja XI. Seperti Liem Ping hong dari Semarang yang selama 27 tahun ingin bertemu Brahmaraja XI tidak bisa kesampaian ke Jakarta, Surabaya, Trowulan dll, Akhirnya Pria yang Arsitek dan Pemborong Bangunan Proyek ini berhasil bertemu di Garuda Wisnu Kencana bali dalam Kondisi Struk dan dipapah Hartono Rekan kerjanya. Setelah berdo'a didepan Pratima Dewi Kwan Im Tangan Seribu yang mendampingi Pratima Airlangga di GWK Ternyata sakit Struknya sembuh, Mata Kiri yang sudah tetutup bisa terbuka dan melihat kembali, Akhirnya Pria asal Semarang yang tinggal di jakarta ini membantu Pura majapahit, yang kebetulan sedang membangun Candi Ibu untuk Dewi Tangan Seribu yang di Bali dikenal Durga mahisa Wardhini, Arsitek yang juga dipanggil Mr. Tedi ini lalu membantu membangun Gedong Pratima atau klenteng dibelakang candi Ibu Majapahit. Dan hingga kini berada di Bali juga merehab Ruko Brahmaraja XI di Puri gading Tempat Para leluhur majapahit disemayamkan karena belum punya Candi / Pelinggih, agar bisa di Upacarai dengan benar.


Minggu lalu Brahmaraja XI diam diam pulang akan membawa Sabdopalon ke bali karena di Undang Universitas marhaen, Ternyata hal ini bocor hingga banyak Orang datang ingin bertemu dan Ngiring Beliau seperti Foto diatas banyak yang ngiring termasuk Mariko Takaki Pelajar SMA dari Jepang dan dikerumuni penduduk Desa Justru Orang Jepang Sangat diberi Otak Briliant karena sejak kecil sudah kenal dan memuja Budha bahkan Patung Ganesa dipegang dahinya dan diusapkan kedahinya sendiri biar Pintar, bahkan Orang hanya ingin bertemu Brahmaraja sampai menunggu berhari hari di Pusat Informasi Majapahit sambil kerja membantu membenahi Pusat Informasi yang Nyata dan Tak terbantahkan, Akhirnya kalau lagi di Rumah Brahmaraja XI berkenan mau menemui Termasuk dari Phillip Moris [Rokok Sampurna yang terkenal dengan JI SAM SU nya] yang memang sudah kenal lama dan puluhan tahun tak bertemu dan Tamu ini sangat bersyukur karena Brahmaraja lagi berada di Trowulan sedang Tamu Tamu lain masih kurang beruntung biarpun menunggu berhari-hari tapi entah Brahmaraja bewrda dimana karena tak seorangpun bisa menjawab Brahmaraja berada dimana termasuk Abdi Dalem Sisworo yang selalu berada di Pusat Informasi menerima Kunjungan para Tamu Bahkan Raja majapahit bali Sri Wilatikta Tegeh Kori ketika berkunjung Brahmaraja pun tidak ada, Beliau ditemui R. Sisworo diajak keliling Keraton melihat Meru leluhur dan Peninggalannya Dan Rektor Universitas Marhaen dan President Word Hindu Youth Organization ini berdo'a kepada leluhur majapahit didampingi Stafnya,

Dan baik Tua maupun muda sangat gembira bisa berjumpa Keturunan ke XI Brahmaraja Wisesa ini yang Candi / Meru nya masih ada di Pura Besakih Bali ini, Ada yang langsung Delosor mencium kaki Sang raja masa kini ini. Mereka terdiri dari berbagai Etnis, bahkan ada yang dari Jepang, China dan Lokal yang sangat berbahagia bisa bertemu Pria lajang yang gemar menyendiri serta membiarkan Rambutnya terurai dan selalu berjuang untuk melinggihkan leluhurnya, yang lucu Air Bunga bekas mencuci kaki sang raja malah rebutan dibawa pulang dengan dimasukkan Plastik entah untuk apa Juga ketika Acara Kirab di Malang Orang rebutan minta Tirta dan Bunga serta apapun yang dipegang Beliau jadi rebutan dibawa pulang. Rumahnya ditutup "Dilarang Ritual dan kegiatan dalam bentuk apapun" 2001 oleh Camat Trowulan waktu itu, Sayang Sang camat keburu Struk dan tewas, sedang Mr. Liem justru sudah Struk bertemu Brahmaraja malah sembuh setelah diarahkan agar Pura Pura meminta pada leluhur Dewi Kwan Im yang welas asih.


Brahmaraja XI ini terkenal dengan nama Hyang Suryo Foto atas berbaju Merah Brahma tapi diberitakan di Media bahwa ada 27 Hyang Suryo di Jawa Timur [Koran POSMO dan MEMO] hingga sangat sulit menemukan Hyang Suryo yang Asli karena tidak suka terpublikasi, Sampai Hyang Suryo Aslipun dikira yang palsu Foto atas hyang Suryo Asli yang senang Sowan leluhur ke Candi Lama Zaman majapahit mangkanya sulit ditemui dan kalau bisa bertemu di Candi adalah kehendak leluhur yang mengaturnya, Karena itu kini Beliau lebih senang disebut Brahmaraja XI saja, Karena nama ini tentunya tidak ada yang berani memalsukan, Dan Beliau sudah terpublikasi Wajahnya apalagi sejak di Bali 2003 wajahnya menghias Media Cetak dan TV hanpir tiap hari, Jadi Orang pasti tahu kalau ada Orang ngaku sebagai Beliau, Memang dimasa lalu Beliau tidak mau terpublikasi, jadi Orang tidak tahu Wajah Beliau yang memang sangat Sederhana dan akhirnya banyak yang mengaku sebagai Beliau bahkan menipu seperti Ketika Beliau ke Telaga sarangan Kaki Gunung Lawu dan menginap di Hotel Nusa Indah milik Bapak Giman yang sejak 1966 tidak pernah bertemu Hyang Suryo, Giman yang Putrinya Anggota DPRD Magetan ini sangat terkejut ketika melihat Wajah Hyang Suryo tak banyak berubah, Dan mengaku malah tertipu Hyang Suryo berwajah Tua 600 juta, Hal ini diceritakan Giman disaksikan Gede Susila, Mr. Dhany, Mr. San Cong dll yang mengantar dan mengawal Hyang Suryo ke Sarangan beristirahat dan Hyang Suryo diajak keliling melihat Hotel, Vila dan Rumah Pria tua yang dipanggil Mbah Giman ini, dan Hyang Suryo teman Bapak dan kakeknya tahun 1966. Beliau oleh Giman disediakan kamar Mewah untuk menginap tapi begitu Giman Lengah [Jawa: Limpe] Brahmaraja XI mengajak Jero Gede Susila yang kini telah di Dwijati jadi Pandita Dalem Tarukan ini pergi meninggalkan Hotel, kontan Mbah Giman kelabakan, akhirnya Cucu Mbah Giman yang mahasiswi bernama Anik menelpon Brahmaraja, dan Brahmaraja ngaku sudah di Bali. Dan berjanji akan berkunjung lagi, tapi sampai hari ini tak ada kabar beritanya Sang Raja ini berada dimana.


Sejak di Tutupnya Rumah Beliau di Trowulan 2001, Orang sulit mencari Beliau, biarpun di Trowulan tapi karena Kondisi di Tutup jadi tidak bisa menemui Beliau, Nekat masuk akan diseret keluar Takmir Masjit Karyono yang selalu memantau Tamu yang datang dan akhirnya ada atau tidak Beliau dirumah tak ada yang tahu dan Beliau malah bebas bepergian karena ditutup ini, Beliau di Undang ke Bali 2003, dimana camat Kuta yang kena Bom Subawa beserta Rombongan ikut Ruwatan di kadhiri yang dipimpin Hyang Bhatara Agung Surya wilatikta Brahmaraja XI 2002 dengan Tema "Budaya Pemersatu bangsa" yang diadakan Radio FM Sri Aji Wijaya, di Sponsori Koran memo dan Pengusaha di Kadhiri dan Spanduk nya menghias Jalan Kota Kadhri mengucapkan Selamat datang kepada Hyang Bhatara Agung Surya Wilatikta dan Para Tamu dari bali, Foto atas juga ketika Acara Suran di Trowulan 2002 setelah Beliau ditutup 2001 dan paling kanan Brahmaraja didampingi Reporter Media di Hotel Satelit Surabaya, Inilah Acara Suran terakhir Beliau sebagai Panitia sejak 1980 dan dalam acara Suran ini Beliau berpakaian Ibu / China Foto Kiri atas Brahmaraja bersama Warok Reog Ponorogo Busana Brahmaraja sesuai Uang Kuna dan Keramik China yang banyak ditemukan di Trowulan, Foto bawah Pasukan majapahit membawa Pusaka Tunggul Manik, Tunggul Naga, Keris naga raja dll untuk di Kirab Pusakan Pahargiyan  Suran, Paling depan ngemut Rokok adalah Kanjeng Gusti Suryo Manggolo dari Solo memimpin Barisan Kirab, Foto Kiri bawah Brahmaraja XI di Bale Kambang yang diera 1970 an Tempat Pertapaan Beliau Tiap Hari tertentu  ketika belum ada jalan menuju Pantai Bale Kambang ini dan Penduduk setempat Kejawen yang tua sangat mengenal Beliau, dan tiap Bulan Suro Beliau bertapa disini hingga disebut Pertapaan Wisnu dan kini Jadi Pura Hindu Hyang Widi Wasya berupa Padmasana dahulu masih berupa Meru Wisnu dan Meru ratu Mas, Kelihatan seperti Candi adalah Gapura Paduraksa, Para Sesepuh Desa setempat 2006 menemui Brahmaraja dan memohon Restu akan membuat Candi Leluhur Wisnu ditempat lain disaksikan Ir. Tedi, Hartono, Gusti Teken dari Musium Buleleng dan penduduk setempat, Mereka sudah tidak diikutkan di Pura Hindu bale Kambang, karena disamping KTP mereka Islam, Para Penduduk yang Kejawen Kepercayaan Wisnu Budo bukan Agama tapi dibawah Kebudayaan dan selalu ikut Suran di Trowulan ini Muja leluhur Wisnu Prabu Jayabaya dan Prabu Airlangga yang juga Budha. Jadi biarpun dilarang kegiatan di Trowulan Beliau masih Tanggung Jawab sebagai Panitia Suran bahkan di Percaya Meruwat Kota Kadhiri lagi 2002 padahal Beliau ditutup dan dilarang Kegiatan di Trowulan 2001dan di Kadhri dan Solo Belau masih disebut Hyang Bhatoro Agung Suryo Wilatikto Brahmaraja XI sesuai Tulisan Spanduk Penyambutan kepada Beliau yang dipasang di Jalan Kota Kadhiri yang Kejawennya masih kuat, dengan Tema "Budaya Pemersatu bangsa".dan di Kadhiri Beliau mau Siaran Interaktif di Radio Sri Aji Wijaya FM didampaingi Komandan Daerah Militer [DANDIM] Let. Kol. Edi waktu itu menjelaskan kalau Budaya Pemersatu bangsa Dan semua pertanyaan dijawab dengan sangat memuaskan dan dialog sampai diperpanjang 2 hari dan mendapat perhatian dari Siswa SD sampai mahasiswa, Dosen serta Tokoh Masyarakat yang memnuhi Studio 2 dan dialog langsung ada juga yang melalui Telepon.

Salah satu pertanyaan adalah Apakah Kesaktian Gajah mada hingga bisa menyatukan Nusantara yang dijawab Brahmaraja secara Ilmiah bukan Klenik bahwa Angkatan laut majapahit Ter Kuat di Dunia waktu itu, Setelah majapahit Runtuh barulah Columbus, Marcopolo, Bartholomeus Diaz, Fascodagama dll meminta Kapal pada Raja Masing masing untuk mencari Sumber Rempah Rempah yang tidak di Suplai Majapahit karena berubah jadi Negara Islam yang sibuk perang didarat tidak punya Angkatan Laut karena Arab tidak kenal Perahu dimana mereka pada menumpang Perahu saudagar Gujarat, dan ini terbukti Inggris,Fortugis dan Belanda yang punya Angkatan laut bisa menguasai Nusantara hingga 350 tahun, Dan hal ini dibenarkan Dandim Let Kol Edi yang ngaku juga belajar Sejarah. Sesuai Pesan Terakhir pendiri RI Bung Karno Jasmerah [Jangan sekali kali meninggalkan Sejarah], Juga ditanyakan Budaya Nyuguh yang dianggap Musrik dijawab Sang Raja kalau di Arab tidak ada Buah,Padi dan Tumbuhan seperti disini, hanya yang ada Kurma jadi Budaya nyuguh maupun Tumpengan tidak ada karena tidak ada sarananya, para pendengar maggut manggut puas, ditanya Tentang Pancasila juga dijawab Pancasila digali Bung Karno dari Kitab sutasoma Majapahit dan kini masih digantung sebagai dasar Negara dan Sumber daripada segala sumber Hukum. Sayang kurang diresapi kalau Hukum Zaman majapahit sangat Sempurna hingga kita bisa Aman Tentrem Kerta Raharja dan Adil Makmur Gemah ripah Loh Jinawi. Sesuai Kitab Negara Kertagama.

Kemudian Tema Pemersatu bangsa ini di Usung ke bali yang Kondisinya Krisis kena Bom, Selama di bali Brahmaraja mendapat sambutan antusias Masyrakat Khusus keturunan majapahit yang tetap melestarikan Adat majapahit Siwa Budha, dan Beliau setelah di Berbagai tempat dan terakhir di Puri Anom Tabanan yang heboh Beringinnya Ambruk pada Tumpak Landep kena Keris Gajah Mada lalu mendapat tempat Permanen di GWK dan Presiden Komisaris Yayasan GWK adalah KAPOLDA Bali Mangku Pastika dan kini malah jadi Gubernur yang kebetulan Yayasan GWK membuat Patung Terbesar di Dunia untuk leluhur Beliau Prabu Airlangga yang Putra Ibu Mahendradata dari Kahuripan [Jenggala] Pemaisuri Prabu Udayana raja bali, Dan Pura mahendradata Buruan Blahbatuh Gianyar justru lestari di bali sejak 1000 tahun dan Brahmaraja bersama Sukmawati dari The Sukarno Center malah mengadakan Acara tetap di Pura ini tiap 11 November. Ulang tahun Kerajaan majapahit Sayang acara 11 November 2010 Brahmaraja berhalangan hadir karena berada di Expo Borobudur di Shanghai China,

Mahendradata adalah Putri Mpu Sindog dari kahuripan yang sekarang Jenggala, Putra Mahendradata dari perkawinannya dengan Prabu udayana raja bali Airlangga menjadi Raja Jawa-bali hingga menurunkan Raja Kadhiri Prabu jayabaya dan raja jenggala Prabu jayasabha, Dan Jayasabha III bergelar Wisnu Wardhana Putranya Sri Kerta Wardhana mengawini Tri Bhuwana Tungga Dewi Ratu majapahit III dan Raja Jenggala Ayahnya mendapat Gelar Sri Wilatikta Brahmaraja Yang Merunya di Besakih serta Pura Jenggala juga lestari hingga kini di Besakih Bali, Dan Hyang Suryo sebagai keturunan ke XI sejak Tahun 1960 an sudah sering ke Besakih, Termasuk 1963 Ketika Eka dasa Ludra Beliau hadir bersama Bung Karno dan sri Gautama Pendiri saptodarmo Brahmaraja XI mengendarai VW Kodok buatan 1962 Warna Telur Asin Sopirnya Darma Surya,

Brahmaraja mengenakan Baju dan Saput serta Udeng Putih didampaingi Gadis bernama Lia berpakaian adat Majapahit dengan bunga bunga Emas dikepalanya yang kini berada di jakarta yang masih menyimpan Foto ketika Upacara di Besakih yang waktu itu diabadikan dengan Camera Leica M-3 oleh Gusti Dharmasurja juga Mr. Li Ming Ho ikut mengabadikan Foto dan Gunung Agung waktu itu sedang meletus tapi Laharnya ke Karang Asem tidak ke Besakih Foto Dokumentasi banyak berada di China karena Cu En Lay Perdana Mentri China juga pernah ke Bali 1963 dengan juru Foto Ming Ho dan Para Juru Photo banyak yang dari China akibat Mesranya China dan Bung Karno yang membuat Poros Jakarta-Peking-Pyong Yang dan pencipta NASAKOM untuk Persatuan, juga Pangeran Akihito yang lagi Pacaran sama Putri Michiko berada di bali ditahun yang sama juga Aisin Yeklo Raja terakhir China bersama Kesenian China yang pertunjukan dilapangan Denpasar [sekarang Puputan] Tiap malam serta pesta Kembang Api ini bisa ditanyakan Orang Tua di bali yang masih Menangi kejadian itu Dan saat itulah Bung Karno mendirikan Universitas Marhaen di Bali memamerkan pada Tamu Negara Mancanegara kalau Bali punya Universitas dan kini menjadi Universitas Tertua di Nusa Tenggara Timur, dari .Upacara Eka Dasa Ludra ini diadakan hanya 100 tahun sekali sesuai Lontar Pawilangan Indik Puja Wali Pura Besakih "Malih Ring Panataran Agung Eka Dasa Ludra Angken Masa Ratus Sapisan, Para Arya wilatikta Ring Marcapada Pang pada Eling....." Demikian Sangat beruntung waktu itu yang bisa hadir karena tidak akan mengalami kedua kalinya kecuali bisa hidup 200 tahun Bahkan Baju dan saput Warna Putih serta Udeng Brahmaraja yang digunakan Upacara 100 tahun sekali ini masih ada dan di Sakralkan sebagai Kenangan Upacara yang tidak mudah diikuti Orang Awam masa kini karena harus menunggu 100 tahun..

Dari GWK Beliau di Undang ke Singaraja bersama Pratima Ganesa dan Budha di Musium Buleleng yang jadi Pura majapahit Era Kepala Budaya dan Parawisata nya Drs  Ida Bagus Puja Erawan SH dan Bupatinya Drs. bagiada yang akhirnya terpilih lagi untuk yang ke 2 X nya, Hingga dalam 9 bulan Beliau di Singaraja terbentuk Patung Ganesa Terbesar dan Tertinggi di Asia bahkan Dunia serta masuk MURI [Musium Rekord Indonesia] dan Beliau yang menanda Tangani Prasasti Peresmian untuk mewakili Majapahit, dan Sukamawati mewakili Pendiri Republik ini Bung karno Gambar samping, Juga Tokoh Tokoh Dunia mewakili 128 Negara ikut membubuhkan Tanda Tangan di Prasasti yang lain hingga Singaraja khususnya Lovina sangan maju kini dan bulan lalu 218 Kapal Pesiar [3 bulan yang lalu 118 kapal berkunjung] dari segala penjuru Dunia sering bersandar Penghunian Hotel Melka yang pernah ditempati Brahmaraja sehari hari kini sudah 90% itupun kini sudah di Boking sampai 3 bulan kedepan dan penuh 100% kata Pemilik Hotel Karel Gunter Meyer kepada Reporter Kadek SH SPA beberapa waktu yang lalu, Serta di Singaraja Beliau diberi Rumah oleh Gusti Latria adik kandung Pahlawan Let Kol Wisnu yang dibuatkan Monumen dan menjadi nama lapangan terbang di Singaraja, Rumah beliau yang disebut "Puri Surya majapahit" terletak disebelah Monumen Pahlawan Wisnu di Sukasada ini kini Jadi Kahyangan Jagat majapahit dengan Candi Siwa Budha nya juga Sukmawati hadir meresmikan The majapahit center dengan menanda Tangani Prasasti, Sedang Gusti Sentanu juga menghadiahkan Tanah 200 hektar di Kali Buk Buk Lovina Situs Budha abad IV dan kini juga sudah Manjadi Kayangan jagat Siwa Budha atau Puri Surya majapahit Buleleng. Pihak Puri Buleleng yang Rajanya dibuang ke Padang sumatra Zaman Belanda. Keturunannya Yaitu Gusti Tisna SH juga memberi Rumah Bekas Rumah Raja Buleleng di Sukasada yang Pintu / Kuri Agungnya termegah di Buleleng Depan Pura Desa dan sebelah Pura melanting yang direhab oleh Puri dan rebutan merehab dengan PU setempat bahkan Budpar memberi Dana tapi ditolak pihak Puri, tapi Brahmaraja XI malah hanya sempat meniduri semalam yaitu hari galungan Siang hari untuk menerima Tamu lokal maupun Mancanegara karena Indah dan parkirnya luas serta aman karena Kantor Polisi hanya berbatas tembok, Jadi Polisi berpakaian Dinas tiap hari berada di Rumah / Puri Brahmaraja bikin Kopi dan menyapu Rumah bekas Tempat Tinggal Raja Buleleng juga  Ibunda Bung Karno dahulu sering bikin Canang ditempat ini, selebihnya Beliau memang tinggal di Hotel Melka dikawal Polisi Parawisata Sudirga yang belakangan jadi Kapolsek Sukasada agar bisa istirahat dengan tenang tempat patung ganesa Terbesar di dunia dibuat dan belum selesai waktu itu dan ada Pura majapahit nya untuk Meditasi.

Lagi lagi, Gusti dalem Pancasari juga membuatkan Beliau Rumah dekat candi Mas di Danau Tamblingan yang Indah Pemandangannya dan ber Udara Sejuk agar Beliau bisa tenang beristirahat dan awal Desember ini sudah selesai dan Budi Hartawan SH anggota DPRD Bali dan Rombongan Transit menuju Kalimantan sangat Kebetulan yang bertemu Brahmaraja di bandara Juanda Surabaya sempat memberi tahu agar mengunjungi Singaraja dan menginap di Pancasari yang telah selesai dibangun Gusti dalem. Tapi Brahmaraja yang sangat Sibuk dan banyak Undangan ini dan terbukti selalu di Bandara Terbang kesana kemari memenuhi Undangan hanya berjanji akan mengunjungi tapi waktunya tidak ditentukan, Waktu Gusti Sentanu memberi Tanah di kali Buk Buk Beliau berkata "Nanti kalau Ngenteg Linggih saya hadir" dan ini disaksikan banyak orang Tapi sampai kini belum Ngenteg linggih sedang Candi Budha dan meru mirip Besakih sudah selesai Tinggal candi Siwa yang belum selesai. Brahmaraja itu tidak gila Hormat, bahkan Beliau sering menyamar jadi Rakyat biasa dan sangat senang bila tinggal dilingkungan Orang yang tidak mengenal Beliau.

Tapi menurut R. Sisworo Bila Tempat jelek sekalipun kalau ada Ratu nya Tawon pasti berduyun duyun datang bawa Madu, ini Tawon apalagi manusia yang Otaknya besar dan waktu itu banyak Tamu bawa makanan nasi kotak untuk Sang raja bahkan Anjing Sang Raja didatangi salon Anjing untuk memandikan dan mereka merasa Bangga bisa memandikan Anjing Raja tanpa memungut bayaran malah Nyumbang bawa makanan untuk Raja dan Anjingnya juga Orang Arab bernama Umar malah datang membawa Gule untuk Raja dan Kerowotan daging untuk Anjingnya yang lucu bernama Ireng yang mirip Barongsai dan Juara Versi PERKIN yang diketuai Salam Sutanto yang juga Pasukan K IX Polda jawa Timur. Dan di Jogja Hyang Brahmaraja XI Ketua IX Pelestari Budaya serta mengurusi Kerabat mojopahit menggantikan Prof DR Wisnu Wardhana Suryadiningrat dari Puro Suryodiningratan Pelantikan Belau Ketua IX juga dihadiri Sri Paduka Pakualam IX, Walikota, DPRD dan Sesepuh Jogjakarta serta Pasukan majapahit Pemain Film Tutur Tinular 2002 bahkan di Alun Alun Suryodiningratan juga diadakan Upacara dilengkapi Tarian naga mirip Leang Leong China dan Brahmaraja sempat memberi Sambutan yang menghebohkan karena Jogja pernah menjadi Ibu Kota RI atau Bung Karno pindah Jogja juga disinggung Jasmerah yang membuat Para Orang Tua ada yang menanngis dan Kesurupan serta memeluk kaki Brahmaraja XI di Alun Alun Mantri Jeron Suryodiningratan yang memiliki Pendopo Manunggale Kawula Lan Gusti ini sebagai Kantor Brahmaraja XI sebagai ketua IX, malamnya juga diadakan Wayang dengan Lakon "Turunnya Wahyu Mahkuto Romo Ponco Tunggal" dan kelihatan Cakra menghias Langit Jogja malamnya jam 21.oo disaksikan banyak orang Brahmaraja yang dilapori ini hanya manggut manggut dan mengatakan Sabdopalon akan Turun bila Raja majapahit sudah ada dan ini juga dipidatokan Prof DR Ki Wisnu Wardhana Suryadiningrat yang 40 hari setelah melantik Brahmaraja XI sebagai Ketua IX untuk mengurus Kerabat mojopahit dan melestarikan Budaya Leluhur secara Murni dan Konsekwen yang sudah dilaksanakan Brahmaraja atau Hyang Suryo sejak muda. Beliau Mokswa kembali ke Alam Kadewatan dan di Stanakan di Kuta Gede Istana Raja Raja mataram, bisa dilihat betapa Budaya rakyat kita yang masih percaya pada Raja dan Sungkem jalan jengkeng bila bertemu Raja dan di Surakarta / Solo juga Hyang Bhatara Agung Brahmaraja XI mendapat Gelar "Pamong Pembina Budaya" dan menerima Pucuk Tumpeng Hari Ulang Tahun Mangkunegaran ke 250 yang langsung diserahkan KGPAA Mangkunegoro IX, biarpun sekarang Monarki bertentangan dengan Demokrasi kata SBY tapi Adat tentunya tetap lestari. Karena Orang Jawa itu adalah Baik seperti kata Orang Tua "Kok Jowomen Cino iku, Kok Jowomen Londo iku" jadi Orang yang dianggap Baik disebut Jowo. Dan Monarki seperti Inggris, Belanda, Jepang, Thailand Dll malah Demokrasinya berjalan sangat baik [Metro TV] daripada Demokrasi ala Indonesia yang kelompok mengaku islam menghancurkan Saptodarmo, melarang Orang Kristen Sembahyang ditanahnya sendiri, Nekat Pendetanya ditusuk Pisau, Ngebom Gereja dan Pura majapahit. Bahkan dalam Editorial Metro TV 5/1 dikatakan Pemain Sepak Bola simbul didadanya Garuda Pancasila Bhinneka Tunggal Ika kok malah diarahkan Istikosah, ini kan lucu Negara Kita yang Pancasila seolah sudah jadi Negara Agama islam, bahkan Sepak Bola sudah di Politik kan.

Kata Raden Sisworo Gautama ini ternyata benar, Pria Ganteng berpostur trggi ala Orang barat [Foto samping kanan baju merah sedang kiri baju putih Brahmaraja] ini sampai kehujanan dan kepanasan berjuang untuk bisa menjadi Abdi Dalem Brahmaraja, dan akhirnya setelah bertahun tahun berjuang tanpa henti Brahmaraja menerimanya jadi Abdi dalem dan menjaga Keraton Trowulan hingga saat ini Bahkan Raden Sisworo yang Putra Lurah Turun temurun Reden Saekan Sastrowiyoto di Krian ini malah mendanai Puro dan keperluan Brahmaraja Karena Raden Sisworo Gautama ini Orang Ningrat dan Kaya raya Pengagum Berat majapahit serta ingin Punya raja seperti Tawon dan kini keturutan. Di Trowulan Beliau Brahmaraja juga hidup sederhana dan menjadi Panitia Suran sejak 1980, Dan bersama Para Pinisepuh Majapahit [ada 197 Kepercayaan di Jatim] Beliau berhasil menyatukan Suran tingkat nasional di Trowulan sejak 1993 dan Suran ini selalu dihadiri Dirjen Kebudayaan waktu itu Drs K. Permadi SH, Jadi acara Pahargian Suran disatukan di Telatah majapahit Trowulan. Pada 1997 banyak Orang bali mengetahui Beliau di Trowulan, Maka ramailah rumah Beliau hingga Pura Yeh Gangga Tabanan Odalan, Pura majapahit Negara bali juga Odalan di Trowulan, Pura Rambut Siwi, Pura majapahit badung yang Pratima ratu Mas nya dari Pura majapahit Keprabon dan dipendak 24 Desember 1993 bertepatan berhasilnya acara Suran Tingkat nasional berkumpul di Trowulan Majapahit, Pura lempuyang Luhur juga sering odalan ke Trowulan, bahkan dari China juga sering datang dan Touris Mancanegara dll pada datang ikut Odalan, Sesuai kata Sisworo kalau sebuah Tempat biarpun sederhana kalau ada Ratu nya pasti ramai ini ilmu Tawon, Dan benar saja Pengunjung sampai ratusan Bus pada Sowan ke Beliau tercatat buku tamu Pura Majapahit Negara bali 63 Bis, Rambut Siwi 62 Bis, Kejawen 84 Bis, Kalau acara Suran lebih banyak lagi karena Se Nusantara pada ngumpul di Trowulan sampai Tanah sebelah Pandopo Agung penuh untuk Parkir dan tiap harinya puluhan Mobil Pribadi dan ada Mersy DK 1 milik Bambang pakualam yang memberi Ongkos Parkir 500 ribu buat Mersy nya hingga Jukir Mas Duki senang dan membelikan Sate dan Gule untuk Brahmaraja dan Mersy itu disumbangkan Brahmaraja juga puluhan Warung disektar segaran pada  Ludes, bahkan Restoran dan Depot pinggir jalan raya ikut kehabisan makanan juga Souvenir bapak Sukran habis dibeli,

Dan sejak Dahulu biasa kalau Orang bertemu lalu Delosor Mencium kaki beliau bahkan ada yang menangis, hingga saat ini yang kemudian di Publikasikan, Bagi yang tidak tahu tentu sinis dan mengatakan kok ada Raja Tiban bahkan raja Gila / Buduh [Komen fb] mereka tidak ingat kalau di Solo dan Jogja pun demikian Bahkan KGPAA Mangkunegoro IX malah menyerahkan Pucuk Tumpeng kepada Bragmaraja XI ketika Ulang tahun Keraton Magkunegaran ke 250 dan memberi Sertifikat Pamong Pembina Budaya masak ini dianggap orang Gila yang menyerahkan Pucuk Tumpeng Agung HUT Mangkunegaran ke 250 kepada Brahmaraja yang dikatakan Raja Gila / Buduh, yang bener aja !? mungkin yang berkata Brahmaraja Gila itu justru Gila / Edan / Buduh beneran dan kurang waras dan pernah menghuni Rumah Sakit Jiwa, Tapi Beliau tenang saja, "Kalau memang benar tidak usah promosi pun tetap benar ngapain Ngaku Ngaku " itu kata Sisworo Tawon saja tidak bisa nulis dikoran tapi pada datang di Peti Jelek kalau dalam peti itu ada ratu nya. Apalagi Manusia yang di Jepang saja masih percaya Ratu / Teno Haika dari matahari dan mereka jadi bangsa Cerdas dan maju bisa inves disini, itu Inggris dan Belanda juga percaya Ratu jadi Negara maju Bank nya sering dihutangi lagi, yang Parah Thailand gambar Raja malah disungkemi sampai Delosor  karena sulit tiap hari bertemu Raja jadi cukup Delosor depan Foto Raja baik Perdana Mentri maupun Panglima Tentaranya [Jawa Pos] jadi Delosor dan Mencium Kaki Raja ini sudah Adat Dunia Nyata malah disini dianggap Tabu karena termakan buku arab yang hanya Nabi Muhammad Orang Arab yang harus dihormati kata Ibu Guru Bahasa Arab dari Palembang, padahal Arab masih Kerajaan yang kini dipegang Trah wahabi dan Pro Amerika dan baru menghancurkan Rumah Nabi Muhammad agar tidak dikultuskan diganti Mal Swalayan yang juga menyuruh ngebom Iran aliran Suni [Wikileaks] dan Rajanya Pahlevi di Cup Khomeini dan juga Iraq yang Aliran Siah. dimana Sdham Husein pun jatuh Sesuai Kitab Nabi Nuh yang mengatakan "Aku Tidak akan menhhukum dengan Air tapi nanti aku Hukum dengan Api dari Langit" sabda Allah, dan Benar Pusat Islam Bagdad dihukum Bom Pintar dari Langit yang dijatuhkan Pesawat Siluman beberapa waktu yang lalu. Buku Ramalan Nuh berlaku di Timur Tengah dan Terbukti, sedang Buku Sabdopalon dan jaya Baya berlaku disini juga Terbukti [Lihat TV selalu berita Bencana], karena dahulu tiap Negara mengaku Dunia, dan Penemu Dunia Bulat justru Columbus 1498 setelah Keruntuhan majapahit untuk cari sumber Rempah Rempah seperti Lombok / Tabiye yang sekarang 100 ribu per Kilo. Mangkanya Ramalan Arab tidak cocok disini, yang cocok justru Sabdopalon lihat buktinya di siaran TV tiap hari.

Demikianlah Pria Lajang berambut sebahu dan selalu di Urai yang menghabiskan hidupnya berkecimpung dalam Adat leluhur sejak usia 6 tahun [Berita POSMO] dengan menyucikan diri ini, memang sangat aneh dan dicari banyak orang, Bahkan dulu karena Wajah Beliau jarang terpublikasi maka banyak yang mengaku sebagai Beliau dengan tujuan tertentu, Hingga setelah tahu Beliau Jumeneng di trowulan maka Orang berduyun duyun datang hingga karena tidak tahu seperti Imam Karyono, KH Nurhadi yang anggota DPRD Mojokerto lalu dianggap penipu dan dilarang kegiatan padahal semua Orang dan tetangganya di Trowulan tahu benar Brahmaraja tidak pernah meminta apalagi Nipu ini mungkin ulah Orang yang mengaku sebagai beliau, kini Orang yang melecehkan Beliau masa lalu pada malu tapi demi tegaknya Sareat Islam tetap ngotot melanggar Hukum RI dimana mereka mimpi seperti Aceh yang menerapkan hukum cambuk dan rajam [Metro TV pagi ini dalam acara Suara rakyat membahas hukum islam di Aceh yang bertentangan dengan Hukum RI], Tapi bagaimanapun karena  memang banyak yang tidak senang kegiatan Beliau menyatukan tentu berkomentar miring seperti Orang yang Anti Pancasila, menutupi matanya akan Sejarah Nyata dan berjiwa Teroris yang ingin bangsanya jadi Bodoh dan budak serta Wanitanya diperkosa dan dianggap Sampah terus, dan beliau pun tidak ambil pusing dengan Para Biadab Penjual Bangsa dan Negara yang anti Beliau karena Menyatukan dan Beliau maklum benar Manusia Penghinat ini sangat senang menari nari diatas bangkai bangsanya yang dibodohkan demi Uang Komisi, dan Beliau tidak pernah menarik Orang untuk mengikuti Adat beliau karena Beliau sangat menghargai HAM yang selalu diinjak injak Kelompok yang mengaku atas nama islam dan Orang datang Odalan bawa Tumpeng itupun kehendak yang datang sesuai Adatnya bukan Raja ngemis tumpeng dan Odalan untuk Leluhur tapi Keiklasan dan Kesadaran karena Tanpa leluhur kita tidak pernah ada, Bahkan didepan Orang banyak Beliau selalu bertanya kepada Teman atau Rekan lama  "Apa kamu saya suru sembahyang ? nyumet Dupa ?" justru dijawab tidak pernah, Beliau bersahabat dengan segala Golongan tanpa pernah memaksakan agar mengikuti Beliau dan ini Nyata dan Tamu dari Jawa juga belum tentu sembahyang kalau nginap tapi hanya nonton Orang sembahyang dan melihat Musium Pusaka Kembar bahkan ada yang berdakwah Qur'an tapi oleh Pandita Prawira juga ditunjukkan kitab Sutasoma yang Pancasilanya masih digantung sebagai dasar Negara dan diskusi berjalan dengan penuh Kearipan menghargai Kitab Sendiri yang Adiluhung dan dipakai Dunia Sistemnya, Ketika di bali berjalan Odalan dan Carunya lancar Beliau malah jarang di Bali ngurus yang di Trowulan agar maju lagi karena banyak yang ingin Trowulan ramai Parawisata. Seperti belum dibom dan ditutupnya Brahmaraja dimnan Warung laruis manis, Souvenirpun Ludes dan bisa membuat kemakmuran bagi rakyat kecil.

Bahkan di Trowulan Beliau dituduh Meng Hindu kan Orang, juga tidak benar, Justru Hindu mendukung Beliau dengan menganugrahkan Hindu Muda Award 2006 itu  karena Beliau Kepercayaan Siwa Budha bukan Agama dan Hindu yang lahir 1961 ada didalam Dewa Siwa Budha. Beliau sangat Netral dan bisa bergaul dengan siapapun tanpa menyinggung Agama dan kepercayaan masing masing. Tapi justru sekelompok kecil yang mengaku ber Agama islam malah anti, menyerbu dan ngebom lagi disisi lain ada islam mendukung Beliau buktinya Rektor Universitas darul Ullum Jombang Gus Lukman sering datang, bahkan bikin lomba Barongsai tingkat nasional, Ketika kirab di Jombang malah Brahmaraja dikawal Banser, Juga Waisak di Muntilan Beliau dikawal Banser, Kiai Syuhada Qatami dari Pondok Moderen juga sering nyumbang Tumpeng untuk Beliau, juga Gus Ipul yang ketua Maneges juga mendukung bahkan kalau Belaiu masuk angin sampai Istri Gus Ipul ngerok'i Brahmaraja dan Sang Ketua Maneges ini membantu memijat Sang Raja karena Sang Ketua ini ahli Silat dan tenaga dalam dan selalu menjaga kesehatan rajanya dan selalu bertemu di Candi leluhur yang sulit dipantau orang awam karena itu Prodram leluhur [di Fb malah Budak mau mengundang Maneges menyerang Brahmaraja gak keliru?] Juga Gus Ipul lain Keponakan Gus Dur sekarang Wagub Mantan Mentri Daerah Tertinggal pernah menemui Brahmaraja di Hotel Satelit pada Gebyar Mistik 2000 dimana Pura leluhur Majapahit dikenalkan di Hotel yang juga didatangi raja kelantan Malaysia [Jawa Pos], Sultan Bolkiah, Utusan Raja Kutei dll , ya mungkin ini bagi Islam asli arab Quran dan hadist Zaman Jahilliyah yang hanya ada di Indonesia dibilang islam sesat. karena percaya leluhur dan Patung / Keris Berhala itu Hak Azasilah ! dan mereka masih ngobok ngobok FB Keraton Ibu Majapahit. Akibat Otak serakah dan merasa orang lain dianggap bodoh dan Budak yang mati di arab dan tinggal dibawah Jembatan menunggu dipulangkan dan tak kunjung dipulangkan [Metro Pagi hari ini]

Jadi di Bali sekarang ini barulah terbukti, Ternyata Sahabat dan Rekan Beliau yang datang menemui Beliau terdiri SARA dan bila Liburan malah ke Bali mengunjungi Brahmaraja, dan Beliau pun tidak pernah menyuruh Orang mengikuti Beliau memuja leluhur, Tapi Oranglah yang karena melihat Para Pengikut beliau tanpa di suruh lalu bikin Upacara Odalan dan caru atau Tumpengan dan Beliau tidak pernah meminta. Bahkan Budi Hartawan Aggota DPR Bali kepada Reporter Majapahit Center berkata bahwa Beliau selama di Undang dan tinggal di Singaraja tidak pernah minta Uang Transport bahkan makan pun tidak pernah minta, dibikinkan rumah pun Beliau jarang berkenan melihat, ini yang aneh, Datang dan pergi tidak bilang bilang, Sampai Hotel pun bila ditiduri Beliau merasa senang tapi Beliau tidak sembarangan mau tinggal. Waktu Trowulan ditutup Beliau memang pernah tinggal di Hotel Satelit Surabaya itupun milik Rekan nya di SMA PETRA Surabaya yaitu Drs Wahyu Susilo, Beliau sangat memilih bila tinggal di Hotel. Seperti di Jakarta Beliau memilih tinggal di Hotel Santika milik Ir. Suryawan yang terletak di Kebayoran baru dan macet 3 jam bila ke Kota dan ini membuat ngomel Para Pemilik Hotel di Kota bahkan di Santika Brahmaraja sempat dikunjungi Tokoh Banten berambut Panjang dan Jenggotan dan pakai Udeng yang baru Siaran di TVRI Jakarta yang kebetulan Brahmaraja juga nonton Dan Sang Tokoh Banten ini membahas Jakarta dan Brahmaraja juga diminta urun rembug Tokoh ini didampingi beberapa Pengawal yang kebal dan ahli Debus dimana lalu rapat di Restoran Hotel Santika yang kebetulan Mr. Albert Pakar Budha Tibet ikut hadir dan sang Tokoh ternyata membawa Cart untuk membayar biaya Makan Makan di Restoran Hotel Santika yang terletak agak keluar kota, akhirnya Brahmaraja mengalah dan tinggal di Olimpyc Paragon Mangga Besar Kota, malah ditempatkan di Hotel Batavia oleh Cucu Mantan Panglima ABRI Jendral Maraden Panggabean Beliau menolak dengan alasan enak di Kota yang banyak Toko dan Orang jualan macam macam seperti Lotek Sunda [Bali Tipat] kesenangan Bel, Lotek dan Tipat sama sebab Putra Brahmaraja yang bernama Cakra Dewa di Era majapahit menjadi Raja Panjalu Jawa Barat, kebetulan GM Hotel yang diinapi Orang bali Mr. Ketut yang senang Majapahit dan cocok kalau ngobrol. di Restoran Hotelnya berjam jam sambail minum Kopi Luwak dari Pupuan Bali itupun membuat Restoran penuh dimana yang ingin bertemu Brahmaraja memenuhi Restoran, diantara   Para Pengunjung yang oleh Mr. Charles Thang dari Beijing China Malamnya Brahmaraja malah dipindahkan ke Restoran China didepan Hotel Jayakarta agar lebih tehormat dimana Ir Suryawan dari Hotel Santika dengan Istrinya yang dari Jepang yang membuahkan Gadis kecil mungil cantik seperti Putri Jepang juga ikut makan malam di Restoran termewah dan termahal ini, hingga membuat GM Ketut agak kecewa tapi Beliau puas karena Pagi dan Siang bisa minum Kopi Bali bareng Brahmaraja juga dan oleh Sang Putu Ketut yang GM ini Brahmaraja dilarang menandatangai Bon padahal yang ikut makan banyak, semua tanggungan Sang GM yang Orang Bali ini.

Mr. Ming Kiong Pabrik Mobil Holden [kini tutup] Sahabat lamanya kini berkunjung ke Keraton Jimbaran juga sangat mengherankan, karena tidak pernah menyuruh Orang dekatnya ini Sembahyang leluhur, Tapi karena Banyak Orang pada sembahyang bawa canang akhirnya Ming Kiong yang Aliran Budha Jai Zen Yek tidak mengerti Canang itu disuruh Pura Pura ikut Sembahyang Adat Pancasila Majapahit agar menyenangkan Hati Orang itu sangat membahagiakan, Dan benar Acara di Puri Surya majapahit sangat pancasila karena SARA dan Do'a untuk leluhur sangat pancasila dilakukan berbagai ISME yang bersatu dalam tujuan yang sama tapi beda tatacara, Jadi dengan kelengkapan Upacara yang menyatu ini sangatlah Menyenangkan leluhur yang juga pencipta Pancasila Bhinneka Tunggal Ika. Jangan dikira biarpun Beliau ada di Puri Jimbaran Orang bisa bertemu, karena Beliau kadang pergi tanpa bilang, bahkan tidak pernah bilang mau kemana. Jadi Orang bertemu lalu sangat berlebihan seperti mencium kaki Beliau itu hal biasa dan Beliau sebenarnya tidak ingin terlalu dihormati secara berlebihan seperti di Kadhiri Mobil Beliau ketahuan dan dihadang lalu beliau turun dan Orang Tua berjenggot juga ada anak mudanya pada Sungkem delosor di pinggir jalan hingga disaksikan Orang banyak ini hal biasa bahkan waktu me Ruwat Kota Kadhiri Utusan walikota yang berpakaian Dinas KORPRI Sungkem kepada Beliau disaksikan banyak orang juga hal biasa untuk Adat jawa, bahkan Beliau di Kadhri dipanggil Sang Prabu segala.

Bahkan Beliau malah senang duduk duduk di Pasar Sentono Betek diantar Tukang Becak Pengagumnya memperbaiki Arloji Tuanya merk Titus 77 batu, kontan kalau ada yang tahu langsung Sungkem, Juga di Pasar maja Agung Beliau duduk duduk dipinggir jalan ngobrol dengan Penjual Radio bekas menjelang Hari Raya, malah ikut menggonceng Orang Tua yang baru dikenalnya dengan Sepeda Pancal makan di Warung kumuh Terminal dan makan nasi lodeh bersama tukang becak dan penjual loakan dan Beliau dikenalkan Putri Putri pemilik Warung yang Buruh Pabrik dan Pulang Hari Raya Beliau dibikinkan Kopi dan disuguhi Nasi Lodeh oleh Gadis Desa ini dan Bapak Sang Gadis yang menggoncengkan Brahmaraja memandang dengan penuh kebahagiaan melihat ada Pemuda "Kabur kanginan" mau mampir Warungnya, beberapa bulan kemudian Orang yang menggoncengkan bertemu lagi di Klenteng maja Agung, dan cerita sak enaknya dengan Brahmaraja kontan Pengurus Klenteng marah dan memberi tahu kalau Beliau Raja majapahit dan jangan kurang ajar, baru Orang ini sadar dan sangat hormat memeluk kaki Sang Raja dan heran kok dulu mau digoncengkan Sepeda Ontel Tua makan di Warungnya, bahkan berkata sudah di Gusur dari Terminal Warung Kumuhnya dan pindah dipinggir jalan arah ke Jombang dan Brahmaraja berjanji akan mengunjungi untuk Ngopi dan makan lodeh karena Brahmaraja sangat hafal situasi pedesaan Maja Agung bekas kerajaan majapahit. Demikianlah Brahmaraja XI yang sangat sederhana, Mbah Madun buruh Macul malah sering membelikan Nasi Jagung dicampur beras Apek, Lauknya Krau dan sebiji Gerih kecil Peyek yang besarnya sejari telunjuk seharga 300 rupiah dan Beliau langsung memakan dengan lahapnya, Bahkan Beliau ketika ber Darma wacana di Odalan GWK pernah berkata biarpun Canang satu tapi sangat Besar nilainya dihadapan Bhatara Wisnu, Karena janda miskin itu hanya punya uang sekepeng dan belum makan bersama anaknya, Tapi uang sekepeng itu dibelikan Canang dan di Haturkan leluhur Wisnu, itu adalah Odalan Besar, karena Janda miskin itu rela membelikan uang satu satunya yang hanya sekepeng untuk Canang

Demikianlah sedikit Cerita Nyata tentang Brahmaraja agar lebih diketahui, Beliau ditutup 2001 dan malah tenang saja bisa istirahat tanpa  tamu, pernah ada tamu dari Bali Mangkunya diseret keluar oleh Takmir Karyono keben Pejatinya diinjak injak bahkan disaksikan Camat dan kapolsek kehebatan Karyono ini yang anti leluhur mengatas namakan islam dan kini diangkat jadi Takmir Masjit Unggahan, Bahkan Brahmaraja rumahnya dibom yang ngebom disambar Petir itupun Cerita Mr. Djoko Ketua Budaya dan Parawisata mojokerto yang prihatin atas Penutupan yang Beliau memnbaca Koran tentang disambar Petirnya 2 orang pengebom dan 2010 TVRI  dalam acara Pigura dan Candi Candi menyiarkan bahwa ada Pitaka Lelhur yang berbunyi "Barang  Siapa Merusak Candi akan disambar Petir" ternyata benar dan Pitaka ini juga termasuk Pitaka sabdopalon yang kini terbukti biarpun dibantah terus oleh ahli kitab arab yang tidak mengakui kitab leluhur disini dan tidak mau tahu dengan Lontar / Kitab leluhur Lokal tertap mengajukan kitab Padang Pasirnya, Dan benar Kadis Budpar ini juga menceritakan kalau camat yang nutup adalah Teman se Kuliah di Universitas Airlangga Surabaya dan sudah diperingati jangan mengutik Majapahit, Majapahit itu Lungit tapi tidak dihiraukan dan akhirnya Sang Camat Lulusan Airlangga ini Struk dan tewas sedang Sedang Airlangga kini di Pura majapahit GWK Bali sudah Odalan 6 X, Ketua Satpol PP waktu itu juga diperingatkan oleh Kepala Dinas Parawisata dan Budaya ini yang membawahi Puluhan Kepercayaan di Mojokerto, bekas Camat Dawar Blandong Orangnya Tinggi berkumis ala Bima kata Mbah Djoko yang Budayawan dan Ketua Kantor Dinas Parawisata dan Budaya mojokerto yang sempat memberi tempat Brahmaraja untuk Pusat Informasi majapahit Bangunan bekas Kantor dan Rumah Dinas Wedono Desa Soko yang dihapuskan. Tapi Brahmaraja menolak karena dalam wilayah Camat Trowulan yang nutup. Tapi untuk menyenangkan Budpar Brahmaraja didampingi Mbah Bramianto Ketua Sanggar Kejawen Trawas Pengagas Kampung Majapahit yang Sahabat Bupati Mojokerto Achmadi sejak jadi Camat di Trawas dan Brahmaraja yang punya Rumah juga punya PLTA Swasta Pertama di Indonesia di Trawas untuk Kesejahtraan rakyat Desa Seloliman karena waktu itu PLN belum masuk 1992 [dan kini Listrik itu malah dijual ke PLN Jawa Pos 11 November 2004], yang dibangun Zaman Camat Achmadi Kerjasama dengan Pusat Lingkungan Hidup serta bantuan Siemen Jerman Turbinnya 1993, Brahmaraja dan Mbah Bramianto  berkenan melihat Pendopo dan bangunan lainnya bekas tempat Wedana ini. dan Pria yang dikenal Hyang Suryo ini berkilah Parkir Bis nya hanya cukup 3 jadi kurang luwas. Ya kalau untuk rumah tinggal Lumayan karena ada Pendoponya. Tapi kan Rumah Brahmaraja Trowulan sudah cukup luas kalau hanya untuk tempat tinggal dimana kini malah sudah Punya Pusat Informasi sendiri biarpun belum ada Pendoponya [lagi dibangun KH khoirul]. Pusat Informasi majapahit ini dahulunya ditempati Lurah Trowulan Mr. Sapuan, tapi Sang Lurah sempat diserbu dengan teriakan Alahuakbar dan dipukuli Sang Lurah lalu melarikan diri entah kemana [Jawa Pos] Sedang Ibu Enik Istri Sang Lurah Sapuan dan anaknya Puput sembunyi di rumah mariam, menurut Mariam yang nyerbu 1 Truk dan teriak teriak alhuakbar 2007, Rumah Lurah kosong, karena milik Brahmaraja akhirnya dijadikan Pusat Informasi Majapahit Brahmaraja bersebelahan dengan rumah Ibu Mariam hingga sekarang dan 12 November 2010 datang Anggota Polisi Trowulan yang memberi Telepon agar menelpon Polisi bila ada yang membuat kerusuhan yang diterima Hari dan Raden Sisworo kedatangan Sang Polisi yang mulai menegakkan Hukum tanpa pandang Bulu sekarang Sesuai Pidato SBY yang akan menegakkan Hukum..

[Team Reporter Independen Majapahit]
Ingin Partisipasi Komentar