Sabtu Kliwon 31 Juli 2010 Rombongan dari Kwan Kong Bio Denpasar Bali datang Mendak Pratima Dewi Kwan Im untuk di Upacarai di Kwan Kong Bio, Pemberitahuan sudah disampaikan 3 bulan yang lalu, Tepat jam 10.00 WITA Biokong Ketut Winada dan Pemangku Dewa Gde Dwi Mahayana Putra Nida saking Klungkung dan Mangku Soeyono serta Rombongan Kwan Kong Bio tiba di Pura Ibu Majapahit Jimbaran Bali membawa Pejati, Hyang Brahmaraja Wilatikta XI yang sudah diberi Tahu tentang Acara ini yang sudah memberi Buku Proposal dan Undangan 3 bulan yang lalu, Hingga Brahmaraja XI,
Berkenan Datang ke Bali di Pura Ibu Jimbaran dan Menerima Pejati Pemendakan dan Aneh Langsung "Siu Pwe" seperti Foto atas Kayu warna Merah Pok Pwe yang satu Terlentang yang satu Telungkup [Jawa : Mlumah-Murep] ketika dilemparkan Pria berjubah dan Udeng Merah Brahma ini, berarti Pratima Boleh di Pendak atau Kode Leluhur mau ikut di Pendak, Sejak pagi hari Suasana Pura Ibu Majapahit sudah Sibuk mengatur Pemendakan dengan mempersiapkan Pratima dan Pusaka serta Bendera umbul-umbul yang akan di Pendak dalam suasana depan Pura Ibu tergenang Air Hujan semalam, dan Minggu 1 Agustus 2010 akan di Kirap Menuju Pura Jagatnata Denpasar bahkan Klenteng dari Banyuwangi dan Jakarta sudah hadir di Bali akan ikut Kirap.
Malam hari sebelumnya 30 Juli diadakan Upacara Sejit Dewi Kwan Im di Pura Ibu Majapahit Jimbaran, Disamping Sesaji Khas Bali, juga dibuatkan Sesaji Khas jawa yaitu Tumpeng Putih Kuning, Acara dipimpin Mangku Budi, Bikuni Takaki dari Jepang, Biku Aliong, Biku Tamu Drs. Eko Susanto dari Qureswara Malang, Biokong Komang Edi juga Pandita Majapahit GRP Prawiradipura dll, Pucuk Tumpeng diberikan kepada Brahmaraja XI yang berkenan hadir. dikarenakan Acara ini sudah di "Buku" kan dan dikirim ke Pura Ibu Majapahit Jimbaran 3 bulan yang lalu. diakhir Upacara Hujan mengguyur Lebat sejak jam 24.00 hingga subuh yang menyebabkan Bali dilanda Banjir yang banyak di Beritakan Media pagi ini. Dan Brahmaraja XI langsung mengupacarai Keris Penolak Hujan Agar Pemendakan Pratima Dewi Kwan Im terlaksana dengan Lancar mengingat Kabar dari Kwan Kong Bio telah Berangkat Mendak. dan kabar diterima 31 Juli Pagi jam 8 melalui HP Kadek SH yang menjadi Panitia Pemendak'an Pembrangkatan.
Berkenan Datang ke Bali di Pura Ibu Jimbaran dan Menerima Pejati Pemendakan dan Aneh Langsung "Siu Pwe" seperti Foto atas Kayu warna Merah Pok Pwe yang satu Terlentang yang satu Telungkup [Jawa : Mlumah-Murep] ketika dilemparkan Pria berjubah dan Udeng Merah Brahma ini, berarti Pratima Boleh di Pendak atau Kode Leluhur mau ikut di Pendak, Sejak pagi hari Suasana Pura Ibu Majapahit sudah Sibuk mengatur Pemendakan dengan mempersiapkan Pratima dan Pusaka serta Bendera umbul-umbul yang akan di Pendak dalam suasana depan Pura Ibu tergenang Air Hujan semalam, dan Minggu 1 Agustus 2010 akan di Kirap Menuju Pura Jagatnata Denpasar bahkan Klenteng dari Banyuwangi dan Jakarta sudah hadir di Bali akan ikut Kirap.
Malam hari sebelumnya 30 Juli diadakan Upacara Sejit Dewi Kwan Im di Pura Ibu Majapahit Jimbaran, Disamping Sesaji Khas Bali, juga dibuatkan Sesaji Khas jawa yaitu Tumpeng Putih Kuning, Acara dipimpin Mangku Budi, Bikuni Takaki dari Jepang, Biku Aliong, Biku Tamu Drs. Eko Susanto dari Qureswara Malang, Biokong Komang Edi juga Pandita Majapahit GRP Prawiradipura dll, Pucuk Tumpeng diberikan kepada Brahmaraja XI yang berkenan hadir. dikarenakan Acara ini sudah di "Buku" kan dan dikirim ke Pura Ibu Majapahit Jimbaran 3 bulan yang lalu. diakhir Upacara Hujan mengguyur Lebat sejak jam 24.00 hingga subuh yang menyebabkan Bali dilanda Banjir yang banyak di Beritakan Media pagi ini. Dan Brahmaraja XI langsung mengupacarai Keris Penolak Hujan Agar Pemendakan Pratima Dewi Kwan Im terlaksana dengan Lancar mengingat Kabar dari Kwan Kong Bio telah Berangkat Mendak. dan kabar diterima 31 Juli Pagi jam 8 melalui HP Kadek SH yang menjadi Panitia Pemendak'an Pembrangkatan.
Acara Pemendakan dipagi hari yang langsung Cerah berjalan lancar dan Biokong Kwan Kong Bio Ketut Winada didampingi Dewa Klungkung sempat Kerauhan Foto diatas Tangan nya bisa berputar putar membentuk posisi aneh dan berbahasa aneh pula, Brahmaraja XI kemudian meletakkan Pejati diatas Kepala Sang Biokong Dewa Klingkung yang berbaju Merah seragam Kelenteng Dewa Jendral Kwan Kong yang gambarnya selalu ada di Pengadilan Negri seleruh Indonesia Guna dipergunakan Acara '"SUMPAH" bagi Warga Kepercayaan Leluhur China, Tanda ditrimanya Pemendakan dan melempar Kayu "Pok Pwe" dan ternyata Langsung "Siu Pwe" yang menandakan Leluhur Dewi Kwan Im bersedia di Kirap dan di Upacarai di Kwan Kong Bio yang sedang merayakan "Sejit" atau Hari Ulang Tahun Dewa kalau Bali Odalan yang diadakan pada Hari yang sama tiap 6 Bulan atau Setahun sekali, Seperti Pura Ibu Majapahit Jimbaran Odalan / Sejit nya Buda Kliwon Gumbreg Enyitan yang tiap 6 Bulan ada Hari Baik ini, Sedang Pura Majapahit GWK tiap Purnama ke V yang adanya setahun sekali.
Biokong Pura Ibu langsung Menirta Biokong Kwan Kong Bio yang Kerauhan, dan Setelah Sadar diteruskan Matur Piuning di Musium Pura Ibu didepan Batu Giok Kwan Im yang bertuliskan Huruf China Kuna yang pernah dibaca Delegasi Rusia Victor Konnov yang pernah tugas di Shanghai China, Padahal Tulisan di Batu Giok ini Biokong Edi dan Biokong Kwan Kong tidak bisa memebaca nya Karena tidak pernah ber sekolah China yang ditutup sejak 1966 serta dilarangnya Tulisan dan Budaya China, Tapi ketika Kerauhan malah berbahasa China mirip Victor Konnov ini yang agak aneh, Diteruskan Semua Peralatan Kirap dibawa ke Kwan Kong Bio di Denpasar diiring Gusti Kampial Ketua Pura majapahit Garuda Wisnu Kencana [GWK] Mangku Jero Eka, Bikuni Takaki, Mangku Wisnu, Ibu Agung juga Regu Barongsai Jin Guang Si Pura Ibu dll di Kwan Kong Bio Malam ini diadakan Do"a dan Pakemitan semalam suntuk, dimana Minggu pagi 1 Agustus Pratima Dewi Kwan Im dan Pratima Kwan Kong serta Pusaka majapahit akan di Kirap keliling kota Denpasar dan mampir di Patung Catur Muka dan mengelilingi nya di Barat Pura Jagatnata Lapangan Puputan Badung.
Biokong Pura Ibu langsung Menirta Biokong Kwan Kong Bio yang Kerauhan, dan Setelah Sadar diteruskan Matur Piuning di Musium Pura Ibu didepan Batu Giok Kwan Im yang bertuliskan Huruf China Kuna yang pernah dibaca Delegasi Rusia Victor Konnov yang pernah tugas di Shanghai China, Padahal Tulisan di Batu Giok ini Biokong Edi dan Biokong Kwan Kong tidak bisa memebaca nya Karena tidak pernah ber sekolah China yang ditutup sejak 1966 serta dilarangnya Tulisan dan Budaya China, Tapi ketika Kerauhan malah berbahasa China mirip Victor Konnov ini yang agak aneh, Diteruskan Semua Peralatan Kirap dibawa ke Kwan Kong Bio di Denpasar diiring Gusti Kampial Ketua Pura majapahit Garuda Wisnu Kencana [GWK] Mangku Jero Eka, Bikuni Takaki, Mangku Wisnu, Ibu Agung juga Regu Barongsai Jin Guang Si Pura Ibu dll di Kwan Kong Bio Malam ini diadakan Do"a dan Pakemitan semalam suntuk, dimana Minggu pagi 1 Agustus Pratima Dewi Kwan Im dan Pratima Kwan Kong serta Pusaka majapahit akan di Kirap keliling kota Denpasar dan mampir di Patung Catur Muka dan mengelilingi nya di Barat Pura Jagatnata Lapangan Puputan Badung.
Media Bali Post, Jawa Pos juga Berita TV hingga pukul 19.00 masih memberitakan Banjir Besar di Bali, hari ini 31 Juli 2010 memberitakan Denpasar dilanda Banjir setelah cuaca minggu ini Hujan turun tiap hari, Hingga Brahmaraja mengeluarkan Keris Sapta Resi yang dibawa ke Besakih Tahun Baru 2010 yang lalu yang ketika Kondisi Hujan dan Brahmaraja XI lalu menudingkan Keris ke langit dan menggoreskan ketanah membuat tanda X Hujan langsung berhenti, Dan ini untuk menghentikan Hujan ketika Pemendakan Pratima Dewi Kwan Im, dan Benar saja, Ini pun dilakukan juga seperti di Besakih untuk me Nolak Hujan dan memang tidak ada Hujan setetes pun yang Turun.
Pemendakan Pratima Dewi Kwan Im mengalami Cuaca yang cukup Cerah, Jam 16.oo Wita Dengan dibawa Sayuri Pelajar dari Jepang Pratima Dewi Kwan Im tiba di Kwan Kong Bio, Mariko juga Pelajar dari Jepang membawa Giok Bulat bergambar Naga dan Tulisan China Simbol Putri China atau leluhur Ibu,
Brahmaraja XI membawa Keris Majapahit untuk menolak Hujan juga memakai Kalung Peninggalan Leluhur bergambar Dewi Kwan Im Tangan Seribu, Dayu Nanik membawa Tirta serta MR. Budi membawa "Yaolow" Tempat Dupa, inilah Peralatan Utama dan Sakral yang tidak sembarangan dikeluarkan, Dan Hanya untuk Acara yang dianggap Penting dan Menyatukan Suku Ras dan Agama [SARA] Kenapa dibawa Gadis Remaja Jepang ? ini dikarenakan DNA Orang jepang berasal dari Fosil Wajak Bayalangu Tulung Agung bekas Kerajaan Jenggala tempat Asal Brahmaraja yang di Pura Terbesar di Dunia yang masih di Upacarai Odalan dan Caru yaitu Pura Besakih Bali ada Meru Tumpang Sebelas Brahmaraja dan Meru Tumpang Tiga Permaisuri nya Ratu Mas dari China,
Juga Pura jenggala nya masih lestari sampai hari ini. Kebetulan Hyang Surya Generasi ke XI Brahmaraja Raja Jenggala dan Ratu Mas atau Generasi ke XII Raja Miao Li jalur Ibu / Predana dan DNA nya pun sama dengan Jepang dan China. Juga Fosil 1,4 juta tahun yang lalu Homoneander Thalensis Solo, Trinil sama dengan Beijing, China atau hanya terdapat di Solo, Jawa dan Beijing, China yang satu DNA.hingga dalam Pelajaran Sejarah kita disebut Bangsa Indo China.jadi kita harus bersatu biarpun banyak yang ingin memecah belah dan Anti Persatuan, inilah Acara Budaya Mendak Pratima yang jelas bisa menyatukan SARA. sesuai Dasar Negara kita "Pancasila"
Begitu Turun dari mobil, Brahmaraja XI yang terkenal dipanggil Hyang Suryo ini menghunus Keris dan mengacungkan ke langit serta membuat tanda Silang di Tanah depan Kuri Agung agar tidak Hujan.
Karena Pratima Dewi Kwan Im belum masuk Ruangan, Barongsai Jin Guang Si atau Cin Kwan Ze {Bahasa Jepang; King Hikari Tera} Pura Ibu Majapahit pimpinan Akira Takaki Pelajar SMP dari Jepang, menyambut juga Barongsai Kwan Kong ikut menyambut dan Para Panditha, Mangku dan Para Spiritualis Klenteng juga Pecalang setempat membentuk barikade pengamanan.
Pratima diiring melalui Kori Agung menuju Klenteng Kwan Kong Bio yang cukup Megah ber Stupa mirif Candi Borobudur, Sambutan Meriah dari Para Pandita segala Agama karena yang disambut adalah leluhur Ibu Dewi Kwan Im yang di Bali disebut Ratu Mas Magelung, Bikuni / Losu Erna mengalungkan Rangkaian Bunga ke Pratima Ibu Ratu Mas yang langsung diletakkan di Meja yang telah dipersiapkan dengan Tatakan Uang China Lembaran, Kemudian diadakan Do'a bersama Ngalinggihan,
Tiba Tiba Mr. The Hwe We [Foto atas] Menjerit Kerauhan Kapeselang dan berbahasa China yang sulit dimengerti dialek nya agak lain atau Kuna, hingga membuat Sibuk Para Pemangku memberi Tirta dan membimbing Pria berkaca mata minus itu menuju Altar Padmasana Penjaga Gedong Tempat Kwan Im bersetana sementara, biasanya Penjaga nya Kilin / Macan 2 ekor dan ini datang ikut dan di Bali pun Pura majapahit dijaga Macan, kalau Klenteng Kilin / Singa juga mirip Macan..
Selesai mengadakan Do'a dan Ngalinggihan Pratima Manivestasi leluhur Putri Majapahit ini, Brahmaraja XI, Mariko dan Sayuri meninggalkan tempat dengan Pengawalan ketat dengan diantar Para Pandita dan Pengunjung berseragam Merah khas Klenteng China kembali menuju Mobil BMW Hijau Militer dan meninggalkan Tempat Acara Nyejar Pratima Dewi Kwan Im, ini dikarenakan Padat nya Upacara yang memang hari ini adalah Hari Baik dimana Banyak klenteng Leluhur mengadakan Upacara Sejit, Juga di Cin Kwan Se [Jin Guang Si] Jimbaran juga ada acara Sejit juga ada Undangan di Klenteng Tuban Jawa Timur dan Klenteng Sam Po Kong / Sam Po Tay Jin Ta Ren di Semarang Jawa Tengah dan Klenteng di Jogja Daerah Istimewa di Jawa Tengah, Juga menjelang Musyawarah Daerah Klenteng Klenteng Se Jawa Timur di Kota Kadhiri , Jadi Brahmaraja tidak bisa lama disatu tempat karena Padat nya Undangan di Karenakan Kepercayaan dan Klenteng adalah Kebudayaan dan Beliau sejak lama berkecimpung di bidang Budaya ini yang kini punya Mentri sendiri.
Ibu Dewi Kwan Im sebenarnya juga ada di Pura Kayangan Jagat Bali yang disebut Kuncu [Kongco] atau leluhur, Terbukti di Pura Ulun Danu Batur Kintamani Bangli, diujung kiri ada Gedong Kuncu, Dahulu Era Orde Baru di kunci, Hanya Hyang Surya dan rombongan nya selalu minta kunci dan Mengajak para Biokong dari Jawa agar tahu bahwa Bali itu masih menghargai leluhur, dan dalam Gedong tersebut ada Pratima Dewi Kwan Im, juga Acara Odalan dan Caru di Bali masih menggunakan Uang Kepeng China hingga hari ini jadi Leluhur Ibu dari China {Aliran Budha] Leluhur Bapak Inni [Aliran Siwa] jadi Leluhur Siwa-Budha satu kesatuan bukan di Ceraikan oleh Agama Hindu dan Agama Budha, Jadi Perkawinan Leluhur Siwa-Budha masuk Kepercayaan Keturunan nya lalu masuk Budaya Kepercayaan sebab dahulu belum ada Surat Kawin seperti sekarang, jadi kita Percaya kalau Beliau Bersatu dan punya keturunan ke XI Brahmaraja, maka Pemujaan leluhur Purusa / Bapak / Lingga.dan Predana / Ibu / Yoni masuk dalam Kebudayaan Kepercayaan Mumuja leluhur bukan Agama sebagai mana Penjelasan Prof Drs Subagiasta MBA yang ahli Lingga Yoni baik Darma Wacana di Pura Ibu maupun di Siaran TVRI bahwa Lingga Yoni adalah asal usul kita sebelum ada Agama yang di Indonesia hanya 5 yang diakui sedang di Dunia hanya disebut ISME yang bebas dan Hakiki Pribadi yang tidak boleh di Atur Pemerintah..
Juga Hyang Surya menyuruh memperhatikan Tiap Orang yang maturan Banten pasti keujung kiri dan Pertama diberi Banten adalah Gedong Kwan Im, dan Adat Bali Orang sembahyang cukup diluar Gedong, sedang di Jawa Etnis China karena tidak bisa bikin Candi dan Meru maka berdo'a didalam Gedong atau Klenteng dan bisa melihat Pratima, Kini sudah agak bebas membuat Candi atau Pagoda [Meru] , ini akibat 1965-1966 Penumpasan G 30 S PKI atau Komunis, dan Budaya serta Tulisan China dilarang,
Dan Baru Era Presiden Gus Dur dibebaskan kembali 2000 serta dibentuk nya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia [KOMNAS HAM] maka Budaya China bisa bebas di Tampil kan Termasuk Barongsai dan Leang Leong serta Klenteng pun bebas berkegiatan. Dampak Larangan Budaya China inilah Pemujaan Leluhur Siwa Budha Terpecah dan Mendapat Titel Agama sendiri, Lain dengan Bali yang tetap Bersatu Kerena Upacara sejak Zaman Majapahit tetap di Lestarikan Turun Temurun Biarpun Mula Keto, Dan Tempat leluhur pun Lestari seperti Mrajan, Dadia, Kawitan Leluhur dll.
Di Jawa Mrajan Kawitan tidak dikenal, Tahu nya Tempat Ibadah Hindu Padmasana 1 tempat Hyang Widhi seperti Pura Jagatnata inipun Milik Kolonel Agung yang Hindu Padma / Candi Hyang Widhi dihancurkan dengan alasan tidak ada Ijinnya 1999 di Trowulan, Jadi membikin Kawitan di Rumah dianggap Tempat Ibadah Hindu harus Ijin dan dapat Persetujuan Departemen Agama setempat hingga Lisensi Pusat, dan ini tidak mungkin di Ijinkan karena Gereja Kristen saja yang sama muja Allah tidak bisa keluar Ijinnya seperti Gereja di Krian Sidoarjo sejak 1970 belum keluar ijinnya dan mangkrak kata Mr. Sitorus dari Badan Kesatuan Bangsa di Mojokerto ketika Puro Majapahit Trowulan di Tutup dianggap tempat Ibadah Hindu yang harus punya ijin padahal Kawitan Leluhur sebuah Budaya Kepercayaan Muja leluhur Siwa Buda yang sejak 1978 Kepercayaan masuk Garis Besar Halauan Negara [GBHN] dibawah Direktur Jendral Kebudayaan bukan Agama sedang di Bali Tempat leluhur Lestari sampai hari ini contoh Leluhur Ibu Mahendradata yang di Manivestasikan Durga di Pura Kutri Buruan Blahbatuh, ini lestari sejak 1000 tahun yang lalu hingga hari ini, Leluhur Brahmaraja dan Permaisuri nya dari China dan Pura Jenggala di Besakih, juga Leluhur lain lain nya,
Dan soal membuat Tempat Ibadah Agama kalau Nekad tanpa ijin Departemen Agama di Hancurkan lihat Berita TV seperti Gereja Philadelphia yang dihancurkan 2009, Gerja Kristen Batak [HKBP] juga diserbu FPI masalah Ijin [Metro TV hari ini] dan banyak lagi, dan Orang beribadah di rumah pun dilarang seperti Orang sembahyang di Rumah Toko [RUKO] di Jakarta di Hancurkan Habib Islam "Rumah kok untuk Ibadah" kata Habib yang kaki nya pincang di Ant TV. Jadi Kasihan Orang Kristen Sembahyang di rumah di Hancurkan, Bikin Gereja pun Ijin tidak dikeleluarkan nekat membangun Gereja dibiarkan dulu, begitu ngumpul Sembahyang di Serbu dan dihancurkan seperti Gereja Kristen Batak [HKBP diserbu Berita Metro TV hari ini].
Dan si Habib ini ahli dalam menyelidiki Ijin buat Gereja jadi tidak ada ijin di Hancurkan seperti Gereja Kristen Batak yang hari ini diserbu FPI kata nya belum ada Ijin nya [Metro TV Pagi]. dan semoga kedepan tidak terjadi lagi, tapi ya sulit, sampai hari ini TV masih memberitakan Achamdiyah yang sudah ada sejak 1925 mengalami Zaman Belanda, Jepang, RI dan Reformasi diserbu dan masih dijaga Polisi di Kuningan Jawa Barat dianggap Melecehkan Agama Islam yang punya UU / PNPS 1965 yang baru di Sah kan lagi Mahkamah Konstitusi [MK] 2010 agar Penghancuran tetap Lestari dengan dalih Undang Undang Pelecehan Agama ini sampai kapan pun.
Tapi itu kan urusan Mentri Agama dan Majelis Ulama Indonesia [MUI] yang ber Hak menyesatkan Agama yang tidak disenangi hingga memicu Perpecahan dan Penghancuran. Sedang Budaya muja leluhur adalah lain seperti Dewi Kwan Im bukan Tuhan tapi Leluhur yang di Kirap dan di Pendak dari Pura Ibu. Dan hanya di Bali Budaya Leluhur Siwa Buda atau Lingga Yoni menurut Prof. Drs. Subagiasta MBA dari PHDI [Parisadha Hindu Dharma Indonesia] yang hadir di Pura Ibu Majapahit Jimbaran waktu Ngenteg Linggih yang dipuput Tri Sadaka dan Beliau memberikan "Darma Wacana" Tentang Leluhur yang disimbulkan Lingga Yoni Asal usul kita ini tetap lestari di Bali adalah Budaya Nenek Moyang.
Minggu pagi 1 Agustus 2010 Suasana Cerah Matahari bersinar diantara bau Air Banjir, Rombongan Pemain Barongsai Jin Guang Si Pura Ibu Majapahit Jimbaran sejak pagi sudah berkumpul mengenakan Seragam Merah, Mereka Berangkat menuju Kwan Kong Bio untuk Kirap mengawal Dewi Kwan Im yang kemarin Sore sudah berada di Kwan Kong Bio untuk di Upacarai semalam Suntuk dimana Ratusan Orang berbagai Suku Ras dan Agama [SARA] memenuhi Klenteng di Jalan Kenari Denpasar ini untuk memenjatkan Do'a memohon Keselamatan kepada Dewi Welas Asih yang dipercaya bisa memberikan Kerahayuan dan Kerahajengan bagi Pemuja nya juga di Tampilkan Sendra Tari Calonarang yang membuat banyak Orang Karauhan lagi lagi merepotkan Para pemangku disamping memegangi yang Kerauhan juga sibuk Menirta agar Sadar.
Suara Gedabrukan Musik Barongsai dan Bale Ganjur Bali menghiasi Kebrangkatan Kirap Minggu Pagi yang Cerah, Juga Dokar untuk dikendarai Mangku Deka Ketut Merta yang Orang Bali asli Pemilik Kwan Kong Bio [Miao] yang Penglihatannya mulai Kabur mengingat Usia Beliau yang sudah Uzur dan dahulu sempat Lumpuh dan bisa sembuh ketika ber sembahyang di Kwan Im Pura Ibu Jimbaran, Sesuai Brahmaraja sehari sebelumnya membawa Keris Luk 7 untuk menolak Hujan disamping Dewi Kwan Im Pura Ibu Jimbaran dan Kwan Kong ada 5 Pratima Dewa dan Dewi yang di Kirap jadi jumlah nya 7 Dewa Dewi yang di Kirap Pagi yang cerah ini diantaranya Biksuni / Losu Erna yang dituakan di Kwan Kong Bio juga membawa Dewi Kwan Im Kecil dari Keramik milik Kwan Kong Bio dengan Pelangkiran kecil dipegangi dan diikat Kain merah ke leher agar tidak jatuh ikut di Kirap berjalan kaki mengenakan Kaos Merah Tanjung Benoa dan 5 Orang utusan Klenteng Pelabuhan Tanjung Benua mengawal nya, tak jauh dari Biokong Komang Edi yang paling Depan Barisan Pengawal Gayot {Kiyu} Dewi Kwan Im membawa Bendera Jin Guang Si diikuti Barongsai dengan Musik Khas China Budha kemudian Gayot / Pikulan / Kiyu, Pratima / Kimsin Dewi Kwan Im / Ratu Mas dan dibelakang Pratima Bale Ganjur Bali jadi ber Nuansa Budaya Siwa-Buda,
Barisan berkaos Merah memenuhi jalan yang sempit depan Klenteng Leluhur, Kelihatan juga Rombongan berbaju Rompi Wilatikta Pura dibawah Pimpinan GRP Prawiradipura mengawal Gayot Dewi Kwan Im, Biokong Komang Edi sambil membawa Bendera juga sibuk mengatur jalannya Kirap disuasana yang aneh dan Cerah ini padahal selama ini Bali dilanda Hujan terus menerus hingga Banjir, Barongsai dibawah Pimpinan Akira Pelajar dari Jepang kelihatan berdemontrasi unjuk kebolehan dengan Barongsai nya yang pernah Menjuarai tingkat Asia, dan Tambur Keramat yang sudah berusia Ratusan tahun dipukul Agus yang masih Pelajar Sekolah Dasar [SD] tapi sangat Piawai menabuh berkat dilatih Guru nya yang dari China Hokian Mr. Chen, Juga para Pemain lainnya yang selalu giat berlatih di Pura Ibu Majapahit Jimbaran, yang juga Asisten Pelatih nya dari Semarang jawa Tengah yang kesohor Ahli membuat dan merehab Barongsai Buatan China untuk disesuaikan kondisi di Bali ini..
Gusti Kampial Ketua Pura majapahit GWK dan umat nya kelihatan memikul Gayot Dewi Kwan Im didahului Barongsai dengan Pusaka Pusaka, Umbul Umbul dan Atribut lain seperti Simbol "Surya Majapahit" atau Dewata Nawa sanga, melewati Jalan Nangka diteruskan jalan Utama Kota Denpasar jalan Gajah Mada diiring Bale Ganjur Khas Bali, Satuan Pengaman [SATPAM] GWK pimpinan Suwada dibantu Kadek SPA sibuk mengatur lalu lintas agar Kirap bisa berjalan lancar, Juga didepan Rombongan Dewi Kwan Im terjadi Kerauhan seorang Ibu Kerauhan "Ibu Penjaga Bayi" yang di Bali terkenal Men Brayut, hingga menambah Kesakralan Kirap ini, dan Benar Benar Aneh suasana Sangat Cerah hanya diiringi Mendung sekedar lewat Rombongan juga melewati Patung Catur Muka Barat lapangan Puputan bekas Kerajaan Bali kini jadi Markas Komando Daerah Militer [KODAM] Udayanan justru di sini Mr. Tole yang biasa Nyopiri Mobil Brahmaraja Kerauhan Kapeselang dan terpaksa dipegang bebarapa Orang serta Mr. Budi memegangi dan meminggirkan kepinggir jalan dan ternyata Kaki Mr. Tole yang bertubuh Besar seperti Pegulat Jepang ini keram, tapi masih bisa meneruskan perjalanan setelah mendapatkan Tirta Dewi Kwan Im dari Mr. Dewa yang pegawai Bank Pembangunan Daerah Klungkung dibantu Lupe Pegawai Koprasi dan Gusti Kampial Mr. Agung yang juga sibuk Shooting dengan Peralatannya. Benar Benar Sukses Kirap ini Para Pendeta Budha kelihatan berbaris menyatu dengan Para pemangku Hindu, juga para Biokong dan Losu Klenteng leluhur, membunyikan Peralatan sakral nya seperti Bajra, Ceng Ceng dll manambah Ke Sakralan Upacara ini, lebih lebih ada Yang Kerauhan atau Kapeselang Ida Bhatari hingga Percikan Tirta membasahi Jalan Raya, Peserta dari banyuwangi juga sangat senang dan malah mengatakan bahwa Banguwangi masih Sulit mengadakan Kirap dan masih menjadi Impian, Lebih Lebih baru saja di TV One menayangkan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia di Usir karena di Tuduh Membangkitkan Komunis oleh Organisasi Masa mengatas namakan Islam, dan Acara Kirap Dewi Kwan Im yang di Bali dikenal sebagai Ratu Mas inipun masih diindentikkan dengan Komunis karena banyak Etnis China nya yang ikut, mereka tidak mengindahkan Pidato SBY yang me nyosialisasi kan Undang Undang Minoritas 2009 agar tidak mengadakan Diskriminasi terhadap Etnis Minoritas yang Budaya nya sama dengan kita sejak Zaman Majapahit bahkan Uang Kepeng China Kuna juga masih di Sakral kan di Bali bahkan Syarat Upacara masih mengunakan Uang Kuna Negara Tirai bambu ini. yang hari ini sudah Hubungan baik dan kita kebanjiran Barang Murah dari China setelah 1965-1998 putus hubungan gara gara Rekayasa G 30 S PKI.dan Budaya China dilarang, padahal Budaya Siwa-Budha adalah Kesatuan dan Kerukunan sjak Zaman majapahit yang kini Pancasila nya ciptaan Majapahit menjadi Dasar Negara kita.
Demikianlah Kirap berakhir Sukses dan jam 14.30 Rombongan Kirap tiba kembali Di Pura Ibu Majapahit Jimbaran dengan Gembira dan Suasana malah Panas Matahari bak Gembira pula dengan Sukses nya Upacara Kirap Dewi Kwan Im Leluhur bersama untuk menolak Bencana yang mengintai karena Kurang nya Orang Mencintai pada Tanah [Dewi Sri] Air [Dewa Wisnu] nya dan lebih mengutamakan Tanah Air Orang lain seperti menyucikan Padang Pasir, dimana Kumpulan Minoritas dan tersingkirkan Pemuja leluhur Ibu Dewi Kwan Im masih perduli pada Adat Kuna mengirap leluhur agar Bebas dari bencana yang sejak 1967 seiring Jatuh nya Bung Karno sempat Budaya ini dilarang, dan Baru Kali ini bisa dilaksanakan itupun di tempat tertentu seperti di Malang 18 Juli 2010 dan juga Sukses, kamudian di Bali 1 Agustus 2010 sekarang ini yang membuat iri Kota banyuwangi yang ikut hadir dan masih Mimpi bisa Kirap seperti ini. Tapi GRP Prawira dalam pidatonya menjelang kirap meminta Umat Rombongan dari Banyuwangi bersabar "Waktulah yang akan membuktikan kebenaran leluhur Siwa Buda". Yang Aneh katika Bali dilanda kekeringan 2008 Pratima Pura Ibu di Pendak ke Kampus Mahendradata Tiba Tiba Bali diguyur Hujan, Kini Bali sedang dilanda hujan dan Bajir Pratima Ibu Majapahit di Pendak ke Kwan Kong Bio malah langsung Cerah Ya anggap saja Kebetulan bagi yang tidak percaya leluhur.
Berita Kirap [Team Reporter The Majapahit Center]