Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch Portuguese

twitter

Sabtu, September 11, 2010

GANESA DAN IBU BERSIHKAN DUNIA

11 September, dimana Dunia memperingati Peristiwa WTC yang menewaskan 2900 jiwa di Amerika dimana Terry Jones akan membakar Al-Quran dan mendapat Protes kalangan umat Islam dan Presisden SBY sampai berkirim surat kepada Obama agar melarang, disisi lain malah di Jakarta Pendeta Simanjuntak, Sihombing dan beberapa Jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan [HKBP] di Tusuk Pisau dan di Pukuli ketika Sembahyang Minggu 12/9, hingga membuat Berita Besar di 2 Raksasa TV negeri ini yaitu Metro TV dan TV One setiap hari juga di semua TV Lokal bahkan di Semua Koran di Indonesia dan Dunia hingga Peristiwa ini menjadi "Jendela Dunia" tentang Indonesia yang memalukan dimana Orang Kristen Sembahyang di rumah Toko {RUKO}di Hancurkan Habib Pincang yang marah dan berkata "Rumah kok untuk Ibadah" {Ant TV}, bikin Gereja tidak bisa karena ada Peraturan "Surat Keputusan Bersama {SKB} Mentri Agama dan Mentri Dalam Negri" yang menghambat dan tidak mungkin selain Islam bisa bikin tempat Ibadah dan kini TV ramai mengusulkan SKB ini dicabut tapi justru tidak mungkin karena Pemerintahan di Dominasi Islam bahkan Undang Undang / PNPS 1965 yang digunakan untuk Menumpas Agama selain Islam malah di Sah kan lagi Oleh Mahkamah Konstitusi {MK} 2010, agar Perpecahan dan Penghancuran Agama selain Islam tambah marak dengan dalih "Pelecehan Agama Islam" seperti Penghancuran Achmadiayah yang sudah ada sejak 1925 padahal Organisasi Islam Penghancurnya baru berdiri 1998 begitu MK mengesahkan UU / PNPS 1965,

Sembahyang bersama pun Orang Kristen  diserbu Organisasi Islam, bahkan ada yang usul di Editorial Metro TV pagi ini agar Organisasi Islam Keras dibubarkan, atau dikirim ke Palestina agar Perang dengan Israel agar tidak menghancurkan Negeri ini Tapi mana mungkin ? paling hanya dianggap Impian Orang Gila karena memang diperlukan Team Penghancur Bangsa sejak 1965-1966 yang sukses menumpas Jutaan bangsa ini dan Menggulingkan Bung Karno Sang Pemersatu dengan "Nasional-Agama-Komunis atau yang terkenal NASAKOM" bahkan Gus Dur yang Pluralisme membebaskan kembali Budaya China yang yang di Berangus sejak 1967 dengan berhasilnya menumpas Soekarno dan Ajarannya, dan Uang Kepeng Kuno China nya masih dipakai Upacara Sakral agar Siwa Buda bersatu di Bali pun Tumbang juga, Juga Tokoh Islam Terbesar di Dunia Hasim Musadi {NU} dan Din Samsudin {Muhammadiyah}  ikut menghimbau Pemerintah SBY agar cepat menangani Peristiwa ini agar tidak menjurus Perang Agama. Juga Para Tokoh Kristen pada Tampil di TV berkata bahwa Indonesia punya Mentri Agama tapi malah bikin Perpecahan Agama, Sedang Ketua NU Organisasi Islam Terbesar di Dunia dan Acherat Prof. DR. KH Agil Siraj yang pernah mengusulkan Pembubaran Departemenn Agama  bila Reformasi berhasil pada 10 mei 1998 didepan Jutaan Umat yang terdiri Suku, Agama dan Ras [SARA] di Gedung Gereja Katolik Darmo Permai Surabaya belum muncul di TV memberikan reaksi, Sedang Tokoh Penasihat Presiden SBY Daniel Sparingga yang ikut Hadir pada 10 mei 1998 sudah Tampil di TV memberi Penjelasan tentang di berlakukannya Hukum bagi yang melanggar Hukum sesuai Pidato SBY menanggapi Penusukan dan Teror Intimidasi terhadap umat Kristen.

Lain lagi di Bali, Raja Majapahit Bali Shri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan I kerjasama dengan The Majapahit Center, The Sukarno Center, World Hindu Youth Organisation, Putra Putri Kampus, Teruna Teruni Bali, Lintas Agama dan Suku, Ras serta Agama {SARA} Memendak Pratima Ganesa dan Ibu nya Durga Mahisa Wardhini dari Puri Surya Majapahit Jimbaran Bali dan dibawa ke Lapangan puputan untuk Acara Do'a bersama demi Perdamaian Dunia. Dan pagi 12 September akan dikirap menuju Pantai Matahari Terbit Sanur, Acara ini adalah untuk yang ke 4 X nya sejak 2007,

Tepat jam 19.oo WITA 11 September 2010 Pratima Ganesa Dwi Muka dan Ibu nya Durga Mahisa Wardhini diberangkatkan menuju Lapangan Puputan Badung dibekas Kerajaan Bali yang hancur 1908 dengan sebutan Puputan Badung. Begitu tiba di Lapangan Puputan, Drs Komang Artanegara SE dan Kadek SPA Kerauhan, meminta agar Pratima Ganesa dan Ibunya diijinkan masuk Pura Jagatnata yang dibangun di Tanah bekas Kerajaan Bali ini. Pura yang dibangun di Era Orde Baru karena Orang harus menyembah Tuhan yang satu, Para Penyembah leluhur 1965-1966 banyak yang dibunuh karena dituduh Komunis tidak ber Tuhan seperti Gubernur Bali 1965 yang hilang diculik dan tak tahu dimana hingga kini dan banyak Orang Bali yang dibunuh [Siaran TV Metro Files 11 September 2010], dan tempat Sang Hyang Widhi Wasya / Tuhan Yang maha Esa / Allah ini akhirnya dibuka dan Pratima Ganesa serta Ibunda nya diijinkan masuk, juga diikuti Dewa Dewi yang lain Leluhur dari tempat Ibadah Klenteng China yang juga akan ikut Kirap Budaya Membersihkan Dunia dari Bencana ini.

Sebelumnya tahun yang silam tidak ada masalah Pura Hindu Tempat Hyang Widhi / Tuhan ini dimasuki SARA [Suku, Ras dan Agama], Tapi 11 September ini agak lain, bahkan Pendeta Budha pun dilarang masuk Pura Hindu ini, Tapi berkat Bantuan Polisi dan TNI yang Pengayom Rakyat dan Pelaksana Pancasila akhirnya Pura Hindu Tempat Tuhan ini diperbolehkan Umat berbagai Suku, Ras dan Agama yang Pancasila berdo'a bersama didalam Pura yang bernama Jagatnata / Dunia ini.Dimana ada Oknum yang melarang masuk Orang bersembahyang tapi masih dengan Syarat Pendeta Gundul Buda harus pakai Udeng dan Kamen, Padahal Touris dan Pengunjung tanpa Pakaian Adat dan bercelana pendek untuk melihat Pura saja diijinkan, mungkin ini Imbas Peristiwa Jakarta yang sedang Pemecah belahan antar Agama sedang terjadi, Padahal Tuhan kan tidak membedakan Manusia ciptaannya, seperti lagu Anak Anak di Sekolah Minggu "Merah, Putih, Hitam, Kuning semua sama saja" dihadapan Tuhan Allah [Bali : Hyang Widhi]

Tapi Pratima Para leluhur selesai Acara Do'a bersama kemudian Keluar dari Area Pura Tuhan ini dan ditaruh di Meja di Area Lapangan Puputan Badung, dan semalaman Umat berdo'a bersama sambil Makemit semalam suntuk, Hingga berita ini ditulis Persiapan Kirap Budaya Pemersatu Bangsa sedang di persiapkan, Satuan Pengaman [Satpam] Garuda Wisnu Kencana Pimpinan Drs. Komang Artanegara SE [HUMAS GWK] dibantu Kepolisian juga sibuk mengawal jalannya menjelang Kirap ini, dijelaskan bahwa Pratima Ganesa Dwi Muka ini adalah Ganesa majapahit dimana belakang Kepala Ganesa berwajah Bhatara Kala, dimana Adat di Jawa untuk Pembersihan / Ruwatan disebut Murwat Kala dimana Bhatara Kala di Upacarai agar Manusia terbebas dari Bencana.

Sedang di Bali yang masih melestarikan Adat majapahit disebut "Caru Resi Gana" atau membersihkan diri hingga tingkat Dunia dengan Ganesa yang juga disebut Dewa Tersakti dan Terpandai juga Dewa Penglukatan ini, dan hanya Hanya Majapahit yang unik membuat Ganesa berkepala dua dimana fungsi nya sama dan Lestari hingga saat ini dimana di Jawa yang sudah didominasi Agama Islam tapi masih Percaya Ruwatan Kala untuk Ruwatan Pribadi, Desa, Kota bahkan Jagatraya.

Dengan adanya Permohonan Pengeluaran Pratima Ganesa ini Kepada Brahmaraja XI yang direncanakan 8 Agustus maka  sejak 4 September 2010 melakukan Matur Piuning sebagaimana kirap pertama 2007 di Wilayah Kerajaan Jenggala seperti Candi Kawitan Sumber Jati Simping Kademangan Blitar, juga mengunjungi Petilasan Mpu Supo di Jimbe Blitar diantar Mpu Susilo sayangnya Peralatan membuat Keris ini banyak yang hancur dan Penghancuran ini terjadi 1965 kata Mbah Susilo dan Mbah sudarman yang Mertuanya Mbah Sastro Kami Tuwo Sumberjati dibunuh 1965 juga Lurah dan Carik ikut dibunuh dan Juru Kunci Candi Simping Mbah Hardjo pun ikut di Culik dan hanya 2 hari bisa dikirim makanan oleh Keluarganya di Kantor Polisi Suruh Wadang, selanjutnya hilang tak tentu Rimbanya sama dengan nasib Gubernur Bali Sutedja yang juga hilang diculik yang belakangan diketahui Pembunuhan Jutaan Pengikut Bung Karno ini adalah Rekayasa untuk menjatuhkan Beliau yang Pencipta Persatuan Nasonal, Agama dan Komunis [NASAKOM] juga Penggali Pancasila yang sangat bertentangan dengan Islam hingga Beliau di Granat, dibedil bahkan di Berondong dari Pesawat Udara untung tetap Selamat hingga dibuatlah Rekayasa Penumpasan Komunis [Metro Files], Kembali kekorban Politik di Desa yang Masyarakat nya Kejawen senang Tumpengan dan Nyuguh Leluhur dan tidak ke Masjit, hanya Sarung Kotak Kotak Hijau putih dan Baju putih lengan panjang serta Kopiah ala Bung Karno yang dikembalikan pada Istrinya Hardjo jelas Mbah Darman yang bersama Hardjo yang Juru Kunci V Candi Kawitan Pendiri Majapahit Sri Kerta Rajasa Jaya Wisnu Wardhana dan tidak ke Masjit karena Kejawen dan gemar Tumpengan Nyuguh leluhur, malam itu ketika di Ciduk Hardjo yang mengenakan Baju Putih lengan panjang bersarung Kotak Kotak hijau putih dan juga mengenakan Peci mirip Bung Karno itu belum sempat makan Jadah / jajan dari ketan dua potong dan segelas Kopi nya sedangkan Mbah Darman yang waktu itu masih muda sempat nyeruput Kopi dan makan Jadah dan mendengar beberapa Orang datang mencari Hardjo "Mana yang namanya Hardjo Samin !!" Hardjo pun maju "Saya Pak" dan Beberapa Orang ini membawanya pergi keesokan harinya Keluarganya berusaha mencari, dan Hardjo ketahuan ditahan di Kantor Polisi Suruh Wadang, Keluarganya mengirim Makanan, tapi 2 hari kemudian hilang di "Bon" [diambil] dan Hardjo lenyap tak tahu dimana hingga kini, dan kini Juru Kunci VI Candi Simping yang di Pugar Raja Hayam Wuruk dalam kitab Negarakertagama ini dipegang Edi anak Tertua Hardjo yang kini pun sudah jadi Mbah yang banyak punya Cucu, Juga Brahmaraja XI berkunjung ke Candi Kembar Stana Dara Petak dan Dara Jingga, Candi Pesanggrahan, Gua Selomangleng Wajak, Candi Dadi dan Leluhur di Wajak yang sudah jadi Fosil dan DNA Orang Jepang pun dari Wajak wilayah Bayalangu Jenggala ini.Dimanan Banyak meninggalkan Situs Purbakala

Kunjungan ke Candi Candi Leluhur ini kalau di Bali disebut "Nuntun" dimana Brahmaraja XI juga membawa "Pelinggih" dan Sesaji Adat Jawa Kuna seperti Cok Bakal ke Tempat Para Leluhur yang Candinya sudah Hancur dan tidak pernah di Upacarai, Tepat hari Jum'at Legi 10 September 2010 Pelinggih disusun seperti menata Batu Candi tanpa menggunakan semen di Puri Surya majapahit Trowulan agar Leluhur bisa melinggih dan di Upacarai. Sejak 9 September di Trowulan sudah hadir Keturunan Raja Batak E. Situmorang, Komang Try, Suryohadi, Hartono dan Rombongan dari Kalimantan, Rombongan Jenggala dll. Jadi Malam Jum'at Legi sudah Upacara yang kebetulan juga Trowulan ramai menyambut Hari Raya Idul Fitri, hingga hari Jum'at Legi nya 10 September, Puri Surya majapahit dipenuhi Mobil pengunjung sekaligus meresmikan Pelinggih leluhur yang di Tuntun. Andre Bodronoyo dari Klenteng Kwan Kong Tuban juga hadir disamping Pengikutnya. Demikian Matur Piuning untuk diijinkannya Ganesa dan Ibunya Meruwat Jagatraya di Bali 12/9 kepada Para leluhur Majapahit di Kerajaan Jenggala tempat Brahmaraja ber Setana. Jenggala, Daha dan Kadiri {Trilokapura} masih eksis hingga 1526 sebagai Kerajaan Majapahit dibawah Sri Wilatikta Brahmaraja V.

Tepat pukul 12.oo WITA Para Peserta Kirap sudah berkumpul di Lapangan Puputan Badung dan diadakan Do'a bersama serta Pencucian Pratima Ganesa dan Ibunya Turun Hujan Gerimis menandakan Bhatara Wisnu / Air berkenan memberi Restu berupa Tirta yang jatuh ke Tanah sebagai Dewi Sri Istrinya, begitu Pencucian Pratima selesai banjir Kerauhan membuktikan kalau leluhur dan Ancangannya Turun membuktikan Beliau ada, Para mahasiswa dan Siswi Kerauhan / Trans hingga Para Pandita dan Mangku sibuk memeberi Tirta, Peserta Klenteng membawa Bendera dan Umbul Umbul dan Simbul Dewa masing masing juga ikut Kerauhan dan menari nari, Mahasiswa membawa Bendera dan Simbol Universitasnya juga ikut Kerauhan dan Kejang bahkan terjatuh dan baru Sadar setelah diberi Tirta juga Mangku Istri Lanang Dauh Kapeselang Bhatari Dalem Ped yang ikut Tedun meminjam Raga sang Mangku Wanita berbusana serba putih ini yang sehari harinya ngayah di Pura Ibu Majapahit Jimbaran menjaga dan memberi Sesaji Pratima DEWI tangan Seribu yang sudah Terkenal Ke Sakralannya dimana dibom yang ngebom disambar Petir, Candinya di Tutup Camat, Camtnya langsung Struk dan Tewas, di Pendak ku Universitas Marhaen 2008 Bali lagi kekeringan langsung Hujan [Bali Post], di Pendak ke Kwan Kong Miao Bali lagi Banjir langsung Cerah 1/8, kini di Pendak ke Pura Jagatnata malah dilarang masuk untung akhirnya boleh masuk setelah ada Orang Kerauhan, Ketika mau berangkat Kirap Hujan Gerimis dan Sepanjang jalan yang dilalui Kirap Mendung tidak panas.

 Memang Kerauhan masih menjadi kontroversi di Dunia Moderen ini, Tapi di Bali Mula Kintamani bahkan Kerauhan Bhatara masih menjadi Acuan dalam Pemilihan Pemangku Adat, Kerauhan masih di Percaya bahkan bila ada leluhur Turun melalui Kerauhan lalu di Tes Puluhan Mangku sambil makan Api  menyebutkan siapa yang Turun, adat ini masih Lestari hingga detik ini. Kerauhan dianggap Adanya Bhatara Bhatari yang tidak bisa dilihat Orang Awam, dan Suara Beliau pun tidak bisa didengar Telinga awam, maka Beliau meminjam Raga manusia biasa agar bisa didengar apa Pesan / Piteket Beliau melalu mulut Pemangku Adat agar Orang awam bisa mendengar dengan Telinga nya. Kecuali bila semua yang hadir Orang Suci dan bisa Komunikasi dengan Alam Roh Kerauhan tidak perlu ada, Tapi sekarang yang hadir banyak Manusia yang Niskalanya agak kurang maka Leluhur perlu datang secara Kerauhan agar ada Bukti kalau Beliau ada dan menyaksikan Upacara. Kerauhan di Bali adalah Kerauhan leluhur karena Orang Bali bila ada Upacara Besar seperti "Panca Wali Krama" maka diadakan Pembersihan Ngaben Masal agar tidak ada Roh Gentayangan, Sedang di Jawa banyak Orang mati yang belum di Sempurna kan contoh 1965-1966 banyak Orang dibunuh dan dibuang ke Sungai,  jadi Roh nya Gentayangan, dan Keraohan nya dianggap Kesurupan Roh Setan yang datang. sebab memang banyak Roh Gentayangan belum Sempurna atau di mokswa kan.

Dari India membawa Musik dan meyanyikan Lagu Rohani Mantra Ganesa dan Gayatri yang menambah Sakral suasana dan Para Biku Bikuni Budha membacakan Mantra Ibu Ta Pai Cu, Juga Ogoh Ogoh diikutkan, 9 Kereta Kuda juga ikut dan Paling Depan Raja majapahit Bali, disusul Pratima Ganesa dibawa Pandita Majapahit GRP Prawiradipura Penerima Bakti Award 2010 dari Pusat Lembaga Kabudayan Jawa Mangkunegaran Solo sebagai Pembina Budaya, Pratima Ibu Durga Mahisa Wardhini dibawa Mariko Pelajar SMA asal Jepang diatas Kereta Kuda berwarna Hitam dan Putih diiringi Para Biku dan Bikuni juga Pemangku kemudian Barisan Peserta yang terdiri dari Suku, Ras dan Agama {SARA} Kirap didahului Barongsai dan Gamelan serta paling belakang Musik India menelusuri Jalan Hayam Wuruk, Banjar Baru hingga Tanjung Bungkak ke Pantai Sanur tempat Matahari terbenam jam 17,oo WITA tiba di Pantai dan Pratima di letakkan di meja Wantilan Joglo tepi Laut lalu diadakan Do'a bersama dipimpin Para Pendeta Siwa Budha, Juga diteruskan Larung Sesaji dengan Perahu bermotor ketengah Laut lepas dan Pakelem tepat jam 17.59 WITA disamping Sesaji Ganesa juga ikut di Hanyutkan Uang china dari Kertas yang biasa dipakai di Klenteng Leluhur ini sesuai Adat Siwa Budha yang masih Lestari di Bali itu penggunaan Uang China Leluhur Ibu.

Pukul 18.18 WITA dengan Tenggelamnya Matahari diufuk Barat Acara selesai, Pratima Ganesa dibawa Mangku Majapahit Shri Empu  GRP Prawiradipura diatas Kepalanya dan Pratima Durga Mahisa Wardhini dibawa Mariko Pelajar Sekolah Menengah Atas [SMA] dari Jepang diiringi Pusaka Kembar Majapahit berjajar 2 kembali meninggalkan Pantai Sanur diringi Barongsai dan Musik Bali meninggalkan Pantai Sanur menuju Puri Surya Majapahit Jimbaran dan pukul 19.45 rombongan Kirap tiba di Keraton Ibu dan Pratima di Linggihkan kembali dengan Upacara hingga pukul 21.oo diteruskan Pakemitan semalam suntuk,

Demikianlah Acara Pembersihan / Caru / Ruwat Jagatraya / Dunia telah selesai dengan Sukses, semua Peserta merasa Gembira tanpa merasa lelah dikarenakan Tulus Iklasnya hati mereka dan mengharapkan agar Dunia terbebas dari Bencana, serta Khusus Bali dan Nusantara juga terbebaskan dari Pagebluk dan Kemarahan Alam dimana kecintaan pada Alam Tanah Air sudah Luntur, hingga kita sekarang berusaha Mengadakan Acara Adat Leluhur yang pernah membuat Nusantara Gemah Ripah Loh Jinawi serta Adil Makmur Kerta Raharja dimana Orang sadar mencintai Budaya dan Adat nya sendiri dan Tanah yang dipercaya sebagai Dewi Sri serta Air yang dipercaya sebagai Dewa Wisnu serta anaknya Boma sebagai Dewa Tumbuh Tumbuhan merasa Senang dan memberikan Kehidupan bagi yang hidup diatas nya Foto bersama SARA diatas ujung kanan DOKTOR Rames Sharty dan Putranya dari India sangat Percaya leluhur Majapahit dan Kerauhan, Bahkan rekannya DR Mohan juga malah Kerauhan Leluhur Wisnu di Pura Majapahit Trowulan 2001 dan mengadakan Agni Horta yang dihadiri Drs. Imam dari Pelabuhan Tanjung Perak dan Camat nya masih berpakaian dinas dan Mr. Po Pow dari Taiwan yang Dahi nya diberi Abu titik Hitam oleh DR. Mohan yang menyumbang 1000 buku Bagawatgita untuk dibagikan Umat di Trowulan dan Jenggala 2001-2002 dimana DR Mohan dan Umatnya biarpun Pura Trowulan ditutup Beliau masih sering Berdo'a di Trowulan dan bila ada buku baru tentang Hindu Beliau sering menyumbangkan disamping Para Sepiritualis dari China dan Thailand yang juga memberi Buku Buku tentang Dharma juga Lokal menyumbang Buku Tan Khoen Swie tentang ajaran Siwa Buda atau Leluhur Siwa / Lingga / Purusa dan Leluhur Budha / Ibu / Yoni / Predana dimana Kepercayaan Siwa-Buda terbukti pernah Menyatukan Nusantara di Era majapahit.

Semoga Acara "Budaya Pemersatu Bangsa" sesuai Tema Simbul Undangan Brahmaraja XI ke Bali ini memberikan Kerahayuan dan Kerahajengan bagi kita semua Dan ada Media memberitakan miring Dewi Tangan Seribu ini tentang Kerauhan untuk di Ralat dan diberitakan yang sebenarnya sebab nantang Dewi Tangan Seribu Pujaan Dunia ini "Mati" Ganjarannya seperti Camat Trowulan yang Nutup Setana Beliau Tewas dan yang ngebom pun Tewas disambar Petir kalau Kirap ini tidak direstui Beliau kan saya yang Tewas ucap GRP Prawiradipura yanga meraih Penghargaan Bhakti Award 2010 dan dikukuhkan sebagai "Pembina Budaya" di Kampus Budaya [AUB-STIE] Surakarta ini bulan lalu dan Beliau  yang membawa dan mengeluatkan Pratima Dewi Tangan Sreibu se Ijin Brahmaraja XI yang juga Berdo'a bersama Umat dan Matur Piuning di Candi Candi Leluhur Majapahit Jenggala Jawa Timur.

[Pandangan Mata Team Reporter Independent] 



Ingin Partisipasi Komentar