Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch Portuguese

twitter

Kamis, September 23, 2010

RAJA MAJAPAHIT TEMUI MAHASISWA

23-9-2010 Puri Surya Majapahit Jimbaran dipenuhi Pengunjung Foto atas karena Sering Hujan banyak Daun Pepohonan menutupi Candi Ibu menambah Sakral sekitar Candi yang rimbun hingga Candinya hampir tidak kelihatan, ini bertepatan Purnama IV dan Hari saraswati, Orang berpakaian Adat bali pada membawa Sesaji ke Candi Ibu, Juga Umat Etnis Tionghowa / China pada sibuk membawa Buah, Dupa dan Sesaji Kue Keranjang ala China untuk Persembahan Dewi Bulan untuk atau acara Cong Ju Pia / Sek U. Tepat jam 11.oo Wita Rombongan mahasiswa dan mahasiswi Mahendradata dibawah Pimpinan  Wayan Swantika juga datang dan diadakan Do'a bersama, kemudian Para mahasiswa dan mahasiswi melaporkan Kejadian Kirab Ganesa dan Ibunya yang Sukses hari Minggu lalu kepada Brahmaraja XI yang telah mengijinkan di Pendaknya Pratima untuk di Kirap Meruwat Jagatraya / Dunia, dan hanya saja banyak Berita miring atas kejadian itu dimana Para Pendeta Budha dilarang masuk Pura jagatnata padahal tahun lalu tidak ada masalah,

Tak lama Para Wartawan dari berbagai Media pun Hadir ikut meliput apa yang di Klarifikasi Sang Raja Majapahit Sri Wilatikta Brahmaraja XI yang baru tiba dari bandara Ngurah Rai Bali atas kejadian Kirap yang tidak diikuti Beliau dikarenakan Pratima Ganesa Dwi Muka memang sudah di Bali sejak tahun lalu dan tinggal di Pendak, disamping Kesibukan Beliau di Jawa yang padat Acaranya dan Banyaknya Orang yang ingin Bertemu / Sowan apalagi Hari Raya Idul Fitri dimana Orang Islam Kejawen masih ikut merayakan dengan Tradisi Sowan leluhur dan Brahmaraja XI dianggap Wakil Leluhur yang harus di Sowani juga..

Dalam Pidatonya Brahmaraja XI mengatakan, Bahwa Beliau tidak hadir dikarenakan Surat yang dikirim adalah Meminta Ijin Pratima Ganesa dan Ibu nya untuk di Kirap, dan Pratima sudah sejak Tahun lalu berada di Bali, jadi Beliau hanya mengijinkan melalui HP, dan Beliau Matur Piuning ke Candi-Candi leluhur di Jenggala, karena menganggap tidak ada masalah, dikarenakan tahun lalu ketika Beliau membawa Pratima ke Bali juga Matur Piuning di Jenggala, dan Pratima lewat darat ke Bali di Gilimanuk disambut Para Umat yang terrdiri dari berbagai Suku, Ras dan Agama [SARA] dengan Gamelan dan Upacara Pratima dan Beliau mampir di Pura Segara, Pura majapahit Banyu Biru, Pura Rambut Siwi dan ke Pura Ibu Jimbaran, diteruskan keliling Denpasar dikawal Mobil Polisi Daerah Bali, kemudian di Jejerkan di Pura jagatnata Lapangan Puputan kemudian setelah bermalam di Pura jagatnata, Paginya di Kirap ke Pantai sanur dan acara 2009 ini Sukses besar. Foto atas Para Wartawan meninjau Musium Keraton Ibu dan mengabadikan Benda Peninggalan Kerajaan Majapahit yang sangat dikagumi Dunia, Dimana Brahmaraja dengan Tulus Iklas melestarikan Benda Sakaral warisan leluhurnya ini, Serta menjaganya dan Mengupacarainya hingga Pada Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2001 Mendapat Penghargaan Dharma Award sebagai Pelestari Budaya, 2006 mendapat Hindu Muda Award sebagai Tokoh Budaya dan 2010 mendapat Bhakti Award sebagai Pamong Pembina Budaya.

Hanya saja  Acara Ruwatan / Caru Resi Gana Jagatraya Tahun 2010 ini ada sedikit keanehan, Para Pendeta Budha Bodhisatwa Avalokiteswara dilarang masuk Pura jagatnata, Akhirnya Doa dilakukan diluar Pura jagatnata Foto atas Para Pendeta Budha diantaranya Bikuni Takaki dari Jepang ikut melaporkan Pelarangan masuk Pura Jagatnata serta WALUBI [Wadah Umat Budha] Bali tidak mengakui keberadaan Para Pandita Budha Avalokiteswara ini Padahal Klenteng / Pura Dewi Kwan Im / Ratu Mas tidak dibawah Agama Budha yang diakui Pemerintah dan diberi Titel Agama, di Luar Negri titel Agama tidak ada dan hanya disebut Isme juga tidak ada Mentri Agamanya sebab Agama adalah Hak yang hakiki dan Pribadi, Hanya di Indonesia Agama diatur mentri dan selalu kisruh, karena Mentrinya beragama Islam jadi berat sebelah padahal Undang Undang Dasar 1945 jelas menyebutkan Kebebasan Beribadah menurut Agama dan Kepercayaannya itu, Pemerintah wajib Melindungi, Tapi malah ada Surat keputusan Bersama [SKB] Mentri Agama dan mentri Dalam Negri untuk membanbgun Tempat Ibadah, dimana selain Islam sangat sulit memperolah Ijin ambil contoh Gereja HKBP yang Pendetanya dan beberapa Orang ditusuk Pisau dan menjadi Berita Besar, bahkan Ada Demo "Mengusir HKBP dari Bekasi"

 Juga SKB ini sudah merambah Kebudayaan dimana Brahmaraja yang Pelestari Budaya pun dituduh Agama dan dilarang berkegiatan di Trowulan hingga SKB ditempel di Pintu Rumah / Keraton Brahmaraja XI, Dan Untungnya Kirap Ganesa ke 4 X sejak 2007 ini pun Sukses seperti tahun lalu. Tapi bagi Pengundang dan Panitia tentunya membuat Gerah Peristiwa ini atas Pelarangan masuknya Pendeta Budha Pura Ibu, padahal didalam Pura jagatnata ada juga Pelinggih Ibu Ratu Niang, dan dengan Ke-Arifan yang dalam Brahmaraja XI menyatakan tidak ada masalah, Persolan ini adalah imbas Peristiwa di Jakarta dimana Umat Kristen Huria Kristen Batak Protestan [HKBP] juga mengalami Pelarangan Sembahyang di Tanahnya sendiri, bahkan Pendeta nya di Tusuk Pisau dan menjadi Berita Besar di Media dan TV, ditambah diserbunya Kantor Polisi di Sumatra hingga 3 Polisi Tewas oleh Teroris, dan Kepala Polisi Republik Indonesia [KAPOLRI] di TV pun sempat berkata "....Kita ini dianggap Kafir" Jadi Peristiwa Ribut antar Agama sudah menjadi Sarapan yang rutin tiap hari di Berita TV pagi juga Media cetak yang tak ada habisnya juga Tingkat Dunia Terry Jone bahkan mau membakar Quran segala jadi hal ini tidak mengherankan.

Juga dijelaskan tentang Pendeta Budha Avalokiteswara, adalah khusus Pendeta Klenteng Dewi Kwan Im atau Pura Ibu, dan Mantra nya juga hanya mantra Ibu "Ta Pai Cu" jadi kalau tidak di akui Wadah Umat Budha Indonesia [WALUBI] Bali itupun tidak jadi masalah, sebab Budaya Memuja leluhur adalah bukan Agama tapi hanya Isme / Kepercayaan yang masuk Garis Besar Halauan Negara [GBHN] sejak 1978 dimana dijawa Timur saja ada 197 Kepercayaan yang dianggap Pelestarian Budaya belum lagi Ratusan Klenteng leluhur yang semuanya bukan Agama, sebab yang diakui Mentri Agama hanya 5 Agama. yaitu Islam, Kristen, Katolik, Dindu dan Budha belakangan Konghucu tapi dalam Kolom Agama di Kartu Penduduk [KTP] nama Konghucu dihapus kembali.

Ini di jelaskan dengan jelas agar Wartawan Media Cetak yang tidak mengerti jadi mengerti, juga Para mahasiswa yang hadir, Bahkan Bikuni Takaki dari Jepang yang juga dilarang masuk Pura Jagatnata dihadapan Para Wartawan dan Umat SARA mengatakan kalau Beliau menjadi Pendeta atas Kesadaran dan Vegetarian bukan mencari Pengakuan tapi Pengabdian pada Dewi Kwan Im di Candi Ibu Cin Kwan Si Jimbaran yang di Jepang disebut "King Hikari Tera", Pemujaan Dewi Kwan Im adalah Budaya Pemujaan leluhur Ibu yang di Bali Pura Dewi Kwan Im / Ratu mas juga sangat banyak sebelum lahirnya agama Hindu yang di Sah kan 1961. Foto diatas Umat berbagai Suku, Ras dan Agama [SARA] berdo'a di Klenteng Leluhur Ibu, Jelas Budaya pemersatu Bangsa sesuai Judul ketika Brahmaraja XI di Undang ke Bali 2003 serta ketika Hyang Bhatara Agung Surya Wilatikta Brahmaraja XI Meruwat Kota Kadhri dengan Tema Budaya Pemersatu Bangsa 2002 yang juga dihadiri Camat Kuta Subawa yang kena Bom Bali serta ikut di Ruwat dan mendapat Cindramata dari Komandan Daerah Militer [DANDIM] Kadhiri Let Kol TNI AD Edi, dan terbukti Majapahit tetap menyatukan SARA, yang tidak bisa diterima Agama yang Fanatik dan anti Persatuan yang ramai jadi berita TV sekarang.

Juga Meru Tumpang XI Brahmaraja serta Meru Tumpang III Ratu Mas di Pura Besakih Bali sudah ada sejak 1343 dan masih berdiri Kokoh hingga saat ini Foto diatas ketika Brahmaraja XI di Undang ke Besakih dan didepan Meru Leluhur Ratu Mas Umat SARA berdo'a latar belakang Meru Brahmaraja Foto Kiri Umat SARA berdo'a di Klenteng Ratu Mas dalam Area Puri Surya majapahit Jimbaran, Jadi Pura di Besakih ini adalah Pura leluhur Siwa Budha. [Lingga Yoni] Juga di Jelaskan di Pura Jagatnata juga ada Pelinggiuh Ratu Niang, Dewi Kwan Im pun disebut "Nan Hay Niang Niang" atau Ibu dari Laut Selatan, jadi tidak salah Pendeta Budha Avalokiteswara memuja didalam Pura jagatnata yang ada Pelinggih Ratu Niang / Ibu, Hal ini dijelaskan agar tidak memperkeruh suasana, dan Para Pendeta Budha, juga dijelaskan bahwa "Budha" adalah Sebutan Orang yang sudah Mencapai Pencerahan dan Mokswa yang di Indonesia diberi titel Agama, dan banyak Budha seperti Budha Sakyamuni [Sidarta] Budha Maitrea, Buda Jilai dll Pendeta Budha itu juga banyak tidak bisa dimonopoli satu Kelompok seperti Budha mahayana, Hinayana, Tibet , Thailand Dll. di Dunia selain Indonesia semua Isme bebas karena Hak Asasi Manusia untuk ber Kepercayaan Pribadi tidak dibatasi Mentri Agama yang hanya ada di Indonesia, bahkan pada 10 Mei 1998 Prof. DR KH Agil Siraj yang kini Ketua Organisasi Islam Terbesar di Dunia [NU] berkata akan membubarkan Departemen Agama kalau Reformasi yang disaksikan Ribuan masa SARA waktu itu. Termasuk Mr Dniel Sparingga yang kini Penasihat SBY dan baru Tampil di TV menanggapi Penusukan Pendeta HKBP tapi tidak menyinggung Mentri Agama.

Sejak pagi hari Pratima Ganesa dan Ibunya di Taruh di Meja depan Candi beratapkan Langit, Semalaman Hujan Lebat, Pagi itupun Mendung Gelap, Tapi ketika Brahmaraja XI meletakkan sendiri Pratima Suci itu langsung Langit Cerah hingga Upacara Pertemuan selesai, Foto atas Mahasiswi Kerauhan Ibu dan menganjurkan bersabar dan ngalah saja atas kejadian Kirap sebab semua sudah Sukses direstui Ibu,  jam 14.oo Wita dan Brahmaraja undur diri, Tapi pukul 15.oo Wita  Brahmaraja menelpon Kadek SPA agar memasukkan Pratima Ganesa ke Musium dan Pratima Ibu dikembalikan tempat semula, Begitu Pratima dimasukkan langsung Turun Hujan Lebat dan angin kencang, inilah keanehan Alam yang sulit dicerna akal Sehat, 2008 Bali dilanda kekeringan Pratima Ibu Tangan Seribu di Pendak ke Universitas mahendradata Langsung Malamnya turun Hujan hingga diberitakan di bali Post dan dibahas Koran "Taksu" 18 halaman. 1 Agustus 2010 Pratima di Pendak ke Kwan Kong Bio, Bali lagi Hujan dan banjir, Ketika Pratima bermalam di Kwan Kong Bio hingga di Kirap keliling Denpasar tak setetes Airpun jatuh, Demikian anehnya Pratima leluhur Ibu ini. Bahkan Ada Berita dari Go Sik Kian bahwa Pratima Ibu ini akan di Kirap di China.

Bali pun dilanda Hujan dan banyak bencana maka Atas inisiatif Raja Majapahit Bali yang juga President Worl Hindu Youth Organization serta Rektor dan DOKTOR Termuda di Dunia yang kini menjelang berusia 30 tahun Pratima Ganesa dan Ibu dikirap meruwat jagatraya, malah Pendeta Budha dilarang masuk Pura Jagatnata, Tapi Acara Sukses tanpa setetes Hujan yang turun hanya Mendung Gelap menggelayut dilangit melindungi Pesrta Kirap agar tidak Kepanasan dan lelah, ketika kirap selesai Hujan pun Turun melanda Bali bahkan Pelabuhan Gilimanuk sempat ditutup akibat Ombak besar, Brahmaraja XI tiba di Bali 23/9  Cuaca Hujan dan mengeluarkan Pratima Ganesa dan Ibunya [China Dewi Kwan Im Tangan Seribu] untuk acara Cong Ju Pia / Sembahyang Dewi Bulan / Purnama IV hujan pun reda, ketika Pratima dimasukkan kembali hujan Turun dengan lebatnya hingga berita ini ditulis, Aneh tapi Nyata.

24/9 Para Pendeta Budha yang dilarang masuk Pura Jagatnata diundang ke Dewan Perwakilan Rakyat [DPR] Bali dan didamaikan dengan yang melarang masuk Pura, itu hanya kesalah fahaman saja, Pertemuan dari jam 10 hingga jam 12.30 yang juga dihadiri Prof. DR. Merta Sutedja selaku Pemrakarsa Pendirian Pura Jagatnata yang juga sangat baik hubungannya dengan Brahmaraja bahkan sering datang ke Pura Ibu Jimbaran dan Trowulan Bahkan Sang Profesor Sepuh [dalam Foto ditengah berbaju kuning lengan panjang] ini pernah bersama Brahmaraja XI memberikan Darma Wacana kepada Para Pemuda Kejawen di Banyuwangi beberapa tahun silam ini ikut Mendamaikan disampaing Forum Komunikasi Umat Beragama Para Pendeta Siwa dan Budha, jadi Peristiwa Kirap yang Sukses ini tidaklah dibuat Kekisruhan, Jadi juga akan diadakan Upacara bersama lagi dimana Pura Hindu Jagatnata adalah Universal fungsinya untuk Umat . Demikianlah sudah tidak ada masalah lagi, Brahmaraja XI tidak ikut ke DPR karena tidak terlibat langsung dalam Acara Meruwat Jagatraya ini, hanya mengijinkan Pratima ganesa dan Ibu nya untuk "Caru Resi Gana jagatraya" dan sudah Sukses Acaranya sebagaimana Tulisan terdahulu.

 Jam 21.oo Wita datang DR Suryawan membawa Undangan "Gema Perdamaian" 12 Oktober mendatang, sayang Brahmaraja pukul 20.49 dijemput Mercy Hitam No. Pol. L [Surabaya] warna hitam entah kemana jadi tidak bertemu DR Suryawan, Sang Doktor yang ikut andil mengundang Brahmaraja XI ke Garuda Wisnu Kencana [GWK] ini juga merasa bersyukur melihat Foto Dolumentasi Perdamaian di DPR Bali atas Peristiwa di Pura Jagatnata yang diperlihatkan GRP Prawiradipura, serta mengharap nanti Acara Gema Perdamaian agar Puri Surya majapahit berpartisipasi dengan mengeluarkan Barongsai Juara Asia nya. Tahun lalu juga Biku Aliong dan Bikuni Takaki yang sempat tidak boleh masuk Pura Jagatnata ikut memberikan Do,a di Gema Perdamaian bersama Para Pendeta Lintas Agama yang Panitianya waktu itu Biku Shin Indrajaya Gautama yang Ketua Pemuda  dari Budha Teravada yang memberikan Tempat Pelinggih Prabu Airlangga di Garuda Wisnu Kencana [GWK], Gema Perdamaian Pertama diadakan  12 Oktober 2003 oleh DR Made Suryawan bersama Forum Studi Majapahit yang Ketuanya Gusti Kade Sutawa General Manager [GM] Hotel Paradiso Kuta, menghadirkan Prabu Darmayasa dari India, Zang Arya Drupa Riponce dari Tibet dan Hyang Suryo Wilatikto Brahmaraja dari Trowulan untuk memimpin Do'a, dimana 15 Desember 2003 diadakan Ruwatan Nusantara oleh Panitia DR Sony Mercya [Lulusan Leden Belanda] di INNA SINDHU BEACH Sanur tempat Exhibition Pusaka dan Pratima Majapahit termasuk Pratima Prabu Airlangga, dengan Juru Ruwat Hyang Bhatara Agung Surya Wilatikta Brahmaraja XI yang baru saja meruwat Kota Kadhiri Jawa Timur 2002 dengan Tema :"Ruwatan Budaya Pemersatu Bangsa" dari Bali Hadir Gusti Kade Sutawa mendapat Cindramata dari Walikota Kadhiri Keris Nagaraja, Putranata mendapat Cindramata Keris Naga Pengantin dari Kepala Polisi Resort Kota [KAPOLRESTA] Kadhiri, Subawa camat Kuta yang kena Bom mendapat Cindramata Gada Bima oleh Komandan Daerah Militer [DAN DIM] Kadhiri setelah ikut Ruwatan yang mana 2003 Gusti Kade Sutawa dan Putranata mengundang Brahmaraja XI ke Bali dengan Tema "Pameran Budaya Pemersatu Bangsa", Ruwatan yang sama dengan Kadhiri di Sindhu 15/12 2003 Juga dibantu Prabu Darmayasa dari India yang membawa Tirta dari Mata Air seluruh Dunia, Ruwatan ini diikuti Ratusan Suku, Ras dan Agama [SARA] Banten Ruwatan Sumbangan dari Pura Dalem Mengui yang ikut Mendak Pratima Airlangga di Gilimanuk lengkap dengan Bale Ganjur nya, Juga Wayang Ruwatan Ala Majapahit Mengui, Ruwatan ini baru pertama kali diadakan di Bali sejak runtuhnya Kerajaan Majapahit 500 tahun yang lalu. [Ruwatan diberitakan Radar Bali, Nusa dll] dan 2010 ini kembali DR Made Suryawan dapat Giliran sebagai Panitia Gema Perdamaian, dan meminta Brahmaraja XI untuk ikut berpartisipasi juga sebagai halnya Gema Perdamaian Pertama 2003.

Dari Jadwal Acara Brahmaraja XI yang padat Pada Tanggal 12 Oktober 2010 ini Brahmaraja ada Undangan Upacara di China, Tapi tanpa Beliau pun Pura Ibu Majapahit Jimbaran tetap berpartisipasi dalam "'Gema Perdamaian" Terbukti Kirap Pratima Ganesa dan Ibu nya juga Sukses biarpun Beliau tidak bisa Hadir, dan ada sedikit masalah yang juga sudah terselasaikan Ucap Pandita Agung Majapahit Shri Empu Prawiradipura Penerima Bhakti Award 2010 sebagai "Pembina Budaya" ini  yang sibuk menerima Tamu Penyanyi Dewi Ratih dan Keluarganya untuk Tangkil dalam Acara Hari Saraswati.


[Team Reporter Independent Majapahit]





Ingin Partisipasi Komentar