Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch Portuguese

twitter

Jumat, Oktober 29, 2010

82 TAHUN SUMPAH PEMUDA

Usia 82 tahun Sumpah Pemuda sangatlah tua, setua Mbah Maridjan yang 83 tahun dan Tewas menjaga Gunung Merapi terkena Awan Panas atau Wedus Gembel, Mbah Maridjan menangi Zaman Bung Karno dimana Nasionalisme masih kukuh diajarkan, Dimana Cinta akan Tanah Air masih mengakar, Hingga Cinta Mbah 83 tahun ini pada Tanah Merapi juga masih kukuh dan siap mati membelanya, biarpun dianggap Bodoh oleh Manusia masa kini yang selama 45 tahun sudah Luntur akan Pengertian Sumpah Pemuda dan Nasionalisme.

Siaran TV malah menampilkan para Pemuda yang tidak hafal isi Sumpah Pemuda [TV Indosiar] inilah bukti Kelunturan Pemuda masa masa kini, di Era Bung Karno ditiap Sekolah tiap hari Senin diadakan Upacara Bendera dimana Sumpah Pemuda selalu dibacakan, Setelah Bung Karno dijatuhkan 1967 yang sebelumnya 1965-1966 Jutaan Penduduk Indonesia Pendukung Bung Karno dihabisi dengan Cap Komunis tidak bertuhan, Padahal Pencetus Pertama "Indonesia" adalah Partai Komunis Indonesia [PKI] 1926 kedua Partai Nasional Indonesia [PNI] 1927 dan Indonesia pun terbentuk 1945, Setelah berhasil Menumpas PKI  1965-1966 dan Menjatuhkan Bung Karno 1967,  maka Pelajaran Sekolah pun diubah bahkan Ajaran dan Semua  Buku Bung Karno tentang Nasionalisme / Cinta Tanah Air serta Ajarannya dilarang, bahkan Budi Pekerti tidak diajarkan, dipedesaan Bahasa Arab yang dominan diajarkan, hingga Ujian Nasional [UN] dalam Media diberitakan "Bahasa Indonesia Mesin Pembunuh" banyak Orang Tidak lulus UN karena tidak tahu bahasa Indonesia, padahal dalam Sumpah Pemuda 1928 ada kalimat Kami bersumpah "Berbahasa satu Bahasa Indonesia". Juga Udtad Roi di Malang Solat berbahasa Indonesia malah di Tangkap Polisi dituduh melecehkan Islam setelah Majelis Ulama Indonesia [MUI] menyatakan Roi SESAT, dimanan Allah hanya mengerti Bahasa Arab, padahal Kitab Injil malah diterjemahkan bahasa Jawa dalam Gereja Jawi Wetan juga tak ada masalah bila berdo'a bahasa Indonesia. Sesuai Sumpah Pemuda 1928 '"Berbahasa satu Bahasa Indonesia" Kini malah Orang Kristen bikin Gereja dipersulit seperti HKBP yang menggunakan bahasa Indonesia sampai ramai di TV dan apalagi Pendetanya ditusuk Pisau lagi dan ketika diwawancarai. TV mereka berbahasa Indonesia padahal Orang Batak,  Dan Demo pakai Spanduk "Usir HKBP dari Bekasi".

Bumi Pertiwi makin murka, Merapi meletus, Gunung Papandayan, Burangrang, Slamet, Egon, Krakatau dll mulai memulai gejala meletus dan dalam tingkat "Waspada", ini disamping Ramalan sabdopalon juga secara Ilmiah kemarahan Bumi Pertiwi ini karena Penduduknya sudah melupakan dan tidak mencintai Tanah yang Subur Makmur ini hingga tanah rusak kena Hama, Banjir Bandang bahkan Air laut naik kedaratan, bahkan sebagian besar sudah mencintai dan menyucikan Tanah Seberang, Hingga Cemburulah Tanah sendiri yang Tongkat dan Kayu jadi Tanaman. bila ditancapkan, Adat Kuno Tanah adalah Dewi Sri sedang Air adalah Dewa Wisnu dan Anaknya adalah Boma dewa Tumbuh Tumbuhan, ini sekarang malah dianggap Musrik, Bahkan Patung Para Dewa pun dilarang dan dihancurkan dianggap Berhala termasuk Patung Bima dan Budha.

Kemarahan Tanah Air adalah Wajar saja, Tergantung kita semua apakah masih mau mencintainya lagi dengan menghormati sesuai Adat leluhur Kita, Mengadakan penghormatan terhadap Para leluhur yang dimanivestasikan Wisnu seperti Prabu Jayabaya yang diuanggap Wisnu dan bisa membuat jangka Tanah Jawa dengan tepat juga Sabdopalon Pamomong Raja-Raja Tanah Jawa yang dilupakan Orang akibat kemoderenan dan Idiologi Baru, dimana Aliran Kepercayaan Saptodarmo di Jogja dihancurkan, Wanita Tua penjaga Sanggar di Injak Injak dan dipukuli bambu oleh Kelompok berjubah putih dan ber Kupluk  Arab, bahkan Gambar Sri Gautama Orang Jawa Asli Pembimbing Saptodarmo bersimbul Semar dibanting dan diinjak injak [Trans TV] hingga Merapi yang dijaga Mbah Maridjan yang menurut Pakar Telematika Roi Suryo Mbah Maridjan adalah Semar Marah dan Meletus, Lihat Jepang dengan Adat Budaya Kuno Memuja Amaterasu tiap pagi membungkuk kearah Matahari Terbit bahkan percaya Raja Teno Haika berasal dari Putra matahari, juga Majapahit yang simbulnya matahari, Jepang biarpun kena Bom Atom 1945 malah kini tetap maju berkat Budaya nya sendiri yang tidak Goyah biarpun diterpa Kemoderenan. Seperti Acara memperingati Jatuhnya Bom Atom di Hirosima dan Nagasaki 2010 dihadiri Amerika bekas lawannya yang kini Damai berkat Ajaran Budha. Kita ? yang mengaku ber Agama Islam yang memang benar dan paling benar, yang sudah menumpas PKI sampai Akar Akarnya 1965-1966, 2010 masih teriak Bahaya PKI dan mengusir Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Pusat {DPR} dari Banyuwangi dengan tuduhan membangkitkan Komunis, padahal kita dengan Rusia, China, Vietnam [SBY baru kesana] dan Negara Negara Komunis sudah bersatu dalam Asean. ini sangat memalukan sekali.

Tatacara majapahit yang bisa menyatukan Nusantara waktu itu, kini juga dipakai di Dunia, Contoh Inggris , Belanda, Jepang, Thailan, dll masih kerajaan bila Pemilihan Umum selalu mencari Patih Gajah Mada, Juga Negara yang ber Presiden pun mencari Perdana Mentri, Kecuali Amerika yang meniru Tatacara Kerajaan Majapahit, dimana Banyak Presiden / Raja tapi memiliki Presiden / Raja Pusat yaitu Obama, Mata Uang pun disatukan Amerika memakai Dolars dan Eropa pun memakai Euro, Sedang Majapahit dahulu memakai Uang China yang lestari di bali hingga sekarang. Biarpun Uang China / Kepeng hanya dipakai Uapacara Sakral saja di bali.

Demikianlah Sumpah Pemuda yang didengungkan Oleh Para Pemuda dikala 1928 untuk menuju Kemerdekaan, yang didahului Istilah "Indonesia" oleh PKI pada tahun 1926 dan kitapun Merdeka dan Indonesia dibawah Bung Karno bahkan malah bisa menyatukan Asia-Afrika dengan Nasional Agama dan Komunis [NASAKOM] dimana setelah Bung Karno berhasil dijatuhkan kita menjadi Negara Agama, dan lihatlah hasilnya, HKBP yang Kristen Pendetanya di Tusuk, dan bikin Gereja malah diserbu dan diusir dari Bekasi. Aliran yang dianggap Sesat oleh Majelis Ulama Indonesia [MUI] dibawah Mentri Agama pun di Hancurkan, dan Orang Indonesia tidak boleh menerima Wahyu [Sadek dan Lia] yang boleh terima Wahyu hanya Orang Arab Muhammad,  padahal Kitab Jayabaya dan Sabdopalon itu termasuk Wahyu karena ke Akuratannya Tapi karena Jayabaya dan Sabdopalon bukan beragama Islam tidak diakui, Persatuan Indonesia pun terkoyak dan Alam pun bergerak sesuai Ramalan Sabdopalon. Bung Karno Menggali Pancasila untuk Dasar negara dari kitab Sutasoma Majapahit juga di Pelintir hingga makna Bhinneka Tunggal Ika tidak dihargai lagi digantikan Sariat Islam. Untung Pancasila masih digantung di Kantor Pemerintahan baik Sipil dan Militer sampai hari ini sebagai Dasar Negara dan Sumber daripada segala Sumber Hukum untuk Republik Indonesia tercinta ini. Tapi mengapa tidak diresapi dan di Praktekkan ?? Hingga Ibu Pertiwi Marah dan selalu dinyanyikan di TV sedang menangis Sedih dengan Ilustrasi Bencana Ramalan Sabdopalon yang tidak dipercaya Bangsa ini yang digebuk kitab luar dan kitab sendiri dianggap Tahayul. Hingga Mbah Maridjan juga dianggap percaya Gaib dan Tahyul akhirnya Beliau membuktikan Diri Siap Mati demi Tugas dan Cintanya pada Merapi. "Selamat Jalan Mbah...." Kesetiaan Mu sulit dicari Bandingannya di Era Globalisasi ini.

Marilah kita Sadar kembali ke Budaya leluhur kita yang Adi Luhur "Ajining Bangsa Saka Luhuring Budaya" yang kini Budaya sendiri sudah dilupakan dikalahkan oleh Kitab Luar yang belum tentu bisa dilaksanakan di Negri yang Subur Makmur Gemah Ripah Loh Jinawi dan Kaya Raya ini. Dimana banyak Bunga dan Buah untuk Sesaji yang di Arab dianggap musrik karena di Arab hanya ada Kurma tidak ada mangga Gadung Probolinggo seperti Islam Kejawen yang masih percaya adat leluhur mereka sangat Toleransi dibanding Islam yang memakai adat Arab sesuai Qura'an dan Hadist dan menyesatkan yang tidak sesuai Kitab dari Arab ini,  Kitab kita sendiri Jayabaya telah membuat Jangka Tanah Jawa, Kitab  Leluhur Sabdopalon membuat Peringatan Dini, Kitab Kutara manawa Majapahit membuat Hukum dan Pemerintahan dll Kitab yang Luhur cobalah disimak lagi bukankah Tempo dulu pernah berhasil menyatukan Nusantara yang lebih luas dari Indonesia sekarang, Mungkin ini suatu Solusi biarpun Mustahil karena dianggap Kitab Kafir dan Musrik, Tapi rasanya cocok untuk Negri yang carut marut ini hingga Alamnya pun marah pada penghuninya yang tidak mau memakai Kitab Para leluhur Nusantara ini sendiri yang dianggap Kafir belum kenal Allah Tapi cinta Leluhur dan Tanah Airnya hingga siap Mati membelanya seperti Para Pahlawan dan terakhir Mbah Maridjan biarpun skup kecil yaitu Tanah Merapi Kinah Rejo..

[The Majapahit Center dan The Sukarno Center ditambah Ahli Sejarah UNMAR]
Ingin Partisipasi Komentar