Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch Portuguese

twitter

Kamis, Oktober 21, 2010

UPACARA PRABU AIRLANGGA DI GWK

21 Oktober 2010 Upacara Mendak Pratima Airlangga dan Budha di Musium Ibu Majapahit Jimbaran, Seharian suasana hujan rintik rintik, terkadang Angin menderu deru, Langit mendung tebal Hitam menggelayut, Tapi tak mengurungkan niat Para Siswa Siswi, Mahasiswa Mahasiswi, Para Pencinta majapahit dari Jawa bali yang terdiri dari Suku, Ras Dan Agama [SARA] semua berkumpul di Pura Ibu Majapahit, ada yang sudah datang jauh hari, ada yang baru tiba hari ini seperti Rombongan Mbah Tedjo dan H. Moch Hasyim Atim Direktur Alfia Jaya dari Surabaya dan langsung mengikuti Persiapan Rombongan Kirap ke GWK Gambar atas Para Pendeta Upacara didalam Pendapa Agung dan Pemendakan Pratima Prabu Airlangga dari dalam Gedung Musium Pura Ibu  Gusti Kampial dan Gusti Prawira memegang Pratima Prabu Airlangga Gambar Tengah kanan, Gambar bawah Rombongan mengawal Pratima Wisnu-Budha menuju GWK. Kelihatan Awan Gelap terbelah memberi jalan kepada Barisan Kirap Mendak Pratima Kawitan Jawa-Bali.
Tepat jam 16.oo WITA Suasana hujan mulai reda ketika Para Mangku, Biksu, Biksuni dan juga Para Sepiritualis melayangkan Do'a Pemendakan didepan Pratima Prabu Airlangga Kawitan Jawa bali. Dimana Prabu Airlangga langsung Turun berkanan di Pendak ke Pura GWK hingga terjadi Kerauhan dan Pemendakan pun bisa dilaksanakan dengan lancar.

Tepat jam 17.oo Awan mendung menepi dan Langit Cerah, Pratima Prabu Airlangga dengan di Gayot [Pikulan / Kiyu] dikawal Pusaka Pusaka dan Umbul Umbul Dewa Wisnu dengan diiringi Gamelan Bale Ganjur diberangkatkan, Disusul Pratima Budha dengan dikawal Barongsai gambar Atas Pratima Budha Berdiri Kelihatan Jelas, Pratima Budha Berdiri ini dijunjung diatas Kepala Pelajar yang masih Gadis dan Brahmaraja XI sendiri yang baru tiba dari China meletakkan Pratima diatas Kepala Sang Gadis yang berpakaian Kebaya Adat Bali, juga diikuti beberapa gadis lainnya yang ikut menggantikan selama perjalanan , ikut diiring menuju Pura Majapahit Garuda Wisnu Kencana yang berjarak 2 Km, Barisan dipimpin Drs. Komang Artanegara SE selaku HUMAS GWK dan Ketua Panitia Odalan, juga Mangku Beji GWK dan Satpam GWK Kelihatan Mr. De Hwe dari Guangzhou mendokumen Upacara dengan Camera Canggih langsung On Line agar di China bisa melihat peristiwa ini, paling depan mobil Kawal dengan Pengeras Suara membuka jalan, Berangkatlah Pratima Prabu Airlangga dan Budha untuk Upacara Odalan  ke 6 X nya yang Jatuh Purnama kelima 22 Oktober besok hari di Pura majapahit GWK. Malam ini akan diadakan Pakemitan semalam Suntuk.

Pratima Prabu Airlangga sudah sejak 2004 di GWK dan tiap Purnama kelima Odalannya, kini Odalan yang keenam 2010 ini gambar atas Banyak terjadi Kerauhan selama perjalanan ke Pura GWK dimana Dewa Wisnu dan Dewi Sri Turun / Tedun meminjam raga agar dapat diketahui umum yang belum bisa melihat Alam Niskala [Gaib], Beliau yang dipatungkan sebagai Garuda Wisnu Kencana [GWK] Dahulu bila Odalan cukup di Pendak di Rumah Toko [RUKO] GWK yang berjarak 200 m dari Candi Prabu Airlangga dan 2006 pindah ke RUKO Puri Gading yang berjarak 2 Km dan di Wilayah Jimbaran dalam Komplek Pura Ibu Majapahit. Sedang GWK diwilayah Ungasan yang dibatasi Jalan Raya Uluwatu dengan Jimbaran, Bagi Orang Bali dan Para Penyungsung Pura majapahit GWK tidaklah jauh untuk berjalan 2 Km, malah Upacara Pemendakan tambah Meriah karena Pratima mesti di Kirap dengan adanya sumbangan Bale Ganjur, juga Odalan nanti disamping Tarian, ada Wayang Calonarang nya dengan Lakon Rondo [Bali Rangde] Girah yang berperang melawan Prabu Airlangga.

Tapi akibat Kepandaian Mpu Bharadah Rondo Girah berhasil dikalahkan dengan mengambil Mantu Putri Rondo Girah Ratna Mangali yang dikawinkan dengan Putra Mpu Bharadah sendiri yaitu Mpu Bahula, Dan Ratna yang Putri Tunggal Girah berhasil mencuri Kitab "Siwa Sumedang" milik Ibunya dan diserahkan kepada Mpu Bharadah, hingga Bharadah mengetahui Rahasia Kesaktian Sang Janda. Tempat Petilasan Rondo Girah masih ada di Daerah Gurah-Paguh  Kadhri ditengah Sawah Terkenal dengan sebutan Totok Kerot, yang Lengannya Patah di Kepruk Sunan Bonang, Gambar Atas Ratna Mengali ikut Hadir dengan meminjam Raga Mahasiswi merasa senang bisa ikut Upacara Prabu Airlangga Rajanya yang berhasil di Selamatkan dari Teluh Ibunya. Dahulu Kitab Siwa Sumedang tiap malam dibacakan oleh Mpu Penyarikan, Mpu Parentet, Mpu Ratu Pekak Made dll dan Brahmaraja XI mendengarkan serta diterjemahkan Bhatara Ratu Gede Sudara [1956-1965] dan setelah selesai diuraikan isinya Bhatara Ratu Gede menyuruh membawa Kitab Lontar itu ke Jawa, tapi Brahmaraja XI menolak karena percuma di Jawa tidak ada yang bisa membacanya, Akhirnya Kitab itu diberikan kepada Ngurah Teja Putra Mpu Tukak Made yang ahli membaca Lontar,   Ngurah Teja pernah bercerita 1980 mempelajari Kitab itu, Tapi Pria Sakti asal Tejakula itu tidak menjelaskan dimana Kitab / Lontar Siwa Sumedang itu disimpan Brahmaraja XI hanya mengangguk angguk karena memang pernah mendengar Kidung tersebut yang dibacakan tiap malam. Dan Beliau memang tidak tertarik Pelajaran Rondo Girah itu yang pernah digunakan menghantam leluhurnya Airlangga, Tapi kini sudah bukan rahasia lagi ilmu itu.

Kerajaan Kahuripan Prabu Airlangga akhirnya dipecah 2 oleh Mpu Bharadah menjadi Jenggala dan Kadhri, Raja Kadhiri yang terkenal adalah Prabu jayabaya yang Peramal dan membuat Jangka Tanah jawa, Sedang Jenggala dipegang Prabu Jayasabha, Prabu Jayasabha Wisnu Wardhana III diera majapahit menjadi Panglima Perang dengan gelar Bhatara Indra Istrinya yang dari China bergelar Indreswari, Sebagai raja jenggala dan Besan Pendiri Majapahit Sri Rajasa Jaya Wardhana Jayasabha bergelar Sri Wilatikta Brahmaraja Bhatara ring Jenggala, Sri Wilatikta Brahmaraja V diera Keruntuhan Brawijaya Majapahit Trowulan, menjadi Raja Triloka Pura [Daha-Jenggala-Kadhiri] eksis hingga 1526, sedang Majapahit Brawijaya berakhir 1478 [1400 Saka] Sirna Ilang Kertaning Bumi,  Pura Jenggala dan Meru Brahmaraja serta Permaisurinya ada di Pura Besakih Bali yang dibangun Arya damar Putranya bersama Gajah mada 1343, kemudian Arya Damar jadi Raja di Swarna Bumi Sumatra setelah Upacara Srada di Manivestasikan Dewa Bhairawa, sedang Raja Bali Arya Kenceng adiknya, Arya Cakra yang tertua menjadi Suami Tri Bhuwana Ratu majapahit III juga di Manivestasikan sebagai Dewa Brahma Wisesa sebagai Bhatara ring Jenggala yang juga ada di Pura Besakih Bali. (Pedharman Hyang Galuh)

Jadi Jayasabha adalah Trah Airlangga sebagai Kawitannya, Yang kebetulan Bapak Airlangga Raja Bali Prabu Udayana dan Ibunya Mahendradata Putri Mpu Sindog [Dinasty Sien Dok dari China Penemu Kalender Musim dan Ilmu Perbintangan serta Mercon]. Jadi di Balilah Lestari Pelinggihnya Karena Airlangga berdarah Jawa bali. Prabu Airlangga memang tidak pernah pulang Bali, Tapi Brahmaraja XI membawa Pratima Beliau di Linggihkan di GWK agar bisa di Upacarai dengan baik dan benar. Seperti Odalan tiap Purnama kelima ini Gambar Atas Menunjukkan Upacara Mendak yang dihadiri SARA seperti gambar Kanan Suku, Ras dan Agama bersama [SARA] tersenyum mengenakan seragam bergambar Dewata nawa Sanga Simbul Surya majapahit dalam Acara leluhur bukan Agama Gambar kiri atas bersatu padu berdo'a bersama untuk leluhur.

Dahulu Odalan diadakan di Pura majapahit Trowulan Gambar Atas Upacara Mendak Tirta di Puro Trowulan tapi 2001 di Tutup Camat "Dilarang Ritual dan kegiatan dalam bentuk apapun" atas Perintah Takmir Karyono setelah gagal dibom karena yang ngebom disambar Petir padahal oleh Karyono Penduduk kiri kanan Rumah Brahmaraja sudah disuru ngungsi karena akan dibom "Saya disuru Ngungsi Oleh Karyono agar tidak terkena bom" kata Ibu Enik Mertua Lurah Sapuan Timur Puro Brahmaraja, Juga Sumono yang Ketua RT sebelah barat berdampingan dengan Puro / Keraton disuru ngungsi, dan Camat yang nutup pun akhirnya Tewas Struk, sedang Takmir Karyono malah Istrinya yang Tewas. Bom Bali meledak, Brahmaraja XI 2003 di Undang ke Bali untuk Gebyar Budaya Pemersatu Bangsa yang sebelumnya 2002 diadakan di Kadhri dengan acara Ruwatan yang juga berjudul Gebyar Budaya pemersatu bangsa. dan di Bali pun Sukses sebagai Pemersatu Bangsa. Hanya saja para Orang yang Anti Persatuan tentu tidak senang melihat Upacara ini

Keanehan terjadi Suara musik Bale Ganjur dan Dentuman Tambur barongsai masih terdengar Pura Ibu Majapahit sudah diguyur Hujan Lebat, Tapi Rombongan yang menuju GWK tidak terkena hujan, Setibanya di Pura GWK terjadi KERAUHAN masal, Kebanyakan Para Siswi dan mahasiswi Kerauhan / Trans mereka Menari nari, dan berkata dalam bahasa yang sulit dimengerti sepertnya bahasa jawa Kuna dan China, Gambar atas  Semua Pendeta Lintas Agama mengadakan Do'a bersama yang Islam menengadahkan kedua tangannya ke Langit, Yang Hindu duduk membunyikan Bajara bersama Biksu Budha hingga menjadi Kesatuan Siwa-Budha, juga semua Sepiritualis apapun ikut berdo'a secara caranya masing masing, Kucuran Tirta diberikan kepada yang Kerauhan agar sadar, Ini membuktikan bahwa Para Leluhur memang ada dan berkenan Turun / Tedun menerima Upacara Odalan yang kenam kalinya.

Setelah Upacara mendak leluhur selesai barulah Hujan Lebat dan Angin Gemuruh Turun Sebagian Tamu sudah Tiba di Pura Ibu kembali, Bertia TV menyebutkan Gunung Merapi pun Menggeliat , Suasana Pura Ibu sedang sibuk banyak Pekerja yang dipimpin Ir. Lim Ping Hong, Meja lama diganti yang baru berbentuk leter U, dengan membawa Tukang khusus pimpinan Ir. Poerwanto dari Semarang Jawa Timur yang ahli Seni Perkayuan. Sedang Mr. Ming Kiong, Piksiu, Ibu Lim Hun Nio dan Mr. Teja kepasar berbelanja untuk masakan makan malam. Biksu Aliong juga sibuk mengatur Para Tukang Kayu mendampingi Mr. Ping Hong dan Mr. Cun Fe membuat Meja dan Pemiosan agar tidak salah ukuran Kosal Kosali nya. Dapur Umum Pura Ibu pun sibuk membuat makanan Sarapan pagi, Ibu Ibu pada memasak Nasi dan yang dari China memasak Cungkwok Jai. jam 9.06 pagi Drs. Komang Artanegara SE Ketua Panitia Odalan didampingi Mr. Dewa dari Bank BPD telah sibuk mengangkuti Kursi dari Pura Ibu ke GWK Mereka sudah berpakaian Adat Upacara Udeng dan Baju serta Saput Putih. Para Tamu dari Jawa dan China juga telah Makan pagi juga  Rombongan Tamu dari Osaka Jepang  Pimpinan Mr. Moyami didampingi Gusti Surya memberi Jas model Jepang kepada Brahmaraja XI, Sedang Ir. Lim Ping Hong sedang mengatur Tempat : Membuat dan manata serta memperbaiki Tempat Odalan didepan Candi Ibu

Meja Sesaji dibuat baru untuk Pura Ibu yang Odalan Tanggal 3 November nanti, Meja lama diganti yang baru berbentuk leter U, dengan membawa Tukang khusus pimpinan Ir. Poerwanto dari Semarang Jawa Timur yang ahli Seni Perkayuan. Sedang Mr. Ming Kiong, Piksiu, Ibu Lim Hun Nio dan Mr. Teja kepasar berbelanja untuk masakan makan malam. Biksu Aliong juga sibuk mengatur Para Tukang Kayu mendampingi Mr. Ping Hong dan Mr. Cun Fe membuat Meja dan Pemiosan agar tidak salah ukuran Kosal Kosali nya. Jam 19.oo Gambar Atas Brahmaraja XI berangkat dari Pura Ibu menuju GWK dalam suasana  hujan gerimis, Setiba di Pura ternyata tidak setetespun air hujan jatuh diadakan Upacara Penyambutan dan Brahmaraja XI yang mengenakan Kalung bermanik manik putih kuning berusia Ribuan tahun yang sama dengan yang dikenakan Raja Raja di China 2500 tahun yang lalu dengan Medalion Siwa Parwati / Dewi Kwan Im melangkahi Sesaji dan menuju Tempat yang telah disediakan Yang sebelumnya Kaki Brahmaraja XI dicuci dengan berbagai Larutan Sesaji dan melangkahi Sejaji setelah dipecahkan Kelapa Gading dan ini Adat Kuna yang masih Lestari dan ada Lontarnya bagaimana Tatacara menyambut Sang raja,  Kiri kanan Jalan Barisan Para Pengunjung menyambut dengan tangan posisi Anjali, Demikian Raja Majapahit ini juga membalas Dengan Tangannya yang juga posisi Anjali, lalu duduk  Bersila di Wantilan kecil agak tinggi yang sudah dipenuhi Sesaji dan banyak Orang lagi menyembah didepan Wantilan dan menambah Sesaji hingga penuh. Acara diteruskan Do'a bersama, Semua Mangku, Biksu, Biksuni memimpin Upacara Siwa-Budha Majapahit Para Pendeta ini juga disediakan Temapat Khusus sejajar dengan Candi atau sebelah Barat menghadap Utara.

Selesai Upacara Do'a bersama diteruskan Tari Rejang Dewa dibawakan oleh Para Gadis Remaja yang sehabis Menari menghormati Brahmaraja XI dan Foto bersama Gambar di Atas, diteruskan Tari Baris dan Barongsai, Kemudian Sambutan Brahmaraja XI yang menjelaskan Tentang Prabu Airlangga yang Kawitan jawa bali, Dan Beliau memang tidak pernah ke Bali setelah Jadi Raja, Tapi Karena bapak Beliau Raja Bali Prabu Udayana maka Beliau Terkenal di Bali hingga di Patungkan di GWK, dan Pratima Beliau lalu di Undang di GWK dan jadilah Pura majapahit GWK ini sebagai tempat Melinggih Manivestasi Dewa Wisnu satu satunya di Bali, Sayang Patung Tertinggi di Dunia ini sampai kini belum juga selesai akibat banyaknya kendala Ternyata sehabis Sambutan Prabu Airlangga Turun / Tedun meminjam Raga seorang Siswa dan Beliau Terharu hingga menangis melihat Upacara Odalan yang diadakan dengan penuh keiklasan serta menerimanya apa adanya . Acara diteruskan Arja Calonarang, Yang sangat aneh dan berkaitan dengan Prabu Airlangga sendiri, Para pemain Arja yang juga Keturunan Mpu Bharadah ini bertemu dengan Keturunan Airlangga, Tapi Dalam Cerita seolah olah Kejadian sebenarnya Prabu Airlangga menyaksikan Adu Kesaktian antara Rondo Girah dengan Bagawantanya sendiri yaitu Bharadah, Upacara ini anehnya Tidak turun Hujan sama sekali, Hanya ketika Dagelan Punakawan menyinggung Porno Hujan turun tapi hanya beberapa detik dan terang lagi ketika Brahmaraja XI memegang Kalung Siwa Parwati yang di China disebut Dewi Kwan Im sambil mulutnya seolah membaca Mantra diteruskan dengan diiringi Para Mangku dan Biksu mengelilingi Candi 3 X hingga Suasana Upacara Lancar tanpa Hujan setetespun turun, Brahmaraja XI tetap mengikuti Cerita calonarang ini hingga selesai pukul 1.30 menjelang pagi hari. Setelah selesai Para Pemain Arja datang menghormati Sang Raja sambil bersalaman seolah masa lalu terulang kembali.

Demikianlah Upacara Odalan kenam kalinya Prabu Airlangga telah sukses  Gambar atas kanan Brahmaraja XI meninggalkan tempat Upacara, Hujanpun turun sehabis Upacara hingga hingga pagi hari ini 23/10 sampai malam, Sebuah keajaiban dimana Air adalah Dewa Wisnu, Jadi Beliau mengerti tidak Turun Ketika Upacara berlangsung yang juga untuk Beliau sendiri Upacaranya, Dimana Upacara ini penuh ke Iklasan tanpa tendens apapun karena Prabu Airlangga di Jawa jarang yang meng Upacarai apalagi Odalan Apalagi Puro Trowulan yang bisa meng Upacarai malah ditutup dilarang Ritual sejak 2001 dan kalau ada Rombongan dari Bali bawa Sesaji di USIR oleh Supeno  yang mengaku Informan Polisi [Spy] Desember 2009, Masyarakat sangat antusias dengan Odalan ini hingga memerlukan waktu untuk datang baik dari Jawa, bahkan ada yang dari Australi, Jepang [Menghadiahkan Jas kepada Brahmaraja XI] ,China [Nyumbang Patung Dewi Kwan Im] dll Masyarakat Lokal yang membawa Keben / Besek Sesaji demikian banyaknya hingga bertumpuk tumpuk dan Satpam GWK sibuk mengaturnya, belum lagi Sumbangan Dana untuk Odalan berikutnya 3 November, dan kini sedang persiapan Odalan di Pura Ibu Jimbaran yang kebetulan tidak jauh berselang, yaitu 3 November nanti Pura Ibu memang lain dengan Pura GWK yang Odalannya jatuh tiap 6 bulan karena mengambil hari Budha Kliwon Gumbreg Enyitan, Sedang Pura GWK Purnama Kelima yang jatuh setahun sekali, Penyineban dilakukan 25 Oktober nanti dengan Mengiring Pratima Prabu Airlangga ke Musium Pura Ibu Majapahit Jimbaran dalam 3 hari ini tentunya akan tetap ramai dimana yang tidak ikut Odalan bisa Tangkil menyusul hingga di Sineb nanti,

Tepat jam 20,oo 25/10 Pratima Prabu Airlangga dan Budha dikembalikan ke Musium Puri Gading Jimbaran, Dengan didahului Barongsai Rombongan tiba dengan diututup Gamelan bale Ganjur berirama Ratu Ayu bertalu talu bak Irama Rock, Pratima disambut Sesaji sebagaimanan mestinya dan disemayamkan di Musium. Semoga acara ini sedikit menghibur leluhur Nusantara dimana KITAB SABDOPALON sudah membuktikan kemarahan Alam yang subur makmur ini, Tapi dibenci penghuninya dengan menyucikan Tanah Gersang, Juga Kitab kita sendiri ini sudah tidak dipercaya dan dianggap Kitab Tahayul dan Musrik, Padahal terbukti dalam siaran TV sehari hari dan lebih mengagungkan Kitab Timur Tengah yang tidak ada relevannya ke Bumi peretiwi ini, dimana ketika Kitab ini dibuat Dunia belum dianggap Bulat, Dunia adalah Bumi kita masing masing, Barulah setelah majapahit Runtuh Dunia Barat mencari majapahit, Dan ketemulah Dunia ini bulat oleh Mr. Columbus dan akibatnya Kitab kita dikalahkan kitab Luar yang mencaplok seolah Bumi kita ini milik Ramalan Wahyu Timur Tengah bukan Wahyu Sabdopalon yang nyata nyata untuk Bumi kita sendiri, dan Bangsa kita tidak boleh menerima Wahyu kalau terima Wahyu malah ditangkap Polisi seperti Sadek dan Lia Eden dianggap melecehkan Islam, yang boleh Tertima Wahtu hanya Muhammad , Jadi Kemarahan Ibu Pertiwi janganlah disalahkan, Karena ulah Penduduk Bumi Subur Makmur Gemah Ripah Loh Jinawi ini yang sudah terkalahkan Bumi lain Nun jauh dimata dan Kering. krontang Hingga penduduk berduyun duyun mencari Selamat ke leluhur lain yang belum tentu bisa menyelamatkan. Biarlah acara Odalan ini bisa sedikit saja menghibur Para leluhur Nusantara ini biarpun ditertawakan, dihina, dan dilecehkan serta dilarang karena bertentangan dengan Kitab Timur Tengah, Semoga Brahmaraja XI yang berjuang melestarikan Adat Budaya leluhurnya dengan tetap berusaha me Ngupacarai baik Purusa / Lingga maupun Predana / Yoni tetap diberi kekuatan biarpun mengalami Hinaan dan cercaan bagi yang anti Budaya dan Persatuan bangsa ini, SEMOGA !!! Tanggal 3 November Odalan untuk leluhur Ibu. Dari Informasi Jero Gede Susila dalem Tarukan Odalan ini adalah Odalan Besar / Gede dan sudah mendapatkan Dukungan dari Para Reshi Amlapura juga Pandita Siwa Budha agar tidak menghawatirkan soal Dana Odalan yang semuanya sudah dipersiapkan berkat Dukungan Pengempon, Penyungsung, Semeton, Pecinta, Pendukung, Simpatisan dll Pura Ibu majapahit se Dunia / Jagatraya. Dan Brahmaraja XI sudah Matur Piuning dan Mendak Tirta ke Leluhur Ibu di China.


Team Reporter Independen Majapahit. [Gung Aji, Dewa Lupa, Mr. De Hwe, Komang Try, Adhik, Dll]






Ingin Partisipasi Komentar