Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch Portuguese

twitter

Selasa, November 09, 2010

PRATIMA PURA IBU DIUNDANG KE DURGA KUTRI

Menyambut Perayaan kedua Abhiseka Ratu Tri Bhuwana Tungga Dewi, Kembali Pratima Durga Mahisa Wardhini Pura Ibu di Undang ke Pura Durga Kutri Mahendradata Blahbatuh Gianyar untuk yang kedua kalinya, Dokumen Foto-foto acara Abhiseka keseluruhan.

Pemendakan dilakukan 11 November 2010. Tahun lalu Perayaan ini sukses dan dihadiri Putri Bung Karno Sukmawati dan Brahmaraja XI dimana saat itu sempat di Cuci Tongkat Bung Karno [foto samping]  yang terjadi keanehan, Tirta Suci Turun dari langit membasahi kedua Orang keturunan Majapahit itu
.
Pratima Durga Mahisa Wardhini adalah Manivestasi Dewi Mahendradata Putri Mpu Sindog, Beliau menjadi Permaisuri Prabu Udayana Raja Bali, Dan Putranya Airlangga menjadi Raja Daha yang kemudian menjadi Jenggala dan kadiri, Sungguh suatu kebanggaan bahwa Pura / Setana Dewi Mahendradata Lestari di Bali selama kurang lebih 1000 tahun, dan tetap di Upacarai hingga detik ini. Sebuah Arca dari Batu Megalit setinggi 3 meter tetap utuh yaitu berupa Durga Mahisa Wardhni. Tri Bhuwana juga dimanivestasikan Durga dengan Tangan 8 dan menginjak Kerbau dan membawa Pusaka Para Dewa dan disebut Durga Tangan Seribu yang di China disebut Dewi Kwan Im Tangan Seribu juga [Jen So Jien Yen Kwan Se Yin Pusa] yang di Setanakan di Puri Surya Majapahit Jimbaran gambar atas ketika Guruh Sukarno ke Pura Ibu dan ditemui Brahmaraja XI, Guruh juga sempat berdo'a didepan Dewi Tangan Seribu bahkan tiap Tempat Dupa Leluhur ditancapi Dupa China oleh Putra Pendiri Republik ini.

Sayangnya Arca Batu Dewi Tangan Seribu yang di Trowulan Hancur tinggal sebuah Daun Teratai yang sangat Indah dan Sempurna sedang yang di Candi Tribhuwana di Ngerimbi tinggal Telapak kakinya itupun pecah dua / Sigar Kaki yang sangat indah dengan Perhiasan yang sulit dikatakan karena begitu Indahnya., bisa dibayangkan kalau Arca ini masih utuh, Jadi Untuk Arca di Pura Durga Kutri masih utuh biarpun tak se Indah yang di Era Majapahit dimana Seniman Ukirnya sudah lebih Canggih ketimbang Era Mpu Sindok.

Pratima dari Emas Pancadatu Pura Ibu sangat mirip dengan Arca Mahendradata ini, karena memang dari Zaman Kadhiri dan Jenggala, Pura Jenggala juga lestari di Pura Terbesar di Dunia yang selalu di Upacarai tanpa putus sejak Zaman Majapahit yaitu Besakih, Juga Meru Tumpang Sebelas Brahmaraja Cucu Airlangga dan Permaisurinya Ratu Mas yang dibuatkan Meru Ibu Tumpang Tiga yang ternyata sama dengan di China, Ratu Mas Magelung atau Dewi Kwan Im Magelung adalah Manivestasi Putri Yulan Permaisuri Brahmaraja, Meru di Besakih ini dibangun Arya Damar, Arya Kenceng dan para Arya dari Majapahit 1343 Zaman Tri Bhuwana Memerintah Majapahit, Dan inilah yang jadi Acuan Sejarah majapahit yang bisa dilihat dan masih di Upacarai secara Adat Majapahit Siwa - Budha dimana kalau Upacara yang muput masih Pendeta Siwa-Budha,

Sedang Agama Hindu yang baru diresmikan 1961 dan dicanangkan 1959 menurut Prof DR Titib Rektor Institut Hindu Darma Negri Beliau Ahli Kitab Weda satu satunya di Indonesia, jadi Agama Hindu kalau Muput cukup Pendeta Hindu saja di Era masa kini sedang Agama Budha mendapat Pengakuan resmi tersendiri oleh Departemen Agama disamping Agama Hindu jadi kini terpisah sekat Agama yang sama sama diakui dan berjalan sendiri sendiri hingga Pendeta Budha pernah ditolak masuk Pura Jagatnata hingga DPR mendamaikan dan malah  Pratima Ibu masuk DPR untuk Upacara Dewi Laksmi yang juga dihadiri Pendeta Budha dan Hindu serta Sepiritualis dari India, Australia, Jepang  dll, sedang Pura Majapahit tetap kesatuan Siwa-Budha yang mengacu pada Leluhur Lingga Yoni yang sering diungkap Prof. Drs Subagiasta MBA di TVRI dimana Beliau Ahli Kepercayaan Leluhur Lingga Yoni yang dalam Peresmian Pura Ibu Sang Profesor -

Juga hadir memberikan Darma Wacana tentang Lingga Yoni atau Kesatuan Siwa-Budha, Sedang di Besakih maupun Puri / Keraton tetap menggunakan Pendeta Siwa-Budha sesuai Kitab Sutasoma "Budha tidak mengakui Siwa bukan Budha, Siwa tidak mengakui Budha bukan Siwa, Siwa Budha adalah Kesatuan Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Darma Mangruwa". Kini Agama Budha telah diakui Departemen Agama dan kembali ke Induknya yaitu Budha saja, Agama Hindu juga diakui dan memakai kitab Weda dari India, Adat Majapahit Siwa-Budha untung lestari juga secara turun temurun sesuai Lontar Majapahit hingga di Bali tidak terpengaruh dan Pecah, Upacara tetap Siwa-Budha mengacu Kitab Sutasoma juga disebutkan dalam Kitab yang digali Bung Karno untuk Dasar Negara "Pujalah Durga baru bisa menyatukan Kundalini". Brahmaraja XI pernah bersama kedua Profesor diatas menjadi Pembicara dan Nara Sumber dalam Seminar Kebangkitan Hindu Nusantara yang dihadiri Delegasi Mahasiswa se Indonesia, dan Para Pakar Sejarah dari beberapa Universitas antara lain Jero Gede Dalem Tarukan Panca Susila [UNMAR], Gusti Kampial [Majapahit Center], Dewa Suratnya [LSM] dll 2008, dalam Seminar ini juga disinggung Ramalan Jayabaya yang membuat cambuk Kemerdekaan 17-8-1945 yang Pancasila dari kitab Sutasoma Majapahit diajukan Bung Karno sebagai dasar Negara 1 juni 1945 dan Sabdopalon yang juga memberi Angin Kebangkitan Hindu Nusantara setelah 500 tahun keruntuhan Majapahit  yang kini terbukti. Meletusnya Gunung Merapi secara frontal dengan lahar mengalir Ngidul [Selatan] dan Ngilen [Barat] disusul Banjir Bandang dan Semarang, Malang Siang ini dihantam Banjir Bandang setinggi 4 meter [Berita terkini TV] juga disebutkan Gunung Gunung Menggelegar, Gempa 7 X sehari dan Pageblug. 

Jadi sudah benar sesuai Kitab Sutasoma besok ada Upacara untuk Ibu Durga di Pura Durga Mahendradata, dan Pratima Durga Mahisa Wardhini dari Pura Ibu Majapahit akan di Pendak untuk Upacara 11/11 pagi oleh Panitia yang diketuai Wayan Swantika yang sudah mohon ijin Pengeluaran Pratima Ibu dan Restu kepada Brahmaraja XI yang sedang berada di Surabaya, Foto samping Brahmaraja XI waktu Upacara tahun lalu di Pura Durga Kutri Beliau sudah membuka jalan dan seterusnya tanpa kehadiran Beliau Upacara akan tetap berjalan dan Beliau bisa merintis ditempat lain untuk Upacara Peringatan Abhiseka Tribhuwana tiap 11 November yang juga hari Berdirinya Majapahit dan di Pura Durga Mahendradata sudah yang kedua. Berita terkini ternyata Brahmaraja XI 11/11 jam 17.oo WIB menaikkan Cungkup Candi Jenggala di Trowulan yang habis direhab oleh RP. Sisworo Gautomo. Cungkup Candi Retak karena Tuanya [700 tahun] jadi direhabilitasi agar utuh kembali tanpa mengurangi keasliannya. Juga sedang dibangun Pendapa Agung sumbangan KH. Khoirul Wates Umpak dibelakang Pusat Informasi Majapahit Pendopo ini mengambang diatas Kolam dengan 8 tiang.

Persiapan telah dilakukan Kebetulan Pura Ibu habis odalan 3/11 yang sudah terlaksana dengan Sukses, Demikianlah Upacara untuk Ibu Pertiwi mutlak dilakukan Para Keturunan Majapahit apapun Agamanya, Untuk menjaga keseimbangan Alam ini dan mohon maap bagi yang tidak percaya Adat Leluhur ini silahkan mentertawakan dan mengeritik.  Juga Prabu Airlangga baru saja di Odali di Pura Majapahit GWK 22/10, Prabu Airlangga Putra Mahendradata di Manivestasikan Dewa Wisnu naik Garuda yang di Patungkan Terbesar di Dunia di GWK Pratima Emas Pancadatu milik Pura Majapahit GWK sangat mirip dengan Patung Batu Megalit didepan Musium Kadhiri yang biarpun hancur sudah Utuh kembali ditambal semen,

Juga Musium Trowulan memiliki Patung Batu Airlangga ini yang katanya dari Jolotundo tapi masih kontroversi karena yang pas di Candi Jolotundo justru Patung Airlangga milik Musium Mantan Wapres Adam Malik jadi ada 3 Arca Batu Megalit setinggi 3 meter Prabu Airlangga sama dengan Arca Batu Durga Kutri Mahendradata Ibunya di Pura Buruan Blahbatuh ini yang akan diadakan Perayaan Peringatan Abhiseka Tribhuwana Tungga Dewi. Rencana Perayaan besok akan dihadiri Putra Putri Bung Karno, dan Sore ini 10/11 akan diadakan pertemuan Brahmaraja XI dengan Guruh Sukarno dan Sukmawati untuk merayakan Hari Pahlawan di Istana Sukarno Center Tapak Siring tapi hingga saat ini belum ada Konfirmasi kedatangan Brahmaraja XI dari Surabaya, Kemungkinan masih banyak acara di Surabaya bertepatan Hari Pahlawan 10 November. Bila Brahmaraja tidak bisa ke Bali, kemungkinan Pertemuan akan diwakili Pandita Agung Majapahit GRP Prawiradipura untuk menghadiri acara ini. Dan benar Brahmaraja tidak bisa hadir di Istana Tampak Siring Bali karena padatnya Acara di Jawa..

Sejak pagi 11/11 suasana Pura Ibu sudah ramai, Pendeta Budha berjubah putih berkepala Gundul ala Siao Lim Si sibuk berdo'a, Mangku Hindu ber ikat kepala putih ala Reshi Zaman Majapahit pun juga sibuk mengatur Pratima Durga Mahisa wardhini yang akan diiring ke Pura nya yaitu Durga Kutri Mahendradata di Buruan Blahbatuh Gianyar termasuk kelihatan Jero Gede Susila yang membawa Bajra, Para pengiring juga sudah menyiapkan Mobil, GRP Prawiradipura selaku pimpinan rombongan juga sibuk mengatur urutan rombongan pengiring, Tepat jam 11 WITA Pratima Durga Mahisa Wardhini Zaman Majapahit Kadhiri diberangkatkan dengan mobil hitam biatan Jerman yang disopiri Gusti Surya diringi mobil dan Bus pengiring menuju Gianyar.

Keadaan Pura Durga Kutri Mahendradata juga sibuk sejak pagi, Panitia dibawah pimpinan Nyoman Swantika juga mengadakan persiapan penyambutan, Satpam GWK Nyoman Suada dan Mangku Suweca juga sudah berada di Pura yang berusia 1000 tahun itu mempersiapkan Penyambutan Pratima Durga Mahendradata dengan Barisan Penyambutan Terdiri dari Mahasiswa Mahasiswi, Teruna Teruni Bali, Siswa Siswi utusan se Bali, Masyarakat dan Simpatisan Majapahit.

Pukul 12.30 WITA Rombongan Pratima tiba dan langsung Pratima dengan dibawa Mahasiswi Dewi Yani Dawuh dan dikawal Pendeta Hindu Gede Susila, Biksu Aliong, Biksuni Takari, Pandita Majapahit Prawira dan Para Sepiritualis Lintas Agama dalam dan luar negeri diturunkan dari Mercy Hitam metalik dan Plangkiran Pratima diletakkan diatas Kepala Dewi Yani disambut Sesaji Penyambutan juga ada samblehnya ayam hitam  [Foto atas] yang khusus selama 1000 tahun adat Sambleh ini lestari di Desa Buruan Kutri Blahbatuh untuk Menyambut kedatangan Bhatari Durga Mahendradata bila Odalan yang tidak pernah absen selama 1000 tahun, dengan melangkahi Sesaji Penyambutan dan Sambleh serta Arak Beras yang disiramkan ke Tanah untuk Bhatara Kala supaya tidak mengganggu IBUNYA, Pratima diiring masuk Pura Tertua di Bali itu dan keri kanan jalan yang dialalui Pratima Mahendradata Ibunda Airlangga ini penuh Orang yang menyambut dengan posisi tangan Anjali, Setelah menaiki Tangga dan Melewati Kuri Agung lalu Pratima dilinggihkan di Wantilan yang telah dipersiapkan dan diberi Bebanten Panyeneng dan Para Mangku serta Sepiritualis berbagai ISME menghaturkan Sembah Bhakti sambil meletakkan Pejati dan Canang Sari.

Pura Durga Kutri Mahendradata dibangun pada Zaman Prabu Udayana 1000 tahun yang lalu, Untuk mencapai Arca Batu Durga mahendradata terlebih dahulu melalui anak tangga yang dijaga 2 Barongsai besar sepanjang 5 meter, sedang Arca Mahendradata Ibunda Prabu Airlangga ini setinggi 3 meter, Pohon Bunut Besar dan melintang di Tebing di Pura juga diperkirakan berusia 1000 tahun melihat besar dan angker nya dan daunnya sangat rimbun mengayomi para Tamu yang duduk berjajar dibawahnya. Menurut Mangku Dalem Soewetja yang bertubuh Tambun seperti Bima mengatakan bahwa Pohon Pule yang berdiri sebelah tangga masuk sering diambil untuk Topeng / Tapel Barong, ini karena Keramatnya Pule yang diperkirakan berusia 900 tahun dan juga disebut Duwe Pura. Sedang Pohon Beringin agak kebawah yang menanam Mpu Bharadah waktu berkunjung ke Bali sebagai Utusan Prabu Airlangga dan Bali waktu itu Rajanya Prabu Wungsu adik Ragil Airlangga, Inilah yang membuat Dunia Kagum dimana Warisan Budaya berusia 1000 tahun masih Lestari bahkan tetap di Upacarai tanpa putus oleh Penduduk nya. Sedang diluar Bali sudah tidak ada Candi di Upacarai tanpa putus selama seribu tahun, Candi Siwa Taj Mahal di India saja sudah jadi Istana Harem Syah Jihan yang Islam, yang di Jawa malah Hancur dan tidak di Upacarai sejak 500 tahun keruntuhan Majapahit, hingga Sabdopalon membuat janji akan kembali menyebar Budha dengan tanda yang terjadi saat ini biarpun di Antisipasi juga tidak dipercaya bangsa ini dengan kemajuan Agama dan Tehnologi Canggih.

Kemudian acara do'a bersama dimana hadir Sukmawati Sukarnoputri dan Raja majapahit Bali Sri Wilatikta Tegeh kori Kresna Kepakisan I Foto atas , juga Pemerintahan setempat serta Tokoh Sepiritual, Dalam Sambutannya Sukmawati berkata sesuai pesan Bung Karno Bapaknya bahwa kalau ingin tahu Majapahit datanglah ke Bali, Sedang Raja Majapahit Bali mengatakan Alam sudah marah melihat Ulah Manusia yang sudah tidak mencintai Alamnya lebih mencintai Negeri Orang, Juga disinggung Tentang Sabdopalon yang nagih janji dan kinilah dibuktikan demikian kata Rektor Universitas Mahendradata dengan sebutan Rektor termuda di Dunia masuk MURI [Musium Rekord Indonesia] yang masih percaya pada Kitab dalam Negeri sendiri karena di Bali mempunyai Gedung Kertiya Tempat Penyimpanan Lontar Majapahit termasuk Sutasoma yang di pelajari Dunia Arkeologi dan Kertiya adalah Musium Lontar satu satunya di Dunia yang mengoleksi Ratusan Ribu Lontar yang ada di Bali dan untung Lestari sedang di Majapahit Jawa 500 tahun yang lalu Lontar dan Kitab Budha dibakar semua [Sejarah Kadhiri] dan sulit mencari Lontar Upacara ataupun lainnya hingga Budaya Majapahit Punah dan Brahmaraja satu satunya Pelestari Budaya Majapahit di Trowulan dengan mengadakan Upacara untuk Leluhur malah dilarang 2001 dan Brahmaraja diundang ke Bali 2003 dan 2004 Tsunami [Alun Minggah Ing Daratan] di Aceh serta Muculnya Angin Besar [Agung] untuk pertama kalinya, Pohon Besar Zaman Majapahit di Troloyo Tumbang, Mayat dikuburan Pakis Trowulan terlempar nyangkut dikabel listrik akibat tumbangnya Pohon Besar dan akarnya ikut keluar tercabut, Angin besar pun melanda Nusantara mirip Ramalan Sabdopalon, dimana pada 2008 UNMAR telah membahas Ramalan Sabdopalon diteruskan setelah Merapi benar benar Meletus diadakan Pembahasan sabdopalon di Dewata TV 3/11. Acara selesai jam 16.oo dan Pratima diiring kembali ke Pura Ibu di Jimbaran.

Jam 17.30 Pratima Berusia 1000 tahun ini tiba di Pura Ibu dan diadakan Penyambutan Ngalinggihan, Direncanakan malam ini diadakan Tumpengan Sekaligus Memperingati Hari Pahlawan, Pura Ibu dipenuhi Umat yang mengadakan Mebat untuk Sesuguhan dan makan malam dan akan diadakan Pakemitan semalam suntuk untuk Mengenang Para Pahlawan yang telah lebih dahulu ke Alam Mokswa disanping Memperingati Para leluhur Negeri ini Terutama IBU PERTIWI yang selalu dinyanyikan di TV menangis Sedih dengan Ilustrasi Bencana Alam. Semoga dengan adanya Upacara ini Ibu bisa tertawa di Bali dan ilustrasi Bali aman tentram, Tapi ini juga tergatung prosentasi banyaknya yang percaya Ibu Pertiwi yang diwakili Leluhur kita.

Demikianlah Pratima Ibu Durga Mahendradata telah mengunjungi Puranya yang lestari selama 1000 tahun di Blahbatuh Gianyar Karena di Trowulan tidak boleh di Upacarai sejak 2001 hingga jalan jalan ke Bali dan dibuatkan Candi lagi, Upacara Ibu di Bali dengan dihadiri Putri Pendiri Republik ini dan Penggali Pancasila dasar Negara dan Sumber daripada segala sumber Hukum yang masih di Gantung di Kantor Sipil dan Militer maupun Swasta di Negeri ini. "Bhinneka Tunggal Ika" Justru yang menyebutnya Orang Asing, Yaitu Obama Presiden Amerika, Sedang Pejabat kita ? kata TV One tadi pagi ini aneh tapi nyata malah Orang Asing bisa menyebut Bhinneka Tunggal Ika dalam Pidato Resmi didepan Ratusan Wartawan Cetak dan Elektronik..


[Laporan Pandangan mata Reporter The Majapahit Center dibantu Team Sejarah The Sukarno Center]

Ingin Partisipasi Komentar