Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch Portuguese

twitter

Senin, November 29, 2010

SMK TABANAN KUNJUNGI PURI SURYA

Suasana Pura Ibu Majapahit Jimbaran hiruk pikuk, 4 Bus Pelajar Putri Sekolah menengah Kejuruan Tabanan berkunjung ke Pura Ibu Foto diatas yang sebelumnya juga mengunjungi Pura majapahit GWK. Sambutan langsung dari Pandita Agung Prawira dimana dikatakan bahwa Bali adalah majapahit dan Para Putri SMK ini adalah calon Ibu semua yang akan melahirkan Generasi baru majapahit kelak. Para Putri dan hanya Para Gurunya yang Pria ini juga disamping berdo'a dan melihat Musium Pura Ibu. Dan Ratusan Para Putri SMK ini terkagum kagum akan Peninggalan Majapahit di Musium Ibu termasuk Para Guru nya. Yang kini lebih Lengkap Ketika Nyejer di Tabanan 2003.

Bagi Rombongan dari Tabanan ini Foto atas memang tak asing lagi dengan Pura Ibu Majapahit, karena pada 2003 Pratima dan Pusaka Majapahit pernah Nyejer di Puri Anom Tabanan, dimana pada Hari Tumpak Landep untuk pertama kalinya Pusaka di Upacarai sejak 500 tahun Keruntuhan majapahit, dimana waktu itu Keris Gajah Mada yang dipegang Gusti Raka ketika diangkat dan "Tunjukkan Kekuatanmu.." langsung keluar Sinar Biru dan kebetulan Ujung Keris menuju Pohon Beringin depan Puri, "Gedabruuuk" Pohon Beringin depan Puri Anom Runtuh (Puri Anom sampai detik ini masih ada), hal ini disaksikan Ribuan Orang yang kebetulan ada Tamu Para Sulinggih dari Jawa dan bali yang ikut Upacara Tumpak Landep, hingga peristiwa ini sangat mengejutkan dan disusul Hujan Angin Ribut yang menumbangkan Pohon Pohon Besar di tabanan hingga diberitakan Media Cetak dan TV pagi harinya puluhan Trukmembersihkan Potongan Pohon Beringin yang Tumbang terkena Sinar Keris yang baru di Upacarai Tumpak Landep, Mangku Pura jagat langsung mengadakan Upacara Nyegara Gunung didukung Puri Anom, Juga Pusaka di Undang Odalan ke Pura Yeh Gangga, dan Pura Dalem Mengui, Juga Pusaka sempat ke Puri Gede Tabanan.

Brahmaraja XI juga dibuatkan Rumah di Sunantaya oleh Gusti Madan yang ahli Upacara "Srada" sayangnya sampai hari ini Brahmaraja malah belum sempat melihat Rumahnya yang hanya ada 2 Pelinggih Kawitan yang diresmikan dengan Upacara Srada 2006 dan dihadiri Kerabat Puri dari segala penjuru Tanah Air, Mungkin karena kesibukan Beliau belum sempat ke Sunantaya. Setelah Kunjungan Putri Putri SMK disusul Kunjungan rombongan Ketua Klenteng se Jawa Timur Go Sik Kian Foto atas kanan Pengikut Klenteng Ibu Majapahit [Jin Guang Si] sejak 1970 dan 2007 Mendatangkan khusus Sesaji dari China intuk Ibu [Budha] melengkapi Odalan, Ngenteg Linggih dan Caru Gede  dan Beliau didapuk menanam Pedagingan oleh Tri Sadaka [Pendeta Siwa, Budha dan Bujangga] disaksikan Prof. Drs Subagiasta dari PHDI [Parisada Hindu Darma Indonesia] yang ahli leluhur Lingga Yoni dan sering Darma Wacana Lingga Yoni di TVRI, Penambahan Sesaji serta Tatacara Adat Budha yang mendatangkan Para Pandita dari China melengkapi Ngenteg Linggih dan Caru Gede yang dipimpin Tri Sadaka agar Upacara Siwa Budha Sempurna untuk Pura Ibu Majapahit dan inilah bisa dikatakan Upacara Siwa Budha terlengkap sejak 500 tahun keruntuhan Majapahit yang dihadiri Delegasi  China yang merasa Putri Leluhur dari Raja China Miao Li dikawin Brahmaraja dan Bali pun masih menggunakan Uang Kepeng / Gobok China untuk Upacara yang membuat Keluarga Majapahit [Mancupaik] China mau dengan tulus iklas membantu karena satu Leluhur Kawitan, Go Sik Kian yang ahli membaca Aksara China juga berdo'a serta meninjau Perbaikan Ruko [Rumah Toko] tempat Pratima dan Pusaka Majapahit disimpan karena Musium tidak cukup Menampung juga membantu bila ada Kekurangan dana untuk memuliakan Leluhur / Pik Kong agar Keturunannya mendapat Kemuliaan dan kesejahtraan atau Kerahajengan dan kerahayuan sesuai Kitab Agama Hukum kelima yang mengharuskan menghormati Orang Tua dalam 10 hukum Allah agar mendapat Surga dan Umur panjang, Ruko di Puri Gading No. 1 ini sedang direhab Mr. Liem Ping Hong Pendukung berat Puro Mojopahit sejak 1975 dari Klenteng Laksamana Ceng Ho yang di Film diperankan Prof. DR Yusril Iza Mahendra di Semarang dibantu Mr. Sie Ming Kiong dari Pabrik Holden Pendukung Puri Surya sejak 1980, Ruko ini menggantikan Ruko di GWK yang diminta Investor Baru. Dimana Ruko ini juga mirip Pura Ibu didepan Ruko bisa untuk berdo'a, karena beberapa Pratima yang belum punya Pelinggih / Candi, Nyejer dulu didepan Ruko Tiga Tingkat yang ditepi Jalan Raya Puri Gading yang dua jalur ini sedang Pratima Prabu Airlangga sudah punya Pelinggih di GWK dan Odalan ke 6 Purnama ke 5 yang lalu.

Pratima memang ditempatkan dimeja khusus depan Ruko [Rumah Toko] agar bila ada yang mengundang mudah di Pendak biarpun Brahmaraja XI tidak berada di Bali karena sudah ada Pengurus Yayasan Puri Surya majapahit di Bali yang Profesional dibawah pimpinan Gusti Kampial dan Pandita majapahit GRP Prawira serta Drs Komang Artanegara SE yang HUMAS GWK, Mangku Susila, Mangku Budi, Mangku Wisnu, Mangku Beji GWK, Biku Aliong, Bikuni Takaki dll, seperti baru baru ini di Undang ke DPR, Pura Durga Kutri, Odalan di GWK, Klenteng Kwan Kong, Universitas Marhaen, Pura Tuluk Biyu, Pura Besakih dan Pura Pura lainnya. Jadi Tanpa adanya Brahmaraja XI di Bali acara Pemendakan bisa berjalan lancar seperti Pura Rambut Siwi tanpa Dahyang Nirata yang mokswa 500 tahun yang lalu Pura tetap berjalan bahkan diperluas oleh Orang masa kini, dan Pemendakan cukup minta Restu melalui Telepon saja karena kebetulan Beliau masih ada dan bersyukur kalau Beliau bisa hadir. Demikianlah berita kunjungan Para Semeton Majapahit dan masih banyak Surat Permohonan berkunjung yang jauh hari sudah dilayangkan, dan Brahmaraja XI kebetulan bisa hadir menyambut kedatangan Para Semeton dari Tabanan ini dengan naik Pesawat dari Surabaya yang hanya makan waktu 40 menit, dalam sambutannya Brahmaraja XI juga mengucapkan Terimakasih kepada Warga Tabanan yang sudah mengundang 2003 dan memberi Tempat tinggal untuk Keraton / Puro Majapahit yang 2001 dilarang Ritual dan Kegiatan dalam bentuk apapun serta kena SKB Mentri Agama dan mendagri No. 1/Bern/Mgk/1969 yang salah alamat karena banyaknya orang buta Hukum lebih mengedepankan hukum Rimba Zaman Jahilliyah di arab yang banyak di Film kan dan ditunjukkan Bekas Gereja Gereja model Gothe yang dijadikan Masjit dan disebut inilah kemenangan Singa Padang Pasir atas Kristen Jesus Pendahulunya, karena Puro Majapahit adalah dibawah Mentri Kebudayaan, sesuai Aliran Kepercayaan Masuk GBHN [Garis Besar halauan Negara] sejak 1978 dimana di Jawa Timur ada 197 Aliran Kepercayaan termasuk Siwa Buda, Wisnu Buda, Jawa Budo Lugu, Saptodarmo dsb dan Ratusan Klenteng Leluhur yang bukan dibawah Mentri Agama tapi dibawah Mentri Kebudayaan sejak 1999, dan diera Mentri Pendidikan dan Kebudayaan juga dibawah Direktur Jendral [DIRJEN]  Kebudayaan sejak 1978 itu Ratusan Kepercayaan dan Klenteng leluhur, sedang mentri Agama hanya membawahi 5 Agama dan Ngurusi Naik Haji. dan punya Majelis Ulama Indonesia [MUI] yang bisa bikin Fatwa Sesat, Haram dll. Lalu kelompok atas nama Agama Islam selalu menghancurkan Kepercayaan yang dituduh Sesat oleh MUI dan menangkap kalau ada orang jawa menerima wahyu yang dianggap sesat MUI, karena wahyu hanya boleh diterima Muhammad orang arab, Juga Ustad Roi yang solat berbahasa Indonesia dan di Sesatkan MUI lalu ditangkap, Juga Seperti Penutupan Tempat leluhur Majapahit Trowulan, Penghancuran Saptodarmo di Jogja, Penghancuran Klenteng / Punden di  Kadhiri, Pemukulan Kerukunan Agama dan kepercayaan di Monas, Penusukan dan pelarangan Kristen HKBP di Bekasi dll dsb dst. Semua atas nama Islam, tentu saja ini mencemarkan nama baik Islam itu sendiri yang katanya Cinta damai.


Inilah kerancuan Peraturan yang Kelompok dibawah Naungan Mentri Agama mencaplok hak Kepercayaan Pelestarian Budaya leluhur  yang bukan Agama dibawah Mentri kebudayaan, dengan menutup Kepercayaan Siwa-Buda Majapahit di Puro / Keraton Trowulan Foto diatas [Pondasi segi 4 adalah calon Pendopo Agung], dan karena Mafia Hukum waktu itu sangat Dominan jadi Brahmaraja XI mengalah karena menghadapi sekelompok orang Gila dan Serakah kan Brahmaraja ikut Gila, Hukum pun tidak memihak karena banyak hamba hukum yang buta hukum Termasuk Camat Trowulan waktu itu 2001 yang Drs Ekonomi bukan Pakar Hukum dan habis nutup malah Tewas dan Puri Surya Majapahit di Undang ke Bali setelah bali dihantam Bom Bali 1 setelah Melihat Brahmaraja XI Meruwat Kota Kadhiri Jawa Timur 2002 yang juga dihadiri Camat Kuta yang kena Bom dan rombongan dari Bali, untung kini berkat Pemberantasan Mafia Hukum dan Gayus yang gencar disiarkan TV tiap jam, maka 12 November 2010 Pihak Kepolisian akhirnya datang ke Keraton Trowulan menyatakan bahwa kalau ada Oknum Pihak Agama yang membuat kerusuhan ke Puro / Keraton yang melestarikan Budaya agar cepat menelpon Polisi agar di tangkap,  sebab Polisi adalah Pengayom Masyarakat baik Minoritas juga. disamping adanya berita TKW dibunuh dan dibuang di tempat sampah di Arab serta kebocoran berita bahwa Raja Arab meminta Amerika menyerang Iran yang gencar diberitakan Media akan Politik Arab dan Hancurnya Pusat Islam Kota Dongeng Abunawas 1001 malam Bagdad sesuai ramalan Kitab NUH [mirip Sabdopalon dan Jayabaya kitab lokal] yang mengatakan Allah tidak menghukum dengan Air tapi akan menjatuhkan Api dari langit, dan benar Pesawat Siluman menjatuhkan Bom Pintar di kota Pusat Islam Bagdad sesuai ramalan kitab Nuh, serta Ramalan Sabdopalon yang terbukti seperti Ramalan Jayabaya [mirip Mimpi Ibrahim kok dipercaya siaran TV One] yang bisa membuat semangat untuk berjuang Merdeka 1945 dan sangat dipercaya Rakyat dan Bung Karno waktu itu [bukan rakyat arab karena sudah punya peramal sendiri waktu itu Dunia belum bulat dan Columbus penemunya belum lahir jadi masing masing Negara menganggap dirinya Dunia / Jagatraya dan masing masing Punya Peramal seperti Nastrodamus sedang disini Jayabaya dan Sabdopalon biarpun dilecehkan bangsa sendiri yang pro arab dan memuja kitab arab dan Tanah Sucinya],  ikut membuat Masyarakat kembali sadar akan Budaya sendiri yang Adiluhung dan Prabu Jayabaya yang titisan Wisnu bisa meramal Tanah jawa sampai kiamat kubra, hingga Dukungan kepada Pura majapahit Trowulan makin meluas dan menambah Simpati para Hamba Hukum termasuk Polisi yang melihat keserakahan Oknum Agama yang anti Pancasila bahkan bisa disebut Teroris yang kerjaannya mengintimidasi Kepercayaan Budaya Leluhur sendiri bahkan gemar menyerbu bahkan Ngebom Leluhur Majapahit Trowulan dan disambar Petir sesuai Pitaka leluhur "Barang siapa merusak Candi akan disambar Petir" yang disiarkan TVRI di Situs Situs / Pigura..

[Ditulis Reporter Independen Editor Redaksi Wiro Sablenk dibantu Tata Bahasa Raden Sisworo Gautomo, Photografer Kadek SH dibantu Sajuri dari Canon  Photo Camera  Jepang] 


Ingin Partisipasi Komentar