Suasana Kaldera Bromo sangat berkabut, Asap dari kawah Bromo mengepul berwarna hitam kearah Barat Daya dan membuat langit menjadi gelap, Sebuah Mobil berwarna Silver menuruni Kaldera dari arah Malang, Mobil ini berpapasan dengan beberapa motor yang bergegas meninggalkan Lautan Pasir Kaldera Bromo karena ketakutan akan asap tebal dari Kawah yang menuju keselatan dan barat. Tapi Mobil Siver tadi malah menuruni Lereng dan menuju lautan pasir yang lagi berkabut tebal, Mobil ini dengan tenang melingkari Gunung yang sedang Mengeluarkan asap tebal bergulung gulung, bahkan ketika dekat kaki Bromo yang meletus Mobil ini sempat berhenti dan penumpangnya yang Reporter Independen turun untuk mengambil Foto, Asap tebal menuju Mobil tapi ketika sudah dekat malah asap itu berbelok naik keatas dan melintas diatas Mobil berwarna Silver itu dimana Salah satu Penumpang berambut Panjang memakai Rompi hitam berkata "Tenang Asap itu akan naik keatas setelah dekat", dan ternyata benar Asap Hitam Pekat itu langsung naik keatas melewati Mobil tanpa mengganggu, kemudian mobil itu kembali bergerak melingkari Gunung yang lagi Meletus dan mengeluarkan asap tebal hitam yang ngebul terus menerus, berbelok menuju Utara dan memasuki wilayah Probolinggo, Mendaki Lereng terjal dan langsung ke Hotel Bromo.
Tidak kurang dari 2 jam Mobil ini lalu kembali menuju Lautan Pasir / Kaldera, tapi ketika akan turun ke Padang Pasir yang mirip dengan Gurun Arab Saudi ini sempat dicegat beberapa penduduk dan melarang Mobil itu untuk turun karena sangat berbahaya melihat Bromo makin menyemburkan asap tebal kearah selatan dan barat yang akan dilalui Mobil Silver itu, Penumpang yang bercelana hitam dan rompi hitam juga bertopi hitam ada huruf Chinanya tanpa mengenakan masker lalu memberi penjelasan kalau Mobilnya baru saja dari arah Lautan Pasir wilayah Malang dan hanya minum Sekoteng dan makan Pisang Goreng di Hotel Bromo wilayan Probolinggo dan mau pulang kearah Malang pula sebagaimana kedatangan semula, dan Mobil Dobel Gardan Buatan Jepang itu kembali menuruni jalan awal kedatangannya diiringi pandangan heran Penduduk Probolinggo yang pada berdiri tertegun melihat keanehan yang terjadi, sebab mereka tidak melihat kedatangan Mobil itu. Bahkan Mobil ini satu satunya yang berani menuruni Lautan Pasir dikala Bromo meletus.
Dengan menelusuri jalan awal melalui GPS yang dipandu Satelit agar tidak nyasar dipadang pasir yang luas, Mobil Siver ini menelusuri jalan awal kembali mengitari Kawah Bromo menuju arah Ranu Pane Lumajang dan berbelok ke Utara kearah malang, Sepanjang lautan pasir jalannya agak berlumpur karena habis diterpa Hujan dan Guntur, bahkan Padang Pasir ini malah berasap mirip Lahar panas, tapi Mobil ini tetap berjalan biarpun terkadang agak kesulitan karena harus menghindari Lumpur dan sungai kecil, tapi tetap terarah kejalur semula berkat tuntunan GPS Satelit perlengkapannya, Mobil ini satu satunya yang bisa berjalan di Lautan Pasir, sedang beberapa mobil lainnya tidak bisa menuruni Padang Pasir berlumpur karena kondisi Mobil yang kurang memadai dan tidak bergardan ganda. Mobil Silver yang memiliki Sinar Laser agar menjaga ketinggian jarak dengan tanah agar tidak terbentur batu dibawahnya ini akhirnya hilang di Hutan yang mengering semua pohonnya akibat Abu Gunung Bromo, Penumpang Mobil ini adalah Brahmaraja XI sesuai Foto yang tertera. Bahkan Beliau tanpa mengenakan masker, dan anehnya bau belerang yang katanya sangat menyengat dan membuat sakit Pernafasan [ISPA] ini tidak tercium, malah bau wewangian pohon muda tercium, dan Brahmaraja memetik pohon Hijau muda yang tumbuh ketika terkena Abu Vulkanik yang kata penduduk daun Obat, Pucuk daun itu dimasukkan Plastik dan dibawa naik Mobil "Untuk Oleh Oleh" Kata Pria berambut Panjang mengenakan Rompi hitam dipunggungnya tertera Tulisan "Wilatikta Pura" itu.
Kita menuju Gunung Wilis berada diwilayah Kerajaan Jenggala Selatan dan Barat Kali Brantas yang masuk Tulisan Sejarah China yang disebut lebarnya "Sekungli" atau 4 Km membelah Kerajaan Kahuripan menjadi Jenggala dan Kadhiri dan Bromo masuk wilayah Jenggala, adalah Tempat Padepok'an Mpu Daha dan Mpu Daka Pemomong Para Raja Kerajaan Daha Jenggala dan Kadiri, Sejak Zaman Prabu Airlangga sebelum Kerajaan dipecah dua oleh Mpu Bharadah, Mpu Daha [Doho] dan Mpu Daka [Doko] sudah menjadi Abdi Dalem sesuai Gambar Reliep Candi Zama Prabu Airlangga, Bila diperhatikan sangat mirip dengan Gambar Ratu Malen dan Merdah yang kini Lestari sebagai Wayang Bali.
Sedang di Jawa Timur agak mirip dengan Semar dan Bagong [Besut] Foto diatas Brahmaraja XI memegang Arca / Foto Sabdopalon Mpu Daha, Gua Tempat Pertapaan Mpu Daha masih utuh, Bahkan Prabu Jayasabha [Zaman Majapahit bergelar Sri Wilatikta Brahmaraja] malah sering berada ditempat ini untuk mendapat Gemblengan Ilmu dari Mpu Daha dan Mpu Daka yang sekarang disebut Sabdopalon dan Nayagenggong yang ngemong Semua Keturunan Airlangga Raja Kahuripan hingga Majapahit dan sampai sekrang ini, Kenapa Beliau lebih terkenal di Gunung Merapi, ini disebabkan tiap Gunung Berapi disebut Merapi, seperti Mlambangan disebut Blambangan, juga Ming [ejaan China Utara] disebut Bing [ejaan China selatan] jadi bisa ditapsirkan Gunung Merapi / Berapi Wilis, Gunung Merapi Bromo, Gunung Merapi Semeru dll
Sedang di Jawa Timur agak mirip dengan Semar dan Bagong [Besut] Foto diatas Brahmaraja XI memegang Arca / Foto Sabdopalon Mpu Daha, Gua Tempat Pertapaan Mpu Daha masih utuh, Bahkan Prabu Jayasabha [Zaman Majapahit bergelar Sri Wilatikta Brahmaraja] malah sering berada ditempat ini untuk mendapat Gemblengan Ilmu dari Mpu Daha dan Mpu Daka yang sekarang disebut Sabdopalon dan Nayagenggong yang ngemong Semua Keturunan Airlangga Raja Kahuripan hingga Majapahit dan sampai sekrang ini, Kenapa Beliau lebih terkenal di Gunung Merapi, ini disebabkan tiap Gunung Berapi disebut Merapi, seperti Mlambangan disebut Blambangan, juga Ming [ejaan China Utara] disebut Bing [ejaan China selatan] jadi bisa ditapsirkan Gunung Merapi / Berapi Wilis, Gunung Merapi Bromo, Gunung Merapi Semeru dll
Dikaki Gunung Kelotok Kadhiri terdapat Patung Prabu Airlangga [Foto diatas] biarpun Pecah dan hancur tapi sudah dibikin utuh dengan tambalan Semen Gersik, berdiri tegak didepan Musium Kadhiri dekat Gua Selomangleng Pertapaan Dewi Sekar Taji, Jenggala juga memiliki Gua Selomangleng dikaki Gunung Wilis [Argo Wilis]. diapit Sabdopalon [Mpu Daha] dan Nayagenggong [Mpu Daka].
Jadi Peninggalan Candi dan Petilasan di Jenggala agak lebih banyak daripada peninggalan di Kadhiri yang utara kali Brantas yang sudah sempat diobrak-abrik Sunan Bonang, bahkan Arca Durga [Totok Kerot] sempat di Kepruk Sunan Bonang hingga Lengannya putus [Sejarah Kadhiri Tan Khoen Swie] dan Arca itu sampai sekarang masih ada didesa Gurah yang dikenal tempat Rondo [Bali Rangde] Girah dalam Cerita Calonarang, Satu satunya yang utuh di Wilayah Kerajaan Kadhiri adalah Arca Ganesa posisi berdiri yang terdapat di Makam China Mbah Jonoto dan sangat tersembunyi karena Angkernya, (foto atas red)
Hanya Marmer Makam China sempat hilang di tahun 1970 an seiring Penumpasan bagi Orang yang dituduh Komunis 1965-1966 dimana banyak Candi dan Patung serta Punden mengalami kehancuran lagi banyak yang di Kepruk karena dianggap Musrik dan tempat Setan 2 Foto diatas yang dihancurkan 1966,dan Upacara Ruwat atau bersih Desa dilarang dan banyak yang terbunuh sampai Bupati melarang acara larung Sesaji di Telaga Ngebel Ponorogo waktu itu masuk koran pula, Sampai Tulisan dan Sekolah China juga dilarang, Serta Buku dan Ajaran yang berbau Sukarno yang sudah dijatuhkan 1967, setelah para pengikutnya dihabisi sampai bayinya. Dan di Era Presiden Gus Dur 1999 barulah Budaya China diijinkan kembali hingga kini Barongsai bisa meliuk liuk Kirap dan ditonton kembali generasi sekarang, Dan Gus Dur atas nama Presiden R.I malah meminta maap atas terjadinya pembunuhan 1965-1966, tapi banyak yang belum menerima Gus Dur yang Pluralisme terbukti begitru Gus Dur dijatuhkan Pura majapahit Trowulan dibom dan ditutup 2001, 2010 Anggota DPR RI masih diusir dari Banyuwangi karena dituduh membangkitkan Komunis padahal mengadakan Pengobatan Gratis pada Para Orang Tua yang dituduh PKI. Saat ini Marmer Mbah Jonoto sudah terpasang kembali, apakah Marmer berhurup China itu kembali sendiri apa ada yang membuatkan baru tak seorangpun yang tahu.
Jadi Peninggalan Candi dan Petilasan di Jenggala agak lebih banyak daripada peninggalan di Kadhiri yang utara kali Brantas yang sudah sempat diobrak-abrik Sunan Bonang, bahkan Arca Durga [Totok Kerot] sempat di Kepruk Sunan Bonang hingga Lengannya putus [Sejarah Kadhiri Tan Khoen Swie] dan Arca itu sampai sekarang masih ada didesa Gurah yang dikenal tempat Rondo [Bali Rangde] Girah dalam Cerita Calonarang, Satu satunya yang utuh di Wilayah Kerajaan Kadhiri adalah Arca Ganesa posisi berdiri yang terdapat di Makam China Mbah Jonoto dan sangat tersembunyi karena Angkernya, (foto atas red)
Hanya Marmer Makam China sempat hilang di tahun 1970 an seiring Penumpasan bagi Orang yang dituduh Komunis 1965-1966 dimana banyak Candi dan Patung serta Punden mengalami kehancuran lagi banyak yang di Kepruk karena dianggap Musrik dan tempat Setan 2 Foto diatas yang dihancurkan 1966,dan Upacara Ruwat atau bersih Desa dilarang dan banyak yang terbunuh sampai Bupati melarang acara larung Sesaji di Telaga Ngebel Ponorogo waktu itu masuk koran pula, Sampai Tulisan dan Sekolah China juga dilarang, Serta Buku dan Ajaran yang berbau Sukarno yang sudah dijatuhkan 1967, setelah para pengikutnya dihabisi sampai bayinya. Dan di Era Presiden Gus Dur 1999 barulah Budaya China diijinkan kembali hingga kini Barongsai bisa meliuk liuk Kirap dan ditonton kembali generasi sekarang, Dan Gus Dur atas nama Presiden R.I malah meminta maap atas terjadinya pembunuhan 1965-1966, tapi banyak yang belum menerima Gus Dur yang Pluralisme terbukti begitru Gus Dur dijatuhkan Pura majapahit Trowulan dibom dan ditutup 2001, 2010 Anggota DPR RI masih diusir dari Banyuwangi karena dituduh membangkitkan Komunis padahal mengadakan Pengobatan Gratis pada Para Orang Tua yang dituduh PKI. Saat ini Marmer Mbah Jonoto sudah terpasang kembali, apakah Marmer berhurup China itu kembali sendiri apa ada yang membuatkan baru tak seorangpun yang tahu.
Dari Gunung Semeru kemudian Bromo, Lamongan, Panderman, Arjuna, Kawi, Wilirang hingga Penanggungan memang terdapat banyak Situs Purbakala berupa Candi, Keramik China dan Uang Gobok / China kuna, juga kearah selatan Gunung Kelud, Wilis hingga Lawu dan Merapi Jawa Tengah juga banyak Percandian seperti Candi Sukuh, Ceto hingga Prambanan dan Borobudur, Demikianlah Cerita Gunung Berapi sambil menampilkan Bekas Candi Stana Parahiyangan leluhur Majapahit yang berhasil Menyatukan Nusantara dengan Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangruwa nya, dimana Hasil Karya yang sangat di Kagumi Dunia yang tidak bisa dibuat Manusia masa kini masih banyak tersisa dan bisa disaksikan masa kini biarpun sudah tidak dihargai sebagian besar penduduk Negri ini yang malah menghargai Padang Pasir Arab Saudi dengan Kaabahnya, Padahal kita juga punya Padang Pasir Bromo yang dikelilingi Tanah Subur Makmur Gemah Ripah Loh Jinawi dan Segala bisa tumbuh, sedang Padang Pasir di Arab malah tidak dikelilingi tanah subur tapi malah Kering Krontang semua dan Sumur se Negara Arab cuman satu yaitu di kaabah yang disebut Sumur Zam Zam, suatu perbandingan Bumi dan Langit dengan negeri kita.
Dan semoga Negeri kita tidak jadi Padang Pasir semua karena kecintaan penduduknya dengan Padang Pasir di Arab seperti Gambar diatas yang kering krontang, Dan Lumpur LAPINDO Sidoarjo nantinya akan jadi Padang Pasir seperti Foto diatas karena kita cinta Padang Pasir arab, untungnya tidak semua kena lumpur Lapindo jadi marilah kita sadar mencintai Tanah Air sendiri agar tidak jadi Padang Pasir,
[Team Reporter Independent Majapahit]
Dan semoga Negeri kita tidak jadi Padang Pasir semua karena kecintaan penduduknya dengan Padang Pasir di Arab seperti Gambar diatas yang kering krontang, Dan Lumpur LAPINDO Sidoarjo nantinya akan jadi Padang Pasir seperti Foto diatas karena kita cinta Padang Pasir arab, untungnya tidak semua kena lumpur Lapindo jadi marilah kita sadar mencintai Tanah Air sendiri agar tidak jadi Padang Pasir,
[Team Reporter Independent Majapahit]