Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch Portuguese

twitter

Kamis, Januari 20, 2011

RAJA WILATIKTA TEGEH KORI KEPAKISAN KUNJUNGI BRAHMARAJA

Suasana pagi yang cerah 21-1-2011 biasanya hujan di Puri Surya Majapahit Jimbaran membuat Para Bhikuni dan Bikhu bergembira karena akan Kedatangan Raja majapahit Bali Sri Wilatikta Tegeh kori Kresna Kepakisan mahendradata [Foto atas]I untuk berkunjung dan Melakukan Do'a Tapa Brata kepada Para leluhur Majapahit hingga Prabu Airlangga. pemberitahuan sudah jauh hari dilayangkan hingga persiapan diadakan, Juga Brahmaraja sudah tiba di Bali dengan Pesawat agar bisa menmui Sang raja yang juga merangkap Rektor Universitas Mahendradata serta President World Hindu Youth Organization ini.

Tepat jam 8.30 Mersy hitam DK 1 diiring beberapa mobil yang juga DK Nomor Polisi Bali berhenti didepan Puri Surya majapahit, Dan Raja Abhiseka majapahit Bali yang di Abhiseka 31-12-2009 turun dari Mobil dan disambut Sri Wilatikta Brahmaraja XI yang mengenakan Baju Merah Brahma dan juga Sarung Merah juga Ikat Kepala Merah, Mereka Pengabiseka dan yang di Abhiseka ngobrol 4 mata, Keduanya Duduk di Kursi Marmer Itali yang memang hanya ada 2, Tak lama Mariko Takaki Pelajar yang cantik dari Jepang menyuguhkan Minuman dan jajan IMLEK dan diletakkan diatas Meja Marmer untuk keduanya. Lampu Camera bersahut sahutan bak Kilat Petir dari Para Wartawan mengabadikan pertemuan 4 mata ini dan diambil dari kejauhan agar tidak menggangu jalannya Pembicaraan dan keduanya kelihatan serius.

Tidak kurang 1/2 jam ngobrol dengan Serius, Kedua Wilatikta ini menuju Keraton Ibu majapahit yang hanya berjarak 200 m diiringi Para Mahasiswa memakai Jas hitam, dan Satgas kampus membawa Sesaji, kemudian Raja Majapahit bali langsung ke Pratima Mahendradata yang dikawal 8 Budha Kembar atau 8 Budha Posisi Lohan Kembar istilah Chinanya dari Kuil Siao Lim Si, Pejati diletakkan,kemudian President WHYO ini juga meletakkan Sesaji ditiap Candi leluhur, di Teruskan Naik ke Gedong / Klenteng Jin Guang Si atau Setana Dewi Kwan Im Jien So Jien Yen Tangan Seribu atau Siva Parwati Tangan Seribu istilah Balinya juga membawa sesaji untuk Sang ibu Pelindung Jagat raya ini,


Setelah berdo'a kemudian Sang Rektor Termuda di Dunia Versi MURI [Musium Record Indonesia] ini memegang Pedang dari Kerajaan China simbul Sang Ibu. Kemudian Sang Raja mengelus elus Anjing Cow Cow dari China Sumbangan  Mr. Akian, Anjing yang memiliki Sertifikat Silsilah / Stambom dari Perkumpulan Kinologi Indonesia [PERKIN] ini mirip Singa ini sangat manja seperti Foto diatas, Tapi wajahnya sangat menyeramkan karena mirip Barongsai dan memang Barongsai, Dulu Anjing Jenis ini dibawa ke Bali oleh Putri Kang Cing Hwie Permaisuri Sri Jaya Pangus Raja Bali [sekarang di Pura Balingkang] hingga kini turun temurun menjadi Anjing Kintamani bali yang langka dan termahal di Dunia dan Bagi Penggemar Anjing ada yang berkata harganya untuk Uang Indonesia bagi Anjing asli Cow Cow yang memiliki Silsilah / Stambom dan bersertifikat yang dilegalisasi Perkin mencapai 2 Milyard kalau membeli, tapi Brahmaraja justru mendapat hadiah jadi bukan membeli, Juga Anjing Cow Cow ini di China adalah Kesayangan Raja Cow Cow 2500 tahun silam, Dan bila Raja Cow Cow makan lebih dulu disuru Anjingnya memilih makanan dan Bila Anjing ini makan maka makanan yang dimakan Sang Anjing Kesayangan barulah dimakan Raja, Hingga Anjing ini pun bernama nama Sang Raja yaitu Cow Cow Demikian Sejarah China menulis tentang Anjing Kesayangan Rajanya. Kalau Cerita Lokal Anjing adalah yang masuk Surga bersama Punta Dewa [Bali: Darmawangsa] Karena Raja Darmawangsa tidak mau masuk Surgaloka kalau Anjingnya tidak ikut serta, Akhirnya Para Dewa mengijinkan Anjing Sang Raja ikut masuk Surga / Alam Kadewatan. Dalam Sejarah Raja Daemawangsa adalah Mpu Sindog Raja Kahuripan yang Putrinya Mahendradata dikawin Prabu Udayana Raja Bali dan punya anak Airlangga sebagai Raja Kahuripan menggantikan Mpu Sindog.

Diteruskan Sang Raja Majapahit Bali Turun dari Gedong / Klenteng Dewi Tangan Seribu dan menuju di Pendopo Agung Pura Ibu Majapahit [Foto atas]  dan duduk bersila, kali ini Sang Rektor Termuda di Dunia ngobrol disamping Brahmaraja yang duduk santai juga GRP Prawira Dipura membahas tentang Hukum yang lagi macet dan tiap hari dibahas TV, Sosial, Politik serta Situasi Bencana yang sangat sesuai Ramalan sabdopalon juga Acara di Istana Presiden Tampak Siring yang dulu adalah Kerajaan Ngalengka Maya Denawa Raja dan Bapak dari Rahwana yang berhasil dikalahkan Sri Rama dalam Cerita Ramayana. Brahmara kelihatan hanya manggut manggut atas mendengar Pembicaraan dan Acara ini yang dihadiri Sukmawati Sukarnoputri yang tiba jam 12.30 siang ini juga. Setelah mematangkan Acara di Tapak Siring kemudian Pukul 12.oo Pemuda yang belum berusia 30 tahun sudah menjadi Rektor dan DOKTOR termuda di Dunia ini Mininggalkan Pura Ibu untuk menjemput Sukmawati Sukarnoputri ke Lapangan Terbang Ngurah Rai di Tuban.

Demikianlah Pertemuan kedua Tokoh ini yang memang jarang bertemu karena kesibukan masing masing, Baru kali ini bisa santai ngobrol hingga berjam jam bukan Acara resmi dan sudah direncanakan jauh hari sebelumnya agar bisa bertemu sebab ketika Sang Raja majapahit Bali yang juga President World Hindu Youth Organization ini ke Trowulan justru malah tidak bertemu Brahmaraja juga beberapa waktu yang lalu datang secara resmi juga Brahmaraja berhalangan menemui karena kesibukan di luar negri dan ini berkat kepiawaian Pandita Agung Prawira keduanya bisa bertemu dengan mengambil waktu yang tepat karena bukan acara resmi dan bisa sampai 3 jam lebih ngobrolnya, Sepulangnya Pria yang Masuk muri karena peraih gelar DOKTOR termuda di Dunia [26 tahun] dan juga Rektor Termuda di Dunia, Brahmaraja mengadakan Koordinasi dengan Gusti Kampial Ketua Pura majapahit GWK tentang Rencana ke Istana Presiden Sukarno Tapak Siring menemui Sumawati. Dan GRP Prawirolalu mempersilahkan Brahmaraja Istirahat dan rapat dipimpin Sang Peraih Gelar "Pembina Budaya" Versi Pusat Kabudayan Jawi Pura Mangkunegaran Surakarta dengan mendapat Sertifikat dan Medali Emas Dharma Bhakti Budaya. 

[Reporter UNMAR]
Ingin Partisipasi Komentar