Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch Portuguese

twitter

Senin, Februari 21, 2011

BUDAYA PELANGKIRAN

Setelah 1478 M / 1400 Saka Kekalahan Kerajaan majapahit Trowulan oleh Kadipaten Demak, Maka Budaya Islam diberlakukan, Kitab budha dibakar semua, Tempat leluhur banyak yang dihancurkan karena Islam hanya menyembah Allah yang satu dan tidak boleh mendua hingga ada Istilah "Tiada Tuhan selain Allah" maka Kerajaan Trilokapura [Daha-Jenggala-Kadhiri] yang eksis hingga 1526 mengantisipasi bila Tempat leluhur di Kadhiri kelak akan juga diahancurkan, Maka untuk menyelamatkan leluhur perlu Pratima dibuatkan Pelangkiran hingga bila ada penghancuran mudah diselamatkan, Hingga Dahyang nirata dari jenggala ke Bali membudayakan pelangkiran.

Jadi Pratima dalam Pelangkiran adalah Pura tempat leluhur yang diperkecil dan mudah dibawa bila ada Serangan untuk diselamatkan, Mengenai Bali hingga kini tak terjajah dan Pura [baca Pure] tetap utuh sejak 1000 tahun, hingga Pratima jarang dibawa bawa keluar kecuali Melasti, Jadi Orang  masa kini usia dibawah 50 tahun agak heran ketika Pratima Airlangga dalam Pelangkiran / Pura yang diperkecil bisa mobil dibawa pindah, ini akibat karena didikan Orde Baru sejak 1967 yang melarang Upacara leluhur di Punden dan Candi, seperti Menutup Klenteng dan Sekolah China dan tulisannya karena banyak menulis tentang Budha dan yang diutamakan Tulisan Arab dan adat budaya arabnya yang mengkafir dan Berhalakan Pratima, selain Aliran Timur Tengah yang sekarang bergolak dianggap sesat, Hingga Pura Majapahit Trowulan ketika dibom dan ditutup 2001 dan di Undang ke Bali 2003 juga Para leluhur di Pelangkiran yang dibawa, dan disambut di Gilimanuk serta mampir Matur piuning di Pura Majapahit negara bali dan lainnya.

Kaisar China abad ke XVI juga mengijinkan pembuatan Klenteng yang di Bali merupakan Gedong Pratima untuk berdo'a kepada leluhur / Pik Kong berupa Kim Sin / Pratima, karena sulitnya ijin membuat Candi tempat leluhur pada Pemerintahan Islam, Setelah Zaman Belanda Candi Peninggalan majapahit dan sebelumnya mulai di Pugar atau di restorasi dan dibuatkan dasar Hukum nya agar tidak dirusak, dan yang merusak bisa dihukum dan Hukum Belanda ini dipakai hingga kini ditambah perubahan seperlunya, Juga UNESCO tetap melestarikan dan mendanai pemugaran candi termasuk Borobudur untuk warisan anak cucu Dunia dimasa datang, sayangnya malah dibom bangsa sendiri, ini kenyataan lagi.

Memang mengherankan bagi Orang Bali masa kini bila melihat Pratima Pura Majapahit bisa di Undang ke Kampus, DPR dan Pura yang sudah ada di Bali, Jadi dijelaskan bahwa di jawa bikin Pura sangat sulit nekat Hancur seperti yang disebelah candi Tikus Trowulan, dihancurkan Orang tak dikenal dimuat dalam jawa Pos bahasa China juga Pura Kolonel Agung dari Bali Padmasananya di hancurkan dan dibakar di Bejijong Trowulan 2000, Juga Kristen buat gereja sulitnya bukan main, nekat Pendetanya ditusuk itu HKBP 2010, dan yang sudah ada dibakar itu di Temanggung Jawa tengah ini yang baru ada di TV 2011, sedang sejak lama penghancuran tetap berjalan, seperti Malam Natal 2000 semua Gereja dibom termasuk yang di Mojokerto Kabupaten yang membawahi trowulan, dan Pura majapahit juga ikut dibom dan akhirnya ditutup 2001.

Sejak awal di Pura majapahit Trowulan memakai pelangkiran tempat leluhur yang banyak, dan hanya sebagian kecil Punya candi / Pelinggih, Lainnya tetap di Stanakan dalam pelangkiran di Letakkan dalam gedong atau Orang China menyebut Klenteng, Sedang Bali tetap dalam Gedong dalam Pura yang ada banyak Pelinggih / Meru dan lestari sejak 1000 tahun seperti Pura mahendradata Ibunda Airlangga di Buruan Blahbatuh Gianyar, yang tiap 11 November diadakan Perayaan Tri Bhuwana oleh Sukmawati dan raja majapahit Bali yang mengundang Barahmaraja XI dan ini yang ke 3 X nya.

Pura Ibu Tuluk Biyu yang mempunyai ratusan Pelinggih didalamnya, Juga mengundang Pratima Ibu Pura majapahit Brahmaraja dalam Upacara "Madewa Sraya" dan juga tiap Odalan, dan untuk Pertama kalinya Pratima dan Pusaka Majapahit memang di Undang ke Daerah Tuluk Biyu Kintamani 2003 untuk Melinggih sementara ketika Pura Trowulan ditutup dan keluarga Besar majapahit tidak bisa Upacara di Trowulan, Dan leluhur majpahit dengan Pura Kecil Pelangkiran diiring ke Bali, Dan Pratima Airlangga diundang ke GWK 2004 dan sudah punya Pelinggih berupa Padmasana dan Candi dan tiap Purnama kelima Odalan dan sudah 6 X odalan

Kemudian Pura Ibu Majapahit Jimbaran sudah Punya 3 Candi dan Klenteng yang didalamnya banyak manivestasi leluhur Ibu masih dalam pelangkiran / Pura kecil dan Odalan tiap Budha Gumbreg Enyitan dan sudah 6 X Odalan, Ganesa Budha sudah punya Pelinggih di Sukasada Singaraja berupa Candi dan Pelinggih atap Duk model Bali, Juga di Kali Buk Buk Lovina sedang dibangun Candi dan hampir selesai. Jadi harus dimaklumi Budaya Pelangkiran ini akibat sulitnya bikin tempat Leluhur diluar bali, jadi kita maklum juga kalau ada Orang Hindu seperti Nyoman Amplik yang Ketua PHDI Kuta Selatan mengatakan Pratima tidak boleh jalan jalan, juga menuduh Pura GWK tidak Nyukat genah dan Odalan, padahal sejak Pratima datang sudah dilinggihkan Ida Pedanda Bang Manuaba dilengkapi Tari Topeng Sidakarya dan Wayang Mengui juga barongsai dan barong Ket juga Tari rejang tari keraton dll dan ada Dokumentasi Foto yang bisa dilihat di Pura Ibu Jimbaran, dan Odalan 5 X dipuput Beliau.

Juga Pura Ibu Majapahit jimbaran Ngenteg Linggihnya dipuput Tri sadaka, Ida Pedanda Siwa adalah Prof DR Narendra yang sering ke Trowulan dan Muput Odalan, Budha dari Buda keling dan bagawanta Mpu Nabe Bujangga yang dihadiri Prof Drs Subagiasta MBA dari PHDI dan ahli Lingga Yoni dan selalu tampil di TVRI dan dewata TV menjelaskan Leluhur Lingga Yoni dan mengatakan "Sah" Bhatara Bhatari melinggih di Pura Ibu Puri Gading Jimbaran dengan Dipuputnya Odalan, Ngenteg Linggih dan caru Gede oleh Tri Sadaka dalam Darma Wacana Beliau yang didengarkan Umat majapahit yang SARA [terdiri dari berbagai Suku, Ras dan Agama] dan bisa menerima leluhur lingga Yoni sesuai penjelasan Tokoh PHDI Bali yang Profesor Pakar Lingga Yoni ini

Juga Prof DR Romo Djoko Soemono mantan Ketua Himpunan Penghayat Kepercayaan [HPK] dan Badan Koordinasi Organisasi kepercayaan [BKOK] se jawa Timur membawahi 197 Kepercayaan dengan 9 juta anggotanya yang baru berkunjung ke Pura Ibu Majapahit yang percaya leluhur Lingga Yoni sesuai Ilmu "Sangkan Paraning Dumadi" yang dianutnya beserta pengikutnya dimana asal usul Manusia adalah dari Kemaluan Ibu setelah dibuahi bapak dan bila dinaikkan jadi Mbah, Buyut, Sanggah, Sanggah wareng, Gantung Siwur, Sawo gletak, Keropak Sentre, Dadung Kawuk akhirnya ke Dahyang inipun adalah singkatan "Lingga Yoni" juga Lingga adalah Siwa [Lokal] dan Ibu adalah Budha [dari China] juga Fosil Manusia Tertua 1,4 juta tahun hanya ada di Solo Jawa dan Beijing China. Hingga Siwa Budha adalah kesatuan yaitu leluhur sesuai kitab Sutasoma "Siwa tidak mengakui Budha bukan siwa, Budha tidak mengakui Siwa bukan Budha, Siwa Budha adalah kesatuan, Bhinneka Tunggal Ika tanhana Dharma Mangruwa" dan Bukti Uang Ibu China masih tetap digunakan di Bali yang Pelestari Adat Siwa Budha Majapahit, dan banyak Temuan di bekas Candi seperti di Banyuwangi belakangan ini Uang China Kuna.

"Bila ingin melihat majapahit datanglah ke Bali" kata Bung Karno yang ditirukan Sukmawati ketika memberikan sambutan kepada umat Siwa Budha di Pura Ibu Majapahit Jimbaran, Jadi Bali adalah Pelestari Budaya majapahit seutuhnya dan belum terjajah dan Pura Stana Para leluhur masih berdiri Tegak seajak 1000 tahun, dan Agama Hindu baru ada 1961 [dicanangkan 1959] menurut Keterangan Prof DR Titib Pakar weda [sekarang Rektor IHDN] ketika menjadi Nara Sumber didampingi Brahmaraja XI Pakar Mokswa dan Prof  Drs Subagiasta Pakar Lingga Yoni dari PHDI di Ayodia Hotel Nusa dua dalam Pesamuan Agung yang dihadiri Para mahasiswa SARA delegasi dari seluruh Indonesia. Jadi jelas Upacara Upacara di bali yang menggunakan Uang kepeng China adalah Upacara Siwa Budha.

Jadi Jelaslah kini Leluhur majapahit dari jawa berstana dalam Pelangkiran dan karena banyaknya leluhur jadi hanya sebagian yang punya Pelinggih, kalau Bali ya bisa dilihat seperti Pura Tuluk Biyu punya ratusan mungkin ribuan Pelinggih Berupa Meru dan Padmasari gedong kecil atap Duk, Genteng dan Seng untuk tiap leluhur dan Tanahnya memang luas, jadi tidaklah mengherankan bila Leluhur Pura majapahit datang dengan Pelangkiran Jalan jalan tapi bisa membuat kerauhan Para mangku nya, Karena Pura nya dibom dan ditutup dan Candi lama tidak bisa Upacara karena harus ijin Purbakala, Juga di Pura Ibu Jimbaran  baru ada 3 Candi karena tanahnya tidak seluas Pura di Bali yang sudah ada sejak 1000 tahun, hingga karena belum punya Candi maka bisa jalan jalan diundang ke Pura Lama yang kadang juga pelinggih Beliau juga. seperti ke Istana Presiden yang tidak ada Pratimanya, Juga ke Sukarno Center, Kampus mahendradata, DPR, Pura Dalem Mengui, Pura Besakih tempat Brahmaraja dan ratu Mas sendiri  dll  

Semoga penjelasan ini menjadi wawasan bagi generasi muda yang kebetulan di Bali banyak yang "Mula Keto" jadi tidak tahu langsung mengeritik Pratima kok dibawa jalan jalan tidak sadar kalau di Jawa Pura pada hancur dan sulit Upacara bahkan Pura majapahit Trowulan pun dilarang Ritual dan kegiatan dalam bentuk apapun 2001 oleh Camat yang lalu tewas, sedang Bali Lestari sejak 1000 tahun hingga Pratima aman dalam Gedongnya, karena itu kita maklum bila usianya 45 tahun jelas tidak tahu karena Era Orde Baru sejak kejatuhan Bung karno 1967 setelah Pengikutnya di Tumpas 1965-1966, Sejarah kurang diajarkan, yang parah di Jawa malah buta sejarah, dan yang hafal malah Sejarah Arab sampai tulisannya, hingga bahasa Indonesia menjadi Mesin Pembunuh dalam Ujian Nasional [UN] 2010 padahal sudah revormasi sejak 1998, dan keributan pun masih terjadi atas nama agama seperti di TV tiap hari dibahas kasus Ahmadiyah yang tak kunjung selesai, ditambah pembakaran Gereja dan Penyerangan Pondok Pesantren Syiah. Padahal dasar Negara kita adalah Pancasila yang masih digantung di Kantor Pemerintah dan Swasta. Kok diabaikan ? hasilnya kita terpecah belah seperti sekarang, Untungnya SBY biarpun ditentang para mentrinya semoga masih bisa agak tegas. Kan masih punya TNI AL, AU dan AD masak kalah sama kelompok kecil saja di Negeri Bedebah ini.

[Team Sejarah UNMAR]
Ingin Partisipasi Komentar